Warna senja yang merona, mengisyaratkan malam akan tiba. Hewan malam mulai menyuarakan lagu, saat temaram mulai muncul, sunyi pun terdengar senyap, didampingi lampu lentera. Jiwa terbaring dalam kesunyian, perasaan rindu yang tak tersampaikan, semakin dalam menorehkan derita.
Duka lara seakan tidak berujung di tepian, malam merangkak enggan berpisah dengan rembulan.
"Ndhuk, tidurlah ini sudah menjelang tengah malam, apa yang sedang menjadi beban fikiran mu Dirah"
"Masuklah di luar sangat dingin" Yatemi mengelus perut Dirah yang sudah membesar.
"Mak...., perut ini kian membesar, hari kelahiran segera tiba" Dirah berhenti sesaat.
"Dirah rasa, mas Hendra tidak akan pernah kembali padaku?" pandangan Dirah jauh menerobos gelapnya malam.
"Ndhuk istirahatlah, kalau kalian memang jodoh dalam kehidupan ini, apapun itu tidak akan mampu memisahkan ikatan kalian, yakin ndhuk.." Yatemi menyembunyikan kesedihan yang juga ia rasakan, lalu menuntun langkah Dirah masuk kedalam.
Waktu bergulir lambat sama halnya di lain tempat, Mahendra gelisah menanti sarana transportasi kereta api dari Surabaya ke Kediri. masih panjang jalan menuju tempat kelahirannya, udara panas tidak ia hiraukan keringat basah meleleh di kening ia tidak perduli.
"Sundirah..., mas pulang, dimana kamu berada sekarang?" dalam hati Mahendra meratap pilu.
Kereta api berjalan merayap lambat jerit peluit lokomotif menandakan perjalanan akan segara di mulai.
"Alhamdulillah.... segeralah sampai" doa Mahendra lega.
Singkat cerita menjelang sore Mahendra telah sampe pada tujuan akhirnya.
"Assalamualaikum... Ibu!" Mahendra menyapa Karmilah yang sedang duduk di serambi belakang.
"Anak ku Mahendra...!" jerit Karmilah sambil merengkuh dalam rangkulan anak semata wayang nya. Tangis haru pecah seketika, Mahendra menjatuhkan diri sujud di kaki Karmilah, memeluk erat , memohon ampun dengan apa yang telah ia perbuat.
"Apa yang terjadi Mahendra, sehingga kau pulang tanpa kabar dulu kepada kami?" tanya Karmilah setelah suasana tenang.
"Ibu, dimana Sundirah berada? dia pergi dengan membawa serangkai duka dan derita, dia telah mengandung anak saya Ibu" ucap Mahendra nelangsa.
"Ayah yang menginginkan mereka, menghindar dari pandangan kehidupan kita di Desa ini!" suara bariton Atmosiman tiba-tiba terdengar dari balik sketsel.
Mahendra lalu menoleh mendekati Atmosiman, meraih dan mencium tangan sang Ayah.
"Aku tidak ingin Dirah mendekati mu, kamu akan menikah dengan Sulastri anak lurah Djaelani" dengan tegas berkata.
"Mas Siman, duduk lah dulu kita bicara dengan tenang, jangan terbawa emosi kita bisa merundingkan semua secara baik-baik" Karmilah berusaha mengurai ketegangan.
Sedangkan di tempat tersembunyi, Surip bersama Slamet mendengar semua pembicaraan mereka, sedikit lega atas kepulangan Mahendra, dan mendengar sendiri kalau dalam kandungan Sundirah adalah anak dari Mahendra.
"Ayah, saya menolak perjodohan ini!" jawab Mahendra dengan tegas. "Dengan restu Ayah ataupun tidak, saya tetap akan mencari dan hidup bersama dengan Sundirah" suara keras Mahendra, bagaikan sebuah tantangan untuk Atmosiman.
Atmosiman berdiri sambil mengepalkan tangannya "Tidak bisa...! kau tidak bisa menolak kemauan ayah!"
braakkkk...!
tangan Atmosiman mengebrak meja. Karmilah berusaha melerai dengan mendekati sang suami.
"Mas.... kendalikan amarahmu, Sundirah hamil dengan perbuatan anak kita, siapapun dia, anak dalam kandungan nya tidak berdosa mas!" ucap karmilah.
"Jangan ikut campur! aku tidak sudi punya besan yang hanya buruh upah harian!" Atmosiman kembali bersuara lantang.
"Ayah....! kemana sifat ayah yang legowo, yang selalu mengajarkan kepada kami tentang lembah manah? kenapa ayah?"
"Dimana letak kesalahan Sundirah ayah, karena anak seorang buruh upah harian?" tanya Hendra dengan pelan.
"Kamu tidak usah mengajariku tentang tata krama, aku yang lebih paham!" Atmosiman masih kukuh dengan pendiriannya.
"Ayah... andaikan posisi Hendra sebagai Sundirah, apakah ayah akan tetap melaksanakan perjodohan ini?" Mahendra menatap jauh ke luar.
"Jangan banyak bicara Hendra! esok kita akan kerumah lurah Djaelani, membicarakan tentang pernikahan yang harus di percepat" tegas Atmosiman lalu, melangkah meninggalkan mereka berdua.
"Ibu, apa yang harus Hendra lakukan?" Hendra menghembuskan nafas berat.
"Lakukan yang terbaik untuk Sundirah" karmilah menatap Mahendra.
Mahendra berdiri menuju tas yang di bawanya selama perjalanan pulang kemaren, mengambil sesuatu dan menyerahkan kepada sang Ibu.
Perlahan karmilah membuka, menatap ke arah anaknya.
"Hendra, cari keberadaan Sundirah! jangan hiraukan keadaan di sini"
"Ibu akan mengendalikan kemarahan ayah" karmilah berucap pelan, dan berlalu mengikuti ke arah sang suami.
Setelah suasana sepi, dari balik persembunyian Surip dan Slamet keluar. lantas menghampiri Mahendra, dan menarik masuk ke belakang.
"Den Hendra...! Alhamdulillah, aden datang tepat waktu"
"Sundirah bersama keluarga nya, menuju ke arah selatan den!"
"Segala informasi ada pada neng Sulastri den, semoga aden segera menemukan dimana mereka berada" Slamet berhati-hati menyampaikan kata.
Karmilah melangkah pelan mendekati Atmosiman, duduk berhadapan diam dan saling menatap.
Sudah sekian tahun telah mengarungi hidup dalam kebersamaan, suka maupun duka. dari awal hingga berhasil, saling memahami perangai masing-masing.
Atmosiman membuang muka "Jangan menghalangi, dan jangan pernah menangis mengiba restu dariku, sebab, aku akan tetap berbesan dengan Djaelani"
"Baiklah mas, bila itu keinginan mu, aku sebagai istrimu juga tidak bisa menghalangi kehendak mu"
"namun apakah mas Siman pernah mengingat kisah cinta kita dahulu? juga penuh kedukaan, akan kah terulang dengan cinta anak kita mas?" Karmilah berusaha mengingatkan.
Atmosiman menghela nafas, dan menatap Karmila sendu, ingatannya kembali ke masa silam masa yang sulit dan pahit untuk di ingat.
Lalu tangan nya menyodorkan sepucuk surat yang telah Mahendra berikan, dengan perlahan dia terima dan dia baca tanpa suara.
"Omong kosong apa ini...? sudah jangan percaya dengan goresan kata, ini hanya akal-akal an mereka untuk mengelabuhi, kita!" kata Atmosiman setelah membaca nya.
"Keangkuhan mu akan menuai hasil mas, hanya karena Djaelani sekarang adalah seorang lurah, kamu tega membelenggu cinta anak ku, masa muda Djaelani sebagai pemain kalangan kau lupakan mas!"
"Jangan kau siksa anak ku dengan keangkuhan mu mas" karmilah melangkah keluar.
Atmosiman berada di tengah kebimbangan, dia tetap yakin pada hakekat manusia akan berubah dengan berjalan nya waktu.
"Baiklah aku akan mencari tau tentang Djaelani, tidak mungkin dia tetap menjadi seorang Kawung pitik" batin Atmosiman mulai di landa keraguan ingatan nya kembali ke masa muda, dimana Djaelani adalah penjudi sabung ayam, dan ketika pemilihan lurah oleh masyarakat, sikap arogan dan jiwa berjudi nya hilang bersama hadirnya pamor wibawa sebagai perangkat desa dan pengayom masyarakat.
"Apakah itu hanya untuk mengelabuhi jabatan saja? aku harus mencari tau sepak terjang Djaelani saat ini" lalu ia bergegas keluar mencari keberadaan Slamet.
"Kemana kita Ndoro? sudah malam" Slamet meragukan kesehatan tuanya.
"ikuti petunjuk ku saja slamet"
"nggih, Monggo ndoro" ucap Slamet sambil menunduk.
Derap kaki-kaki kuda menjadi irama penghantar malam itu, membawa sang juragan mencari jawaban atas kebimbangan yang ia ciptakan sendiri.
Mereka telah melewati dua desa, dan sampai lah ke rumah yang di tuju.
"Ndoro Siman, ada apa kiranya sudah larut malam menemui saya, apakah ada yang bisa saya bantu" tanya laki-laki itu
"Naris, aku butuh bantuan mu, segera lakukan yang terbaik untuk ku, untuk imbalannya akan aku beri sepasang cikar"
"Aku menginginkan informasi tentang sepak terjang lurah Djaelani, apa yang dia lakukan selama menjadi pamong desa kawedusan, berikan berita itu dua hari kedepan padaku" Atmosiman memberikan perintah nya.
Naris pemuda tegap dia adalah pesuruh, sekaligus orang kepercayaan Atmosiman.
"Nggih ndoro, saya akan melaksanakan perintah ndoro, dan secepatnya akan segera saya sampaikan, berita tentang orang tersebut" Naris berkata seraya menunduk kan badan nya.
********
Lembah manah, \= Rendah diri
atau bisa juga di sebut dengan Andhap asor
Akhirnya sedikit demi sedikit kesombongan itu mulai terkikis, netizen emteh terkasih 🤗
Setangkai mawar buat nyonya Karmilah
jangan lupa kasih saran membangun, like dan rate ⭐🖐️
Big hug and love, by Rhu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
P 417 0
terkadang yg nampak di depan mata tk terlihat/Sleep/
2024-09-08
0
KANG SALMAN
yaah...seperti rinduku padamu
2024-06-11
0
Yuni Aqilla
😢😢😢😢😢
2022-11-07
1