Pagi telah tiba menggantikan malam yang telah berlalu. setelah melakukan berjamaah sholat subuh mereka memulai rutinitas masing-masing. Warti menuju pasar dengan Yatemi menggendong hasil kebun mereka untuk di jual ke pasar dengan penerangan oncor, sebab jalanan setapak menuju pasar masih sedikit gelap.
"Mak, Dirah berangkat" pamit dirah pada Yatemi. "Hati hati ndok, jaga kesehatan ingat pesan emak sama bapak" kata Yatemi menerima uluran tangan Sundirah untuk salim.
"Nanti Warti akan sering ke rumah Ndoro nyonya ya yu, membawa hasil kebun kita sambil nyambangi sampean yu" sambung Warti sambil tersenyum.
"Ati ati Yo pak, ora usah ngebut Yen nitih pit." pesan Yatemi. Suyud hanya melambaikan tangan.
Mereka berjalan berlainan arah. Suyud membonceng Dirah dengan naik sepeda onthel milik juragan Atmosiman sebagai sarana transportasi Suyud menuju ladang dari desa ke desa lain nya. Dengan penerangan senter dinamo yang menempel pada roda depan sepeda itu. tidak lama mereka tiba di tempat yang di tuju. mbok Surip sudah beraktivitas di dapur, dengan beberapa perempuan menanak nasi, membuat sayur untuk sarapan para pekerja ladang.
"mampir dulu Yud kae karo kang Slamet , bikin kopi biar perut hangat" tawar Surip.
"Nggih yu" jawab Suyud sambil berjalan masuk.
Dua laki laki tidak jauh beda usia itu menikmati se cangkir kopi utek dan beberapa potong Jemblem sebagai pengganjal perut sebelum melakukan aktivitas.
Seperti hari hari biasa Dirah mencuci baju, membersihkan setiap ruangan, membersihkan bokor-bokor koleksi nyonya Karmilah.
Terngiang dengan jelas ucapan Suyud, tentang sekembalinya Mahendra dari rantau akan di nikahkan dengan gadis lain. mimpi Dirah bagaikan pungguk yang merindukan bulan, sadar apa yang telah terjadi namun apa daya nasi sudah menjadi bubur. kerinduan, penyesalan, kecewa berkecamuk menjadi satu. hanya menunggu dalam kebisuan, mengharap tiada kepastian. Sundirah yang ceria kini menjadi pendiam, sering melamun.
kerinduan akan hangat nya asmara yang telah terjalin, penyesalan yang terjadi semakin membuat ke kecewaaan dan ketakutan akan kah dia mampu berjalan sendiri?. Hanya waktu yang bisa menjawab.
Waktu berjalan tanpa terasa satu purnama sudah berlalu, semua rutinitas berjalan dengan lancar dan wajar. para pekerja
melakukan kesibukan masing masing. cikar cikar lalu lalang membawa hasil panen ladang dan sawah.
sebagian memisahkan kelapa dari serabut dan tempurungnya, sebagian membantu menjemur kelapa di halaman luas di bawah terik matahari.
Surip mondar mandir di serambi pembatas antara dapur dan tempat tidur mereka sambil membawa gelas berisi teh hangat. sudah beberapa hari Dirah tidak ada nafsu makan, sering lama lama di kamar mandi, dengan wajah pucat kecurigaan Surip semakin kuat dengan perubahan yang di alami Dirah. kecemasan semakin menggelayuti fikiran wanita tua itu.
"Dirah bangun ndok, tubuh mu demam semalam kamu mengigau minum lah teh hangat ini" kata Surip sambil duduk di pinggir amben.
"Ndok jujur sama mbok, siapa laki laki yang telah mencintaimu?, yang kamu lakukan tidak benar ndok" tutur Surip.
Dirah meraih bahu kurus itu dan menangis. "Maafkan Dirah mbok kami khilaf, kami saling mencintai" ucap dirah di sela Isak tangisnya.
"Siapa ndok" tanya Surip lagi. "Semua terjadi karena kedua insan yang menginginkan, dan kalian harus bertanggung jawab atas perbuatan kalian" surip berkata lagi.
"Mas Hendra mbok!" ucap Dirah dan merosot membenamkan wajah ke pangkuan Surip.
"Gusti Allah Dirah...!" teriak Surip tertahan "Ini akan sulit ndok! bagaimana kalau Ndoro Atmosiman mengetahui nya?" pelan suara Surip hampir tidak terdengar. "Ya Allah beri petunjuk yang terang" surip memberikan teh yang masih hangat, Dirah perlahan meminum nya.
"Mbok maafkan Dirah sudah , membuat malu keluarga" Dirah memandang Surip dengan mata sayu.
" Sudah cucilah muka mu biar segar, istirahat lah ndok biar tubuh mu tidak lemas"kata Surip penuh kelembutan.
Surip wanita tua itu sudah menganggap Dirah seperti anak nya sendiri, setelah perkawinan nya dengan Slamet hingga usia senja tidak di karuniai seorang anak.
Ketika siang mulai merangkak menghampiri senja semburat jingga di ufuk barat, para pekerja pulang ke rumah masing masing.
begitupun dengan Suyud. setibanya di rumah ia duduk di lincak sambil menikmati kopi dan rebusan singkong buatan Yatemi. kegelisahan Suyud pun kembali terukir dan menimbulkan pertanyaan bagi Yatemi.
"Pak...! ada apa to emak lihat bapak beberapa hari ini susah terus, apa ada yang mengganjal pikiran sampean pak?" Yatemi membuka suara dengan rasa penasaran nya.
"Iya Mak, aku mimpi nggak enak 3 hari lalu jadi kepikiran sama Dirah." jawab Suyud sambil bersandar.
" mimpi piye pak?" tanya Yatemi kembali .
"Perkutut itu hinggap dan masuk ke sangkar burung kita yang kosong Mak". jawab Suyud sambil memandang lekat ke arah Yatemi.
Yatemi hanya diam mencerna perkataan sang suami, dia tau maksud arah pembicaraan ini kemana namun takut untuk meyakininya. "Pak, itu hanya kembang tidur jangan terlalu yakin. seandainya itu terjadi apa yang harus kita lakukan pak?, Dirah anak kita siapapun bisa melakukan kesalahan namun tidak mungkin kita akan sendiri memberi keputusan." Yatemi berkata dengan pelan.
"Besok kita ke rumah Ndoro Atmosiman ya pak, kita sambangi Dirah sudah lama juga tidak ketemu sama yu Surip."
Suyud memandang ke arah Yatemi seakan masih belum bisa menerima apa yang akan terjadi kelak.
"Mak, seberapa legowo nya hati mu menerima kenyataan ini? kita akan mendapat tekanan dari ndoro Siman?" Suyud masih dalam kebimbangan.
"Kita belum tau apa yang terjadi pak, kita berdoa saja semoga ada jalan terbaik." jawab Yatemi.
Esok hari suami istri itu berboncengan menuju rumah kediaman sang majikan.
mereka memasuki pintu samping Yatemi menuju dapur belakang dan menemui Surip terlebih dulu. sedang kan Suyud menunggu kedatangan Atmosiman yang belum pulang dari melihat tempat penggilingan kopra.
Surip yang melihat kedatangan Yatemi segera menggelandang nya masuk ke tempat yang sepi dan aman untuk menceritakan perihal ke khawatiran nya.
"Mi, sing sabar yo semoga ini bukan musibah namun membawa hikmah." Surip mengawali pembicaraan. "Dirah dimana yu?" tanya Yatemi.
"Berbicaralah baik baik jangan terbawa emosi, simpan amarah kalian" nasehat Surip untuk yatemi. "Ini aib kita Mi, tetapi bukan untuk mengadili kesalahan anak kita" Surip meraih tangan Yatemi menggenggam erat seolah memberikan kekuatan. "Bawa Dirah pulang, jangan sampai ndoro Atmosiman maupun ndoro nyonya mendengar berita ini" ucap Surip wanti wanti.
Sedangkan di bale bale Suyud menemui Atmosiman, dengan alasan meyakinkan sang majikan untuk membawa pulang Dirah sementara waktu.
Sebenarnya Atmosiman sudah mencium gelagat asmara antara Mahendra dan Sundirah, namun dengan keyakinan yang dia inginkan berusaha menepis dan memisahkan mereka. bagaimanapun dia tidak mau adanya penolakan dari Mahendra atas perjodohan dengan Sulastri. kesetaraan derajat dan kekayaan telah membutakan hatinya, bibit bebet bobot menjadikan patokan bahwa semua akan baik baik saja.
Slamet mengantar kepulangan Sundirah dengan Yatemi sementara Suyud mengayuh sepeda di belakang dokar yang melaju pelan. "Mi... bawalah Dirah ke rumah almarhum kang Imam biarkan dia tenang di sana dengan mbak yu Paini, selama masa kehamilan nya supaya tidak menjadi pergunjingan para tetangga mu" kata slamet.
"Dirah bisa juga membantu Harjito menganyam kerajinan bambu yang dia kelola bersama emak nya" lanjut slamet. Yatemi hanya mendengar apa yang di bicarakan slamet. "Mungkin itu lebih baik kang, saya juga takut kalau ndoro Atmosiman sampai mendengar berita kehamilan Sundirah" sedih terdengar suara pelan Yatemi.
Sebelum berangkat menuju desa Setinggil yang melewati tiga desa lagi mereka mampir ke rumah Suyud untuk memberi taukan kepada Warti tentang perjalanan mereka.
Suyud turun dari sepeda dan langsung menuju Dirah yang sudah turun dari dokar, tangan Suyud tidak mampu menahan amarah yang dari tadi tertahan, satu tamparan keras mengenai pipi Dirah "Anak kurang ajar kamu ndok...! anak orang miskin yang tidak bisa membawa nama orang tua" bergetar tubuh Suyud meraung suara teriakan seperti orang kesurupan. Slamet lari memegang lengan dan mendorong Suyud hingga terjerembab ke tanah.
"Biarkan kang..! jangan halangi tangan ku menghajar anak pembawa sial ini, ku bunuh kamu Dirah" teriak Suyud benar benar melampiaskan amarahnya. slamet memegang erat tubuh Suyud supaya tidak melakukan hal yang lebih jauh lagi. sedangkan Warti lari dalam rumah merangkul Yatemi dan Dirah yang saling berpelukan menjerit dan menangis.
Setelah suasana agak mereda Slamet membawa duduk di lincak "Istighfar Yud cara mu yang seperti ini bukan sebagai jalan keluar, kamu bunuh pun akan mati Dirah. akan tetapi timbul lagi masalah baru" suara pelan slamet. "Ambil hikmahnya bayi yang dia kandung tidak berdosa, dia korban hawa nafsu. Hanya kita yang tau aib ini Suyud jangan lagi kamu menambah beban duka mu sendiri" tambah Slamet seraya berdiri mengambil air minum untuk Suyud yang masih berusaha meredakan amarahnya.
Di minumnya air itu lalu berdiri menghampiri Dirah, Yatemi berusaha menghalau, Warti menangis sambil mengiba "Bapak...! kalau yu Dirah mati bunuh juga Warti pak..! teriak Warti sambil duduk di samping Dirah. Slamet hanya melihat dari tempat duduk semula. Tiba-tiba Suyud merengkuh kedua anak-anak ke dalam peluk jya sambil meraung sejadi jadinya. "Ya Allah dosa apa yang kami lakukan sehingga Kau berikan cobaan ini?" tangis Suyud pecah pun dengan mereka bertiga.
***
oncor \= penerang serupa dengan obor
nyambangi \= berkunjung
nitih \= mengendarai/menaiki
kopi utek \= kopi pahit dengan gula merah yang di gigit sebagai pemanisnya
jemblem \= kue dari singkong parut di goreng yang tengah nya di isi dengan gula merah
cikar \= gerobak yang ditarik dengan sapi sebagai sarana pengangkutan pada zaman nya dulu
bokor \= berbagai kerajinan Kuningan dengan berbagai bentuk menyerupai
***
Demikian penjelasan dari otor receh 🤭 mohon dukungan komen yang membangun, like 👍
love by Rhu😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
KANG SALMAN
laaaaaaa iiki....njemblem mu kui sing tak kangeni dek.
🤣🤣🤣
2024-06-09
1
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
sumpah berasa kembali ke masa lampau cerita ini bikin aku senyum ingat rumah eyang uyut dan embahku😍👍👍🤗
2024-01-18
1
🔵🔥🐌ˢ⍣⃟ₛ🤎🦚EͣIᵞGʸHTͣTEᷠSSͣ
mantap nih tg
hor seru
2023-01-29
0