Berita tentang pencarian lurah Djaelani oleh pihak yang berwajib, karena kasus meninggal nya Suyud dan Yatemi, sudah merembet hingga ke telinga lurah Djaelani, namun itu, tidak juga membuat rasa gentar baginya.
Ia melarikan diri ke kota jauh dari tempat tinggalnya, membawa segala dendam yang semakin membara.
Ketika lurah Djaelani berpamitan kepada kepada Ratmini, "Ibu, saya tetap akan menikahkan Sulastri dengan juragan yang lebih kaya daripada juragan Atmosiman, dan saya akan tetap menghabisi Sundirah, bila semua sudah tertata rapi aku akan kembali".
"Sebab, karena Sundirah, semua mimpi saya berantakan!" tergelak keras sambil mengelus pipi Sulastri yang ketakutan dalam pelukan Sudargo adek nya.
"Djaelani, sungguh manusia durhaka kamu, apa yang kamu cari? kamu serakah!".
"Jangan kamu jadikan Sulastri sebagai tumbal keserakahan mu, dia darah daging mu dan dia berhak bahagia"
"Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Sundirah, biarkan mereka bahagia, apa yang membuatmu Jemowo? " Tersengal-sengal nafas Ratmini menahan amarahnya.
Sedangkan lurah Djaelani tidak menghiraukan, dan begitu saja berlalu pergi dengan membawa rasa amarah membaur bersama dendamnya.
# Lalu bagaimana Cerita tentang selamat nya kamituwo? hingga beberapa saat tidak pernah terdengar oleh siapapun. ia tetap dalam persembunyian sambil mengobati luka nya yang ternyata cukup serius dan parah #
kekhawatiran Ratmini akhirnya benar-benar terjadi, kekejaman menjadi jalan pintas di saat keinginan tidak tercapai.
Lastri mendekat dan merangkul Ratmini, membawa duduk di amben bale-bale.
"Jangan pernah menjadi sosok yang Adigang, Adigung, Adiguno, semua pasti tiba hari pembalasan"
Ratmini menghela nafas beratnya berulang-ulang, Djaelani semakin hari semakin menjadi kelakuan nya, wibawa yang selama ini ia miliki sebagai lurah, yang harusnya mengayomi dan memberikan contoh bijaksana, telah surut dengan semua tingkah lakunya.
Namum tidak sedikit juga yang masih mendukung, dan membantu perbuatan tidak terpuji lurah Djaelani.
"Ndhuk Sulastri, sama kamu le Sudargo, kalian lihatlah ayahmu saat ini! sedikit demi sedikit akhirnya tercium juga tabiat buruknya"
"Dulu sewaktu muda, ayah kalian adalah pemuda yang baik, dalam lingkungan maupun kelompok" Ratmini mengenang anak sulung nya itu
"Nenek sudah tua, kalian yang waspada mengarungi kehidupan kedepan akan semakin sulit, sewaktu-waktu nenek akan meninggalkan kalian" Ratmini memeluk mereka yang duduk di kanan kirinya.
"Bila sesuatu terjadi dengan ayah kalian, dan nenek tidak bisa mendampingi kalian, tetaplah pada jalan yang benar"
"tidak nek..! nenek akan baik baik saja bersama kami, jangan pernah meninggalkan kami nek" Dargo bicara pelan sambil memeluk sang nenek dari samping.
"kekerasan, pasti akan kembali menjadi kekerasan, karena kecurangan yang ayah kalian lakukan"
"Lastri! pergilah kamu ke desa Setinggil disana, masih ada peninggalan kakek, lahan sawah dan tempat tinggal" pesan Ratmini
"Menikahlah dengan Harjito, bilamana dia memang bertujuan mulia dengan menjadikan kamu sebagai sigaraning nyowo"
"Dan kamu le Dargo, tetap semangat meraih mimpimu. bila sudah tercapai jangan lupa, kelak banyak orang yang sangat membutuhkan mu"
panjang lebar Ratmini memberikan nasehat dan pesan kepada para cucunya.
"Kalian harus saling menguatkan, jangan pernah memutuskan ikatan saudara hanya karena ambisi"
#Di ketahui disini Sudargo sedang menjalani belajar sebagai mahasiswa di fakultas kedokteran di Unair Surabaya waktu itu #
Unair tempo doloe 😊
Sulastri bersama Sudargo yang mendengarkan semua tutur nasehat sang Nenek hanya mampu diam dan mencerna semua pesan sang nenek.
"Kekejaman ayah kalian akan menuai hasil dari perbuatan nya, cepat atau lambat kamituwo Sardi pasti akan menuntut, perjanjian yang telah ayah mu sepakati"
"Keserakahan pasti akan terbalas dengan keserakahan" Ratmini menatap lekat ke arah mereka.
Semburat kuning senja menghampiri sebuah cerita anak manusia. Ilalang dingin tertiup angin
Lembayung padam ter saput malam temaram.. Tenteram..
Bulan putih termenung sendiri, tanpa suara menghitung sepi ..
Langit pasi datang menghampiri, merangkul bumi memeluk nurani.
Sepekan telah berlalu Sundirah dan Warti berada di rumah Paini, Sundirah yang lemah berangsur membaik, semakin segar dan wajah ceria menandakan berangsur dia sudah mampu menerima keadaan.
Warti membantu menganyam perkakas dapur dari bambu, dan terkadang membantu paini ke sawah.
perlahan namun pasti mereka harus tetap melanjutkan kehidupan.
Terdengar suara derap kaki kuda yang menarik dokar, Warti dan Sundirah mendongakkan kepala lalu tersenyum dan saling menghampiri, saling bersalaman dan memeluk.
Melihat dan mengelus perut Dirah, lalu mengusap pucuk kepalanya, penderitaan Sundirah bersama Warti yang seharusnya tidak mereka alami, sangat menyentuh hati Ratmini.
"Ndhuk saya turut berduka sungkawa, atas meninggalnya bapak emak mu, yang sabar, mereka akan turut bahagia melihat kamu bahagia".
"Jaga jabang bayi yang ada di dalam perut mu, jangan banyak fikiran, semoga ndoro Atmosiman segera membuka hatinya dan menerima mu, sebagai menantunya" Ratmini berbicara sambil menggenggam tangan Sundirah.
"Sundirah, Warti,! saya dengan tulus atas nama ayah saya dan saya sendiri, mohon maaf atas kejadian yang menimpa bapak Suyud dan emak Yatemi" Lastri memeluk Dirah dan Warti bergantian
Tak ayal Sundirah dan Warti terisak dalam pelukan Lastri, Ratmini mengelus punggung mereka berhantian, airmata di pipi keriput nya lolos begitu saja tanpa mampu ia tahan.
"Kedatangan kami kesini tidak lain ingin melihat kondisi kalian, dan juga mencari mbok Paini" Ratmini mengutarakan niat kedatangannya.
Tidak berselang lama yang di tunggu terlihat memasuki pekarangan rumah.
"Nyonya Ratmini, apakah sudah lama menunggu saya?" sapa Paini.
Paini membawa Ratmini masuk kedalam rumah, sedangkan sundirah, Lastri bersama Warti tetap berbincang-bincang di luar rumah, sambil menganyam perkakas dapur dari bambu.
"Paini, kiranya sudah saatnya cucu ku mengetahui semua apa yang sudah pernah aku titipkan padamu"
"Dan aku harap, antara Harjito dan Sulastri bila sudah ada kemantapan masing-masing hati, segera lakukan hal yang terbaik".
"Rumah di ujung jalan biarkan mereka menempati, sedangkan sawah yang ada di Setinggil, yang sekarang sedang kamu olah hasilnya, kelak biar sudargo yang mengerjakan, sebagai bekal kedepan nya nanti".
"Sebab tabiat Djaelani dari tahun ke tahun, hingga sudah berusia mendekati senja seolah enggan untuk berubah".
Panjang lebar Ratmini menumpahkan segala uneg-uneg nya kepada Paini.
#Sudah sekian puluh tahun, Imam almarhum dan Paini adalah pasangan kepercayaan Ratmini, dan mengelola tanah serta rumah milik Ratmini, yang seharusnya rumah tersebut adalah bagian untuk di tempati Rukmini anak perempuan yang telah meninggal dua puluh tahun silam, dan ini di luar sepengetahuan lurah Djaelani#.
"Nyonya Ratmini, saya ikut prihatin atas semua yang sudah menimpa ndoro lurah Djaelani, saya ndherek kerso panjenengan nyonya" Paini berbicara pelan, sopan dan sangat berhati-hati.
"Semoga berjalan nya waktu Ndoro lurah secepatnya insaf, dan kembali mengemban tugas sebagai abdi masyarakat, yang harusnya mengayomi dan melindungi" Paini melanjutkan ucapan nya.
"Saya hanya saja tidak habis berpikir, kenapa ndoro lurah sampai tega menghabisi orang tua Sundirah, ini sangat tidak manusiawi nyonya,! mereka juga berhak menghirup udara yang sama, dan melanjutkan kehidupannya".
"Bukankah Suyud bersama keluarganya telah menyingkir, daripada kehidupan kalian? akan tetapi kenapa ndoro lurah masih belum puas juga,! sehingga terjadi pembunuhan keji itu nyonya?" Isak tangis Paini penuh gejolak emosi namun tetap pada posisi kepala menunduk
"Paini....!katakan bagaimana, aku sebagai orang tua Djaelani men kesalahan yang anak ku perbuat?" Ratmini mendekat menggeser dari tempat duduk semula.
"Nyonya...! saya mohon maaf, akankah kejadian yang sama akan menimpa saya dengan anak saya Harjito kelak?" Paini menatap Ratmini.
Ratmini tidak bisa menjawab, hanya helaan nafas berat dan mengalihkan pandangan nya keluar rumah.
"Saya, yang akan menjamin keselamatan cucuku dan keluarga mu paini"
"segera lakukan yang terbaik untuk Sulastri dan Harjito" Ratmini meyakinkan Paini.
******
Jemowo \= sombong dan serakah.
Adigang, Adigung, Adiguno. \=mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki.
Sigaraning nyowo \= belahan jiwa/istri.
(mohon koreksi bila ada kesalahan mengartikan makna).
Anak polah bopo kepradah kembali kita rasakan di part ini, sejahat apapun emak kita kepada kita, tidak akan tega beliau melihat kita kesakitan dengan luka menganga.
ahhhh emaaakk...😭😭😭 tissue mana tissue 🤧
jangan lupa like dan komen rate ⭐🖐️ ya kakak-kakak sekalian
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
KANG SALMAN
siapa yang menebar angin.
maka akan menuai badai.
hehehe
2024-06-16
0
Delisah
Dendam itu tak baik, dan percayalah apa yg di tanam pasti akan di tuai.
Karma hukum alam itu pasti ada, kalau karma nya tidak ke dia ke anak keturunan nya juga bisa.
Belajar sabar jika masih bisa sabar.
Agar hati sehat🤭thor
2022-11-21
2
.
ya Allah tobat mu kapan pak
2022-11-17
1