Chapter 15

Setelah mengikuti mata kuliah kedua Khanza akhirnya bisa pulang.

“Kamu gak bawa mobil Za ??” tanya Sinta setelah mereka berada di area parkir.

Khanza menggeleng Memang dia tidak membawa mobil. Karena tadi pagi dia di anterin oleh Arif.

“Jadi tadi di anterin ??” tanya Sinta lagi.

“Iya” jawab Khanza sambil mengambil ponselnya di dalam Tas. Dia hendak menghubungi orang rumah supaya bisa menjemputnya sekarang.

“Ya udah sama aku aja. Aku anterin sampai depan rumah” ajak Sinta.

Khanza mendongak dia menatap wajah Sinta dengan seksama. Sepertinya tawaran Sinta sangat luar biasa. Dia tidak harus menunggu jemputan yang akan membuatnya kesal.

“Beneran nih mau nganterin ??” tanya Khanza meyakinkan.

“Iyalah. Sejak kapan aku bohong”

“Ya udah yuk. Makasih ya sebelumnya”

“Ok"

Keduanya memasuki mobil dengan Sinta yang menjadi sopir. Di dalam perjalanan keduanya terus bercanda. Saling jahili sehingga membuat tawa kedua nya pecah. Rasanya Khanza sudah sangat merindukan momen ini. Dia berharap penyakitnya tidak akan kembali lagi. Jujur saja Khanza takut kalau penyakit kanker hati itu akan kembali menyerang tubuhnya.

Dia belum siap untuk itu masih banyak mimpinya yang belum terwujud. Dan yang utama keinginannya untuk menjadi istri Arif yang baik.

“Za. Kok malah melamun ??” ujar Sinta membuyarkan lamunan sesaatnya.

“Eh. Maaf Sin” jawab Khanza gelagapan.

“Kamu mikirin apa si Za ?? cerita deh sama aku !!”

“Aku hanya takut Sin. Takut kalau penyakit aku kambuh lagi. Karena waktu aku baca di internet seseorang yang mengidap kanker hati tidak bisa di sembuhkan. Jujur aku takut banget Sin”

“Udah deh Za kamu jangan banyak pikiran seperti ini karena semua itu akan memicu penyakit kamu kambuh lagi. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah pola hidup sehat. Tetap berpikir positif dan jangan capek-capek aku yakin sakit kamu gak akan balik lagi”

Khanza hanya mengangguk.Bukan hanya Sinta yang mengatakan semua itu. Arif pun demikian. Bahkan semua orang rumah selalu memberinya peringatan agar istirahat dengan total..

Ciiiit.

Bunyi Rem mobil Sinta terdengar menandakan kalau mereka sudah sampai di depan rumah Khanza...

“,Gak mampir dulu ??”, tanya Khanza .

“Enggak Za lain kali soalnya mau nganterin Mama belanja” jawab Sinta

“Oh. Ya udah hati-hati. Makasih ya udah nganterin aku. Salam sama tante Arum”

“Siap. Salam juga sama Om Hadi”

Khanza mengangguk Kemudian dia turun dan masuk kedalam halaman rumahnya. Di depan rumah ada Ayahnya yang sedang duduk sambil membaca koran.

Tumben Ayah di rumah ?? gak Dinas. Batin Khanza.

“Assalamualaikum Ayah” sapa Khanza

Pak Hadi mendongak kemudian melipat kembali Koran yang barusan dia baca. Dia tersenyum melihat kedatangan Khanza.

“Walaikumsalam.Baru sampai Nak ?? sama siapa pulang nya ??” tanya Pak Hadi sambil menyambut uluran tangan Khanza yang hendak mencium nya.

“Sama Sinta Yah. Ayah sih fokus banget bacanya sampai gak menyadari kalau Khanza udah pulang”

“Hehe. Maafkan Ayah tadi Ayah baca berita kemaren. Terus Sinta nya mana ??”

“Udah pulang Yah. Tumben Ayah gak ngantor ??”

“Iya gak papa lagian Ayah gak ada kerjaan juga di kantor. sekali kali lah bolos” ucap Pak Hadi tersenyum.

Khanza memutar matanya. Tapi sesaat kemudian dia tersenyum karena seingat Khanza dulu Ayahnya tidak pernah mau bolos setiap hari dia akan berangkat ke kantor walau tidak ada kerjaan.

******************

Malam hening. Hanya desir angin yang sesekali menerpa dedaunan. Belum lagi suara desisan Jangkrik seperti desisan Ular di gurun pasir memecah sepi malam itu.

Mata Khanza belum juga bisa terlelap bayangan Artikel yang Ia baca kembali terlintas di pikirannya. Ini sungguh menakutkan. Tubuh kecilnya mulai gemetar. Mungkin banyak orang yang mengatakan kalau dirinya tidak boleh berpikir negatif tapi tetap saja semua itu menjadi beban pikiran nya.

Kembali dia bangun berjalan kearah kaca besar yang menghadap keluar. Malam ini terasa sangat sunyi. Langit yang gelap karena tak ada satu bintang pun yang menghiasi. Hanya sinar lampu yang berada di setiap sisi jalan yang menerangi.

Huuuuuuu.

Nafas berat Khanza keluarkan dengan perasaan was-was. Kenapa harus dia yang merasakan semua ini ?? .

Andai Sang Bunda masih ada mungkin ada tempat Khanza berkeluh kesah. Ini terlalu sakit. Ini terlalu menakutkan.

Mata Khanza menatap kesekelilingnya Atau bahkan wajahnya mendongak supaya air mata tak kembali jatuh. Entah desiran dari mana Khanza berjalan mengambil ponselnya. Mencari kontak seseorang untuk menenangkan jiwanya sekarang.

Mas Arif.

Khanza mengejah nama itu. Sejak soreh tadi tak ada pesan dari pria itu Khanza tak ingin berpikir negatif. Karena mungkin saja Arif sedang banyak pasien.

*Tuuut

Tuuuut

Tuuuut*

Satu panggilan tak kunjung di jawab. Khanza tak kehilangan kesabaran dia kembali menekan panggilan berharap panggilan berikutnya di jawab oleh Arif..

Alhamdulillah.Yes di angkat.

Untuk yang ketiga kalinya panggilan di jawab oleh Arif.

“Halo Za. Maaf ya baru bisa jawab. soalnya baru sampai rumah”. suara Arif di seberang sana entah kenapa mendadak membuat perasaan Khanza menjadi tenang. Mungkin kah dengan hanya mendengarkan suara lelaki itu dia bisa setenang ini. bisa melupakan Masalah Kanker hati yang kemaren menyerang tubuhnya.

“Kamu belum tidur ??" tanya Arif lagi.

“Be--belum. Kenapa ganggu ya ??”

“Iya enggak dong. Aku malah senang kamu hubungin aku duluan seperti ini. Tapi aku mau mandi dulu. Nanti aku telefon balik”

“Jangan !!” suara Khanza tercekat di sana. Entah kenapa dia tidak mengizinkan Arif pamit untuk menutup telefon nya.

“Jangan apanya Za ??”

“Hmmmm. Anu. Jangan di matiin telefon nya”

Bisa di pastikan Arif di seberang sana sedang berjingkratan sakiing senang. Khanza bahkan malu sendiri sudah mengatakan semua itu.

“Tapi kan aku mau mandi. Bentar aja kok gak lama. Entar Mas telefon balik” Suara Arif kembali terdengar dengan sangat lembut.

“Mas mandi aja. Tapi jangan di matiin”

“Kenapa ??”

“Aku takut !!”..

Terdengar Arif menghela nafas. Khanza bahkan menggigit bibir bawahnya. Jantung nya berdegup kencang.

“Baiklah aku taroh Hp aku di atas meja. Kamu tungguin disana Mas mau mandi dulu. Jangan takut tidak akan ada apa-apa”

“Hmmmm”.

Setelah itu tidak terdengar lagi suara Arif mungkin dia sudah masuk kedalam kamar mandi. Hanya suara gemerisik yang entah apa itu.

Khanza memilih tak peduli. Dia dengan setia menunggu calon suaminya selesai mandi.

Bayangan jika nanti mereka sudah menikah dan akan tinggal satu atap atau bahkan satu kamar.

Membuat Khanza bingung apa yang harus di lakukan sepasang suami istri nantinya. selain Itu.

Tentu saja Khanza tau kalau masalah Anu. Walau dia belum pernah pacaran tapi Khanza sudah remaja. Bahkan dia tak bisa menyangkal atau pun munafik dia pernah menonton film begituan bersama Sinta.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

😍😍

2023-09-04

0

susi 2020

susi 2020

🥰🥰

2023-09-04

0

Adila Ardani

Adila Ardani

knp bab yg ini nga di kasih judul Thor

2022-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!