Mentari menghangat menggantikan dingin nya malam menembus tulang menusuk relung jiwa , embun bening masih menyisakan jejak menyegarkan rerumputan, orang orang desa dengan kegiatan masing-masing mencerminkan betapa makmur desa Setinggil.
Duduk seorang diri Sundirah menerawang jauh mengembara, wajah ayu itu melukiskan rasa kesalahan demi kesalahan silih berganti bergelayut. Haruskah menyesal? Semua sudah terjadi semua tetap harus berjalan dan di lalui. Empat bulan sudah usia kandungan sundirah, empat purnama tidak terasa sudah kerinduan bersama penantian berasa kandas menyisakan duka.
Perut Sundirah semakin terlihat, Paini sangat telaten memperhatikan setiap perkembangan, Harjito selalu siaga mendampingi dan memenuhi keperluan, dan keinginan Dirah.
Suara derap langkah kaki kuda terdengar mendekat, Dirah menoleh melihat siapa yang datang. dua wanita berbeda usia turun dari dokar Dirah buru buru bangkit dari duduk nya dan menghampiri mereka. Lastri menyalami Dirah dan memeluk haru. Dirah ragu menatap Ratmini dia mengangguk sambil tersenyum manis, sedangkan Ratmini mendekat sambil mengelus perut dirah.
Dirah memegangi tangan Ratmini memandang lekat tangan tua itu, Ratmini tersenyum menyalami dirah yang masih kelu menahan air mata, antara takut dan senang.
Dirah mencium punggung tangan Ratmini sambil tergugu menumpahkan segala rasa. "Duduklah Dirah jangan takut, jangan menangis aku nenek Ratmini kamu bisa memanggil ku dengan nenek." senyum lembut Ratmini sungguh menyejukkan perasaan dirah saat ini.
"Dimana Jito dan emak nya ndhuk?" tanya Ratmini membuka percakapan.
"Kang Jito ke pasar nek, sedangkan mbok Paini kalau tidak menganyam bambu, mbok ke sawah menunggui burung burung pemakan padi yang sudah mulai berisi." jelas Dirah.
"Ndhuk dirah... apakah kamu tau maksud kedatangan kami ke sini?" tanya Ratmini kembali. Dirah menggeleng bingung lalu menatap ke arah Lastri. yang di tatap hanya mengangguk kan kepala saja.
"Dirah, pergilah jauh dari lingkungan yang bisa di kendalikan Ki lurah Djaelani." kata Ratmini terpotong berat rasanya kata kata itu harus keluar dari ucapannya. "Apakah maksudnya nenek, kemana lagi saya harus pergi?" Dirah semakin bingung. "Begini Dirah, kami kesini tidak lain tidak menginginkan kamu bersama anak yang kamu kandung celaka." Lastri menambahkan.
"Pergilah ke wilayah Selatan di sana ada tanah Persil yang bisa kalian kelola, jangan mengulur waktu Dirah ajak orang tuamu bersamamu, karena akan berat hidup di sana bila seorang diri." Ratmini kembali berkata.
"Aku akan pastikan mas Hendra kembali padamu Dirah, aku tidak mungkin hidup bersama nya suka duka ku akan aku bagi dalam sebuah ikatan dengan kang Jito." Lastri ikut meyakinkan.
"Bawalah ini sebagai bekal hidup kalian kelak setelah sampai disana, besok akan aku kirimkan satu cikar sebagai sarana perjalanan mu menuju dusun Jolosutro wilayah pesisir Blitar Selatan." panjang lebar Ratmini memberi kan penjelasan kepada Sundirah.
Sundirah mendengarkan dengan seksama semua arahan Ratmini.
Sulastri mendekat memeluk Dirah, membelai rambut ikal nya sambil berkata "Pergilah Dirah kami akan mencari mu kelak, biarkan ambisi mereka termakan oleh waktu tetapi kehidupan mu dan cintamu harus tetap kau gapai, akan aku kabarkan keberadaan mu kepada Mahendra" Lastri menggenggam tangan dingin Dirah.
"Kami pulang dulu ndhuk, jaga diri mu baik baik" ucap Ratmini sambil berdiri di ikuti Lastri. mereka berjalan menuju dokar dan sang kusir mengendalikan nya pelan menuju arah di mana mereka tinggal.
Matahari semakin condong ke atas kepala, tidak lama Paini dan Jito kembali ke rumah. Sundirah menceritakan apa yang baru saja terjadi. Singkat cerita Jito sore itu juga menuju ke kediaman Suyud dan menceritakan semua mengenai Dirah.
"Terimakasih Jito, esok sebelum matahari tenggelam kami akan sampai di desa Setinggil, malam ini aku akan menemui kang Slamet, dan pamit kepada Ndoro Atmosiman.
Walaupun kami hanya orang kecil sebagai buruh upah" ucap suyud. "Apapun kehidupan kami kelak, aku tidak akan tega membunuh darah daging ku sendiri" geram Suyud.
Keesokan harinya pagi cerah namun tak secerah perasaan sepasang suami istri itu, sungguh tidak menduga mereka akan melalui masa masa tua di wilayah yang belum mereka ketahui. sesampainya di kediaman Atmosiman, Suyud bergegas menemui sang juragan.
"Angin apa yang membawamu sepagi ini menemui ku Suyud?" tanya Atmosiman. "Mohon maaf Ndoro, sungguh saya tidak menduga begitu tega panjenengan dengan berencana akan menggugurkan kandungan Sundirah, dia anak saya ndoro....! saya yang bersusah payah membesarkan dengan keringat saya sebagai buruh upah di ladang ndoro" ucap Suyud berapi api.
"Kecilkan suaramu Suyud, disini akulah yang berkuasa" kata Atmosiman dengan sombongnya. "Aku memberikan dua pilihan , pertama gugurkan kandungan Dirah, sebab aku tidak mungkin memiliki mantu dan besan seperti kalian"
Atmosiman berdiri sambil menatap keluar jendela. "dan yang kedua pergilah menghilangkan jejak kalian daripada pandangan mataku , aku berikan kamu sebidang ladang karet di Andalas, dan jangan pernah berharap Mahendra akan mengakui anak itu, sebab semua akan mustahil" sambil memandang kearah Suyud atmosiman berkata sangat pelan. "dan satu lagi Suyud...! kau harus ingat ini bahwasanya aku tidak pernah bertindak kekerasan di luar nalar manusia, tetapi aku tidak suka di bantah" terasa menyakitkan kata-kata Atmosiman.
"Katakan apa yang ingin kau katakan dan setelah itu, pergilah dan jangan pernah memperlihatkan diri kalian di hadapan ku" pelan namun sangat menusuk telinga suara Atmosiman.
"Saya tidak akan mengambil satu keputusan ndoro Atmosiman..! saya akan membawa keluarga saya menjauh. akan tetapi tidak sejengkal langkah pun, kalian bisa mendekati darah daging kalian sebagai anak dari den Mahendra, saya sungguh tidak akan ridho" jawab Suyud tidak kalah mantap nya. Atmosiman tertawa kencang sambil duduk kembali ke tempat semula.
"Itu tidak akan terjadi Suyud, pergilah sebelum aku berubah fikiran" tegas Atmosiman.
Suyud pergi dengan kemarahan dan nelangsa dengan hinaan yang ia terima, sungguh harta kekayaan, menjadikan seseorang serakah sombong dan lupa bagaimana semua roda keberhasilan berjalan sebenarnya.
Slamet menunggu di belakang bangunan rumah besar itu bersama Surip hanya kekuatan batin yang bisa mereka berikan. mereka saling menyemangati, mendoakan. "kemana kamu mau pergi membawa keluarga mu suyud?" sambil menyilahkan duduk. Suyud menceritakan kemana dia akan membawa pergi keluarga nya dari keangkuhan sang juragan.
Karmilah yang melihat dan mendengar semua pembicaraan antara suaminya dan Suyud hanya bisa mengelus dada, wanita mana yang tega mengugurkan kandungan buah kasih cinta nya. sejak semula karmilah memang tidak sepaham dengan segala keputusan sang suami.
karmilah berjalan dengan tergesa-gesa mengejar Suyud dan bertemu dengan mereka, karmilah mendekat. "Suyud jaga Dirah, walaupun mas Siman tidak merestui mereka, aku sebagai ibunya selalu Mendoakan, aku berada di sisi sulit ku harap kalian memaklumi" ucap karmilah sambil menangkupkan tangan. "Suatu saat bawalah cucuku padaku Suyud aku akan menerima nya, semoga di saat itu hati mas Siman sudah sadar dengan apa yang dia perbuat" sambung karmilah.
" Ndoro nyonya, saya akan menjaga anak saya apapun yang akan merintangi kami." ucap Suyud "Ndoro nyonya jangan khawatir, kelak bila sudah besar sang anak pasti akan mencari siapa ayah sebenarnya yang telah mengukir jiwa dan raganya hingga terlahir ke dunia" jawab Suyud sambil membungkuk kan badan.
Setelah di rasa semua cukup Suyud pamit mohon diri.
Suram tuk dapat memilih yang terbaik dari pilihan yang terbaik.
Terkecoh akan maksud pemberi kebahagiaan.
Yang mampu menggoyang kan pondasi kehidupan.
Menghadiahkan sebuah lara yang tak akan pernah hilang.
Lara yang mampu memaksa buliran air mata yang turut menetes.
Lara yang tak bisa bersuara namun bisa menyiratkan.
*****
Persil \=sebidang tanah dengan ukuran tertentu.
netizen...! 🤧🤧 ternyata bukan kota metropolitan yang kejam, majikan tua juga lebih kejam.
pokok nya salam bahagia selalu ya kawan😘😘
jangan lupa kasih saran, like , rate 🖐️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
P 417 0
chu patkay pnh berkata""...bginilah cintaaa...deritanya tiada akhirrr.."😮💨😮💨
2024-09-06
0
KANG SALMAN
kepiyeeee lak nek wong koyo aku iki.
kere lahir batin...
lha kok ngimpi arep ngerabi awakmu.
🤦♂🤦♂🤦♂🤦♂
bagai pungguk merindukan bulan
2024-06-11
0
KANG SALMAN
ayok adu kesakten ndoro....🤭🤭
2024-06-11
0