“Halo Za gimana ?? kamu takut karena apa ?” kembali suara Arif terdengar di telinga Khanza.
Membuatnya kembali tersadar atas lamunan sesaat nya.
“Sudah mandinya ??” tanya Khanza
“Sudah. Makanya ini bisa telfonan lagi sama kamu. Kamu takut kenapa coba cerita sama Mas !!”
Khanza terdiam memikirkan bagaimana cerita tentang masalah. Bukan masalah juga sih. Mungkin bisa di katakan beban pikiran yang membuatnya tak tenang.
“Za...” panggil Arif dengan sangat lembut.
“Iya Mas. Khanza takut”
“Takut kenapa ?? kamu sendirian di rumah gitu ??”
“Bukan itu Mas. Khanza gak bisa jelasin di sini. Mas Arif datang kesini mau. Aku butuh Mas Arif” ucapnya terisak. Begitu pelan karena takut Arif tidak akan menyetujui keinginan nya ini. Apalagi ini sudah larut malam.
“Ya sudah kalau Mas Arif gak bisa. Tidak apa-apa makasih ya Mas. Assalamualaikum”
Tanpa menunggu jawaban dari Arif segera Khanza mematikan ponselnya. Malu sendiri karena menyuruh laki-laki itu datang kerumah nya malam-malam begini.
Khanza masih terdiam, duduk di atas kasur nya matanya belum juga ingin terpejam padahal jam sudah menunjukan pukul 09:30 malam.Biasanya jam segini dia sudah berkelana di dalam mimpi. Tapi entah kenapa malam ini dia tidak bisa tidur .. iNi pasti karena artikel yang Ia baca tadi siang. Sialan !!
Mengharapkan kedatangan calon suaminya itu tidak akan mungkin. Karena laki-laki itu pasti tidak akan menyetujui keinginan nya. Lagian Ayahnya pasti akan menegur mereka karena ketemuan malam-malam begini walaupun mereka sudah terikat di tali pertunangan. Tapi tetap saja mereka belum halal.
Jam terus berputar. Akhirnya Khanza memutuskan untuk tidur saja. To Arif juga tidak menghubunginya lagi. Sekedar menanyakan keadaan nya. Sungguh menyebalkan. Khanza terlalu berharap. Dan mungkin inilah rasanya jatuh cinta.
Matanya mulai terpejam dan mungkin sesaat lagi dia akan masuk kedalam mimpi. Tapi telinganya mendengar suara ketokan di kaca jendelanya. Awalnya Khanza tak menghiraukan lebih memilih pura-pura tidur seolah telinga Tak mendengar suara itu.
Tok---Tok---Tok.
Kembali suara itu Khanza dengar. Membuat bulu kuduknya meremang. Raganya semakin takut. Siapa itu ?? apa pencuri.
“Khanza ini Mas” samar-samar dia mendengar suara itu.
Suara orang yang barusan Ia telfon. Tapi apakah benar ?? jika memang Arif kesini kenapa tak menghubunginya terlebih dahulu.
“Khanza”
Dengan seluruh ketakutan nya. Serta berusaha memberanikan diri. Khanza bangun dari tidur nya kakinya melangkah ke arah jendela yang bisa terbuka. Tangannya terulur untuk membuka gorden sedikit demi sedikit. Hingga..
“Hai !!!”
Mata Khanza terbuka lebar. Dia seakan tak percaya dengan kehadiran laki-laki yang berdir di balkon kamarnya. Dengan tersenyum manis.
“Mas Arif” pekik Khanza.
“Iya Sayang. Buka jendelanya. Disini dingin” ucap Arif hampir tak terdengar.
Buru-buru Khanza membuka jendela kamarnya. Tentunya dengan sangat hati-hati takut kalau suara nya akan membangun kan sang Ayah yang kamarnya tidak berjauhan dengan kamarnya.
Karena kamar Khanza tidak di buat kedap suara oleh sang Ayah takut terjadi sesuatu kepada Khanza.
“Mas Arif ngapain kesini ??" tanya Khanza setelah Arif masuk ke kamarnya dengan melompat. Melewati pembatas.
“Iya karena kamu lah. Lagian belum cerita udah di matiin telefonnya kan Mas khawatir” ucap Arif sambil melirik kamar Khanza yang entah kenapa membuatnya nyaman disana.
Khanza beralih tak menjawab. Dia kembali menutup jendela tapi dia melirik ke arah luar untuk memastikan bahwa tidak akan ada yang melihat bahwa ada laki-laki yang masuk kedalam kamarnya.
“Kok gak lewat pintu depan aja ??" tanya Khanza sambil berjalan menuju kasur di ikuti Arif.
“Kira-kira sih Dek kalau mau nyuruh Mas lewat pintu. Apa gak langsung di usir sama Ayah aku datang jam segini” jawab Arif yang mendudukan diri di samping Khanza.
Jantung Khanza berdegup kencang. Ini kali pertama nya ada laki-laki selain ayahnya berada di dalam kamarnya. Dan sialnya lagi itu calon suami nya sendiri.
“Kamu kenapa dek ?? takut kenapa " Tanya Arif sambil memegan pundaknya. Membuat tubuh Khanza seperti terkena sengatan listrik.
“Ti--dak apa-apa Mas” jawab Khanza gugup.
Arif tersenyum menyadari kalau Khanza gemetaran seperti ini. Sangat lucu pikirnya.
“Berarti Mas manjat dong ke kamar Khanza ?”
“Iya. Mana jatoh sekali tadi”
“Apa jatoh ??” pekik Khanza
“Suuuut. Jangan keras-keras nanti kedengaran Ayah bisa gawat.”
Khanza mengangguk. “Sakit Gak ??” tanya Khanza berbisik.
“Lumayan” jawab Arif seperti meringis
“Sini aku obatin !!” ucap Khanza.
“Tidak usah. Ayo cerita sama Mas kamu takut kenapa ??” tanya Arif lagi.
Khanza menunduk. Dia menyadari kalau terlalu baper karena hanya membaca sebuah artikel dia sampai mengadu ke Arif. Padahal dia pun belum merasakan perubahan tubuhnya. Selama beberapa hari ini dia sehat-sehat aja.
“Dek”
Khanza menoleh. Sejenak mata mereka saling pandang. Ada desiran aneh yang di rasakan keduanya.
“Iya” jawab Khanza lembut.
“Kamu cantik sekali”
Blaaasss.
Wajah Khanza bersemu merah. Pujian dari Arif membuatnya malu sendiri.
Suasana malam yang hening di tambah dengan keadaan yang dingin. Arif berdiri dan berjalan untuk mematikan lampu di kamar Khanza. Membuat Khanza heran.
“Kenapa di matiin” tanya Khanza setelah Arif berdiri di hadapannya. .
“Kalau lampu kamu nyalah terus Ayah tau kalau kamu belum tidur” jawab Arif yang sedikit mencondongkan wajahnya di hadapan wajah Khanza.
Disana dia puas memandangi wajah Cantik Khanza.. Mata sipit dengan bulu mata yang lentik di tambah dengan lesung pipi yang membuat Khanza terlihat sangat cantik.
“Mas jangan gini !!” ucap Khanza merasa tidak enak dengan posisi keduanya.
“Kenapa ??” tanya Arif masih dengan posisi yang sama.
Tangan Arif memegang pipi Khanza. Dengan jari telunjuknya dia mengangkat wajah Khanza di dagunya. Sehingga mereka kembali berhadapan. Khanza tak menolak dia juga memandang wajah tampan calon suaminya..
Wajah Arif semakin dekat. Hingga tak terasa bibir keduanya beradu. Tak ada pergerakan mereka sama -sama diam . merasakan kelembutan bibir masing masing.
Jari jari Khanza me re mas seprai tempat tidurnya. Dia menyadari Ini tidak benar. Mereka belum sah sebagai suami istri. Tapi kenapa Ia tak berniat untuk melepaskan pagu Tan mereka yang Ia merasa bibir Arif sudah bergerak. Lidah nya menerobos di dalam mulut Khanza. meneliti setiap inci mulut Khanza.
“Emmmmmmm”
Entah kenapa suara itu lolos begitu saja di mulut Khanza membuat Arif semakin menggilan..
Setelah beberapa saat Arif melepaskan pa gu Tan nya.
“Maaf Za” ucap nya merasa bersalah. Tentu saja ini salah niat awalnya ingin menenangkan Khanza malah jadi seperti ini.
Khanza mengangguk kemudian menunduk. Dia sendiri pun merasa malu karena secara tidak sengaja dia menikmati ciuman sesaat mereka.
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰
2023-09-04
0
susi 2020
🙄🙄😂
2023-09-04
0