"Khanza" suara nyaring Sinta membuatnya kaget. Khanza menoleh dan memandang Sinta tidak suka.
"Kamu ngapain sih teriak-teriak gitu ??" tanya Khanza sambil mengusap telingah nya sendiri.
"Iya kamu ngapain ngelamun sambil senyum-senyum sendiri ?? aku kira kamu kesurupan"
Ucapan Sinta justru membuatnya malu, bisa-bisa nya dia melamun sambil senyum-senyum sendiri. tapi Khanza tak bisa mengelak saat pikiran nya tertuju pada kejadian semalam. Apalagi dengan surat yang Arif tulis untuk dirinya.
Dan entah kenapa ia mendadak rindu dengan lelaki itu, yang sampai saat ini belum juga ada kabarnya. Membuat Khanza sedikit kesal.
Dimanakah lelaki itu berada ?? kenapa sampai sekarang belum juga ada kabarnya ??
"Ngelamun lagi ?? kamu kenapa sih Za ??" suara Sinta kembali menggelegar , membuatnya langsung mencibir kearah Sinta.
"Itu makanan bakalan basi tau gak kalau cuman di aduk seperti itu" Belum sempat Khanza menjawab Sinta kembali bersuara.
"Iya ini aku makan"
Memasukan satu buah bakso kedalam mulut yang kuahnya sudah terasa dingin, mungkin karena Ia kelamaan melamun atau memikirkan laki-laki yang setiap hari membuatnya jatuh cinta.
"Eh Za kamu kenal gak sama Robi jurusan Akutansi ?"
Khanza menoleh kemudian mengangguk, tentu Ia kenal dengan cowok yang di sebutkan Sinta barusan. Cowok yang paling tampan menurut para cewek-cewek di kampus ini. Kuliah semester akhir jurusan Akutansi.
"Gila Za dia makin hari makin tampan tau gak ? siapapun cewek yang mendapatkan nya pasti akan sangat bahagia" ujar Sinta antusias.
Membuat Khanza lagi-lagi mencibir, malas sekali dirinya jika harus membahas masalah cowok.
Gantengan juga calon suamiku Sin.
Tentu itu semua hanya Khanza ucapkan dalam hati,Ia nasih belum siap mengatakan semuanya dengan Sinta padahal dia menyadari kalau tak ada salahnya menikah sekarang.
"Bahas cowok sama kamu gak seru Za, kamu kan belum pernah pacaran" sungut Sinta.
"Apa sih. Udah yuk masuk kelas tinggal satu mata kuliah lagi kan ??'
"Iya' bayar dulu tapi"
Khanza mengeluarkan selembar uang berjumlah 50.000 lalu memberikan nya kepada Sinta.
"Selalu deh aku yang disuruh bayar" ucap Sinta kesal tapi tetap mengambil uang di tangan Khanza dan berjalan menuju pemilik warung untuk membayar pesanan nya.
***************************
Hari sudah semakin siang, atau bahkan sudah menjelang soreh, karena saat ini jam sudah menunjukan angka 14:30 tapi belum juga ada kabar dari Arif.
Khanza menunggu pesan dari lelaki itu, saat ini Ia duduk di taman samping sambil duduk di ayonan rotan dan tak lupa ponsel yang selalu Ia bawa kemanapun. Bahkan kekamar mandipun Khanza bawa hanya untuk menunggu pesan dari Arif.
"Kamu kemana sih Mas ??" ucap nya frustasi.
2 hari lagi mereka akan mencetak undangan, baru setelah itu mereka akan foto preweeding dan terakhir akad nikah.
Namun mereka belum ada persiapan apapun, bahkan rencana konsep apa yang akan mereka kenakan dalam foto preweeding belum di tentukan.
Ting.
Begitu ada notif pesan dari ponselnya membuat Khanza langsung mengeceknya. Dan sekarang benar dugaan nya kalau pesan itu dari Arif.
Semua amarah yang Ia simpan sejak pagi tadi, ketika hatinya ingin mencaci maki pria itu karena tak kunjung memberinya kabar, namun semua itu hilang seketika saat membaca pesan dari Arif.
Maaf sayang baru bales tadi ponsel mas lowbet dan saat mas pulang dari tempatmu Mas langsung di hubungi pihak rumah sakit agar segera datang kesana.
Khanza bahkan tersenyum sendiri saat membaca pesan itu, tak ada lagi getaran ingin marah di dirinya yang ada hanya perasaan rindu yang semakin bertambah, menggelikan.
Hingga dering ponsel membuat nya semakin mengu lum senyum, jari telunjuknya begitu cepat menggeser menu berwarna hijau agar panggilan itu langsung tersambung.
Assalamualaikum sayang. begitu suara Arif di seberang sana.
"Walaikumsalam Mas" balas Khanza pelan.
"Nungguin kabar dari Mas ya ??"
Khanza kembali tersenyum namun wajahnya bersemu merah, apa nampak sekali ya kalau dirinya nungguin kabar dari lelaki itu.
"Enggak kok, kata siapa memangnya ??" sanggah Khanza cepat.
Diseberang sana terdengar suara Arif yang terkekeh, membuat Khanza semakin merasa malu.
"Ya sudah kalau enggak nungguin tiap hari mas akan buat adek begini biar banyak pesan masuk"
"Eh"
Kembali suara Arif yang terkekeh, membuatnya mau tak mau juga tersenyum.
"Ya sudah mandi sana, nanti malam Mas kesana" ucap Arif yang seakan tau kalau dirinya belum mandi soreh.
"Ngapain kerumah lagi ??" tanya Khanza
"Kita perlu membahas masalah undangan dan foto preweeding sayang, kan kamu yang minta waktu itu"
"Oh"
Tidak cukup lama akhirnya sambungan telefon terputus, tentu saja Khanza yang menyudahi karena Arif kembaali meledeknya.
Dengan semangat Khanza masuk kedalam rumah, wajahnya tak seperti tadi lagi dimana terlihat kesal dan marah. Yang ada sekarang Khanza berbinar karena habis di beri kabar dari lelaki yang membuat pikiran nya galau.
"Non Khanza mau di masakin apa buat makan malam ?" tanya bik Sri saat Khanza melewati dapur.
"Apa aja bu" jawb nya semangat.
Selepas itu Khanza naik keatas dan masuk kedalam kamarnya, disana matanya fokus menatap ranjang tempat tidur dimana semalam dia dan Arif tidur bersama. Entah kenapa saat mengingat itu Jantung Khanza berdetak cepat.
Setelah puas memandangi kasur yang mana tempatnya masih kusut dan bahkan belum di ganti seprainya, sengaja Khanza lakukan karena masih ingin menghirup sisah aroma tubuh Arif lebih lama lagi.
Barulah setelah itu Khanza mandi dan mempersiapkan diri untuk menunggu kedatangan Arif nanti malam.
**************************
"Kenapa makin hari aku semakin jatuh cinta sama kamu Za ?" desah Arif sambil memandangi wajah Khanza yang sedang terlelap dalam tidurnya.
Foto itu di ambil tadi malam saat Ia tidur di kamar Khanza, untung Khanza tidak tahu kalau dirinya mengambil foto saat Khanza tertidur.
Maaf ya Za aku foto habis kamu lucu kalau lagi tidur, apalagi denga mulut terbuka seperti ini.
Masih teringat dengan jelas di ingatan Arif saat Ia mengambil foto Khanza tadi saat Ia akan meniggalkan kamar Khanza karena takut kalau Ayah Khanza mengetahui kehadiran nya.
Dan sekarang foto itu Ia jadikan walpaper hp nya, terkadang Arif tertawa sendiri saat membuka ponselnya.
Waktu yang semakin cepat berlalu hingga mereka harus segera menyiapkan untuk acara pernikahan nya, mencetak undangan, foto preweeding dan membagikan undangan mereka. Untuk masalah gedung dan makanan itu menjadi urusan Pak Hadi dan kedua orang tua Arif.
"Gak sabar banget ingin menjadikan kamu istri Za" gumam nya sambil tersenyum.
Bisa di bayangkan kalau Ia dan Khanza sudah menikah rumah yang selalu sepi akan ramai, dan setiap pulang bekerja akan ada yang menyambutnya dengan senyum menawan.
-
-
-
-
-
JANGAN LUPA VOTE NYA YAH !!!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘🥰
2023-09-04
0
susi 2020
🥰😍
2023-09-04
0