Hari telah berlalu berganti hari. siang yang mulai terik banyak nya orang lalu lalang dengan gerobak kayu sebagai sarana pengangkut barang barang dari kapal. sebagian orang lalu lalang dengan kesibukan masing masing.
Mahendra baru saja tiba di negri singa tersebut. dimana dia akan menimba ilmu di National University of Singapore (NUS)
yang konon tempat Beberapa alumni terkenal yang dihasilkan universitas ini diantaranya mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong dan mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak.
**di sini di ceritakan perjalanan Mahendra ke Singapore melalui jalur laut netizen budiman, jadi memakan waktu berhari-hari untuk tiba di Singapore dengan menaiki kapal Pelni.
pada 28 April 1952 Yayasan Pepuska resmi dibubarkan. Pada saat yang sama didirikanlah PT PELNI.dari pelabuhan Tanjung perak menuju pelabuhan kijang di wilayah Riau lalu transit menuju harbourfront **
Mahendra menghela nafas berat menjinjing kopor masuk kedalam tempat tinggal yang sudah di sediakan. dengan di antar kurir juragan flat
ketika pintu di buka dua sosok laki laki sebaya saling berpandang, saling tersenyum melempar sapa an dengan bahasa ala kadar nya.
"Hi, welcome I'm Aamir dari India" tersenyum sambil mengulurkan tangan.
" Saya Rasyid dari Malaysia, senang bisa jumpa di sini bersama." Rasyid menyapa sambil menyilahkan duduk.
"Saya Mahendra dari Indonesia, bisa panggil saya dengan Hendra saja." Hendra tersenyum lebar membalas sapaan teman satu ruangan.
sesaat rasa penat dan rindu terhibur dengan perbincangan.
"Saya banyak baca dari berbagai buku sejarah Indonesia negara kaya raya, terdiri dari berbagai culture. hamparan persawahan, ladang nan elok menghijau, laut nak kaya membiru dengan berbagai hasil melimpah ruah, rakyat nya yang ramah dengan bekerja yang ulet dan telaten." takjub Rasyid ketika memberikan apresiasi elok nya Indonesia.
Sementara di kediaman Lurah Djaelani.
Sulastri dan sang nenek Ratmini bertukar pendapat dan saran bagaimana menghadapi sang ayah yang sangat berambisi dengan perjodohan itu.
"Eyang Putri, Lastri akan berat menjalani pilihan Ayah. Lastri mencintai laki laki lain." isak Lastri dalam pelukan Ratmini.
"Cucuku, lakukan dengan pilihan mu selagi norma sebagai perempuan yang terhormat kamu junjung tinggi dan kamu pertahan kan Eyang mendukung sepenuhnya." nasehat Ratmini sambil mengelus pucuk kepala Lastri.
"Siapa ndok laki laki yang telah menjanjikan cinta untuk mu itu?" tanya Ratmini.
"Dia kang Harjito Eyang." Lastri menjawab sambil menunduk menyembunyikan rona merah karena malu dengan pipi yang masih basah dengan lelehan air mata.
"Apakah dia Harjito pemuda dari desa Setinggil, pemuda yang dengan ke uletan bekerja sebagai pengrajin anyaman bambu itu ndok?" seraya memegang lengan Lastri untuk duduk bersebelahan dengan nya Ratmini menjelaskan pertanyaan nya.
"Betul eyang.. kang Jito itu. apakah Eyang akan merestui hubungan Lastri dengan nya?" tanya Lastri.
"Eyang hanya mampu berdoa dan berpesan padamu, keinginan dan pendapat terkadang sulit untuk kita terima, namun kewajiban seorang anak adalah menghargai orang tua.
jangan pernah berkata melebihi kata hati, semua akan semakin membuat masalah menjadi pelik."
"Bersabarlah ndok, semoga yang terbaik untuk kalian jalani. lakukan hal yang wajar dalam berhubungan asmara, jangan terjadi penyesalan setelah kejadian". nasehat Ratmini berakhir dengan senyuman wajah keriput itu memancarkan kekhawatiran yang sulit di lukiskan.
"Eyang? apakah tidak ada restu juga untuk saya?" isak Lastri kembali terdengar.
"Kalian kelak yang akan melalui kehidupan ke depan, belajarlah untuk menerima dan yakin kan hati kalian masing masing dengan ketulusan dan bukan ambisi. jangan menangis ndok jadi jelek kamu." Ratmini berusaha melepas benang kusut di benak lastri.
Di rumah Suyud suara kambing mengembik, dengan nyanyian Warti sambil memetik sayuran untuk di bawa kepasar esok pagi nya di temani yatemi.
"Mak mak e! sini Mak." Suyud memanggil Yatemi.
"Ngopo sih pak!. sing kalem toh sayang ." jawab Yatemi sambil berjalan mendekat.
"Cieeee emak sayang sayang an." Warti yang mendengar suara emak dan bapak nya tak kalah hebohnya seperti pemandu sorak saja.
"Mak kita akan menghadapi masalah rumit." ujar Suyud sambil mengambil tembakau lalu melinting nya menjadi rokok.
"Rumit piye to pak? ora mudeng aku pak." Yatemi masih juga tidak paham kemana alur curhat nya Suyud.
"Dirah mak, dia telah menjalin asmara dengan den Mahendra." cerita Suyud sambil menghisap rokok dalam dalam.
"Wah anak kita pak!" sorak Yatemi gembira karena belum tau apa sebenarnya yang terjadi.
" Anak kita memang cantik pak, luwes, sopan. irung e kuwi lho pak mbangir mbongkok Semende koyo bapak, mripat blalak blalak mbawang sebungkul koyo mak e." Yatemi nyerocos tanpa rem
"Mak bukan itu maksud bapak, den Mahendra setelah kembali dari mencari ilmu ndoro Atmosiman akan menikahkan dengan putri Ki lurah desa Kawedusan." suyud menjelaskan
"Lalu Dirah piye pak? semoga ada jalan terbaik, bagaimana kalau Ndoro Atmosiman mengetahui pak?, belau pasti akan murka dengan kita selaku orang tua Dirah." kekhawatiran Yatemi mulai beralasan.
Tak lama kemudian sayup terdengar salam dari halaman depan, Sundirah pulang dari rumah Atmosiman.
"Assalamualaikum, bapak emak." sambil duduk minum air putih yang ada di kendi yang sudah si siapkan.
"Bapak kok tumben sudah pulang, tidak memetik kelapa pak?" tanya Dirah.
"Bapak juga baru pulang ndok." jawab Suyud
"Duduklah disini ada yang bapak tanyakan padamu Dirah." perintah Suyud sambil sedikit menggeser posisi duduknya untuk Dirah.
Yatemi hanya diam melihat interaksi bapak dan anak sembari was was.
"Nggih pak." Dirah mendekat dan duduk di samping Suyud dan Yatemi
sementara Warti hanya melihat dari sebelah kandang bandot, jelas dia tidak akan tau apa yang sendang mereka bertiga bicarakan, dia asyik dengan kesibukan nya sendiri.
"Ndok Sundirah anak bapak, apa benar kamu menjalin asmara dengan Den Mahendra?" pertanyaan Suyud begitu mengejutkan Dirah.
"Bapak melihat kalian berdua begitu akrab di dusun mbelik waktu itu, ketika bapak hendak sholat dzuhur di gubug itu." Suyud menjelaskan semua yang dia lihat
"Bapak maafkan Dirah, kami saling mencintai pak." Dirah berkata sambil menunduk.
"Akan tetapi apakah sadar dengan apa yang kalian perbuat itu ndok?, kita orang miskin sudah mendapat welas asih pekerjaan dan tempat tinggal kita yang nyaman saja kita sudah bersyukur."
"sebaiknya kubur dalam dalam keinginan kalian, sebab Ndoro Atmosiman sudah berencana, kelak setelah den Mahendra pulang dari negri seberang beliau akan menikahkan dengan , gadis yang lebih setara dengan mereka." panjang lebar Suyud bertutur kata.
"Sing sabar ndok, kalau Tuhan berkehendak lain kita sebagai manusia hanya mampu menjalani dan berusaha."
" Berdamailah dengan keadaan, apapun yang kamu benci belum tentu harus kamu jauhi. Apapun yang kamu inginkan tak harus terkabulkan. Apapun yang kamu cintai tak harus dimiliki. Sebab dunia ini sudah digariskan oleh-Nya, ketetapan-Nya adalah yang terbaik."
"Tanpa rasa sakit kita tidak akan pernah belajar menjadi kuat, tanpa rasa kecewa kita tidak akan pernah belajar menjadi dewasa. Tanpa kehilangan, kita tidak akan pernah belajar arti ikhlas."
"Jangan malu punya orang tua miskin, emak pernah bilang kalau bahagia tak harus kaya." Yatemi beringsut memeluk Sundari yang sudah sesegukan mendengarkan.
"sudah istirahat lah, jangan bersedih ambil hikmahnya." perintah Suyud sambil memeluk Dirah
Matahari pun terbenam di ufuk barat dengan semburat jingga nan cantik di atas hamparan padi yang masih hijau.
Sundirah memberikan berita tentang permintaan nyonya karmilah.
"Mak, nyonya karmilah menginginkan Dirah menginap di rumah beliau. mengingat dirah sering pulang setelah ashar." kata dirah
"Emak tidak bisa melarang ndok, hanya saja pesan emak tetap mawas diri dimanapun kamu berada."
"Jadilah wanita yang kuat agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain." Yatemi tersenyum menjawab perkataan dirah
Dirah menoleh menghadap Suyud yang juga mengangguk kan kepala tanda sependapat dengan Yatemi.
malam semakin merangkak, Dirah berbaring di amben berdua dengan Warti.
"Yu... Warti akan sering mengantar sayur an ke rumah Ndoro nyonya biar kita juga sering bertemu kalau kangen." suara Warti pelan. sambil terbaring dirah merangkul Warti sambil berkata.
"Maafkan mbak yu ya Warti, tidak bisa menjadi panutan." ucap Dirah sambil mengeratkan pelukan.
Warti membalas pelukan hingga mimpi menghampiri lelap mereka.
**
mudheng \= paham/memahami.
irung \= hidung.
mbangir \= mancung.
welas asih \= kasih sayang.
amben \= tempat tidur.
kendi \= tempat air minum yang bercerita terbuat dari tanah liat.
selamat membaca 😉
mohon bantuan komen membangun, like , rate nya kakak kakak pembaca tercintah
salam hangat Rhu😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
KANG SALMAN
iya maak...nanti lama lama juga jadi mawas
2024-06-09
0
KANG SALMAN
semoga kamu ditetapkan untuk ku ya sayang ya
2024-06-09
0
KANG SALMAN
ooo gak tau sampean luuur luur.
pejabate akeh sing korupsi.
2024-06-09
0