Setelah selesai bersiap Arif langsung bergegas untuk menjemput Khanza, entah kenapa dia sangat gugup, jantung berdegup dengan kencang.
Berulang kali Arif meniupkan nafas kasar supaya dia bisa tenang dan bisa mengendalikan detak jantungnya.
Arif menaiki mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menuju alamat yang sudah Khanza kirimkan..
“Ayolah jantung jangan seperti ini, !! kau malah membuatku bertambah gugup” gumam Arif pelan..
Tidak berapa lama Arif sampai di depan rumah Khanza, seseorang langsung membukakan pagar dan Arif langsung masuk kedalam halaman rumahnya.
Sebelum turun Arif berkaca terlebih dahulu, merapihkan rambutnya yang memang sudah sangat rapih, setelah itu dia turun.
Tok
Tok
Tok
“Assalamualaikum” Arif mengetok pintu rumah Khanza dan mengucapkan salam.
Ceklek.
Pintu terbuka ternyata yang membuka pintu adalah Pak Hadi.
“Waalaikumsalam” balas Pak Hadi dengan suara tegas.
Glekkk.
Arif menelan ludah nya berkali-kali entah kenapa Seringai Pak Hadi berbeda saat di rumah sakit, sekarang yang Arif lihat Pak Hadi penuh dengan ketegasan dan juga seperti nya dia galak.
“Malam om, eh salah sore menjelang malam om” sapa Arif berusaha seramah mungkin.
“Hmmmmm” hanya itu balasan Pak Hadi.
“Gila aku bisa kehilangan nafas kalau begini caranya, Ayahnya Khanza kenapa jadi galak gini sih perasaan kemaren-kemaren dia begitu ramah” batin Arif menunduk.
“Jadi kamu yang mau membawa putri ku makan malam ??” tanya pak Hadi, tanpa mempersilahkan tamu nya masuk dulu.
“I--ya Om”
“Kemana ??”
“Kemana aja Khanza mau Om, saya ikut aja”
Pak Hadi mengangguk-angguk, dia pandangi wajah Arif yang terlihat sedikit pucat apalagi badan nya gemetar mungkin karena takut dengan dirinya.
“Kalau anakku mengajak mu terjun kejurang kamu mau juga ??”
“Hah Apa Om ??” tanya Arif kaget.
“Tidak lupakan !! silahkan masuk Khanza sedang bersiap”
Pak Hadi berjalan duluan, sementara Arif mengelus dadanya berulang, sungguh berhadapan dengan Pak Hadi ketika di rumah sangatlah menegangkan, berbeda saat di rumah sakit karena pria itu akan terlihat sangat lemah.
Arif masuk kedalam rumah, dilihat nya Pak Hadi sedang duduk bersila sambil menonton televisi, Arif memperhatikan sekelilingnya terdapat banyak sekali foto Khanza yang terpajang, begitupun dengan Pa Hadi yang memakai seragam ketentaraan.
“Silahkan duduk !!" Pak Hadi mempersilahkan.
“Iya Om ,terimakasih” ucap Arif yang langsung menurut.
“Saya tidak akan menawarkan minuman karena kamu akan pergi lagi, takut mubazair”
“Iya Om tidak apa-apa”
Suasana kembali hening, tak ada lagi pembicaraan di antara mereka, Arif duduk dengan gelisah menunggu Khanza yang sangat lama sekali keluar
“Ini Khanza kemana ya ?? kok lama sekali ?? enggak sadar apa dia kalau aku susah bernafas saat berhadapan dengan Ayahnya”
Arif celingak-celinguk, dan Pak Hadi menyadari semua itu.
“Khanza memang sangat lama berdandan bahkan dia bisa sampai tertidur” ucap Pak Hadi enteng
“Hah” Arif melongo mendengar nya kalau sampai iya Khanza ketiduran berarti dia akan batal berkencan malam ini, padahal dia sudah sangat menantikan ini semua.
Tidak lama Khanza keluar, perempuan itu sudah sangat cantik dengan balutan drees berwarna pink, rambutnya dia biarkan tergerai dengan memakai aksesoris jepit kupu-kupu yang senada dengan drees nya.
“Kamu sudah siap nak ??” tanya sang Ayah.
“Iya Ayah, Khanza pergi dulu”
“Baiklah pulangnya jangan malam-malam”
“Baik Ayah”
Khanza menyalami tangan Ayahnya di ikuti oleh Arif.
“Kami jalan dulu ya Om”
“Iya jaga putri ku baik-baik”
“Iya Om”
************
Sekarang Arif dan Khanza sudah berada di sebuah Kafe terkenal di kota itu, Arif menarik kursi untuk Khanza duduki, Khanza tersenyum pipinya bersemu merah dengan perlakuan pria di hadapan nya.
“Mau pesan apa Za ?? ” tanya Arif dengan nada lembut.
“Apa saja samain sama kamu”. balas Kahnza.
“Baiklah !!”
Arif segera memanggil pelayan untuk memesan makanan, Arif memesan makanan yang tidak pedas karena mengingat Khanza baru selesai operasi. Untuk minumnya Arif hanya memesan air putih biasa.
“Kamu masih kuliah ??” tanya Arif memulai pembicaraan.
“Iya baru semester empat” jawab Khanza.
Arif kembali diam dia tak tahu harus bertanya apalagi, dia bingung apa lagi yang akan dia pertanyakan kepada Khanza.
“Hmmm, Kakak sudah lama kerja disana ??” sekarang giliran Khanza yang bertanya tentang pekerjaan Arif.
“Lumayanlah, rumah sakit itu punya sahabatku”
“Oh enak dong, jadi bisa minta naik gaji terus” Khanza tertawa mengatakan semua itu, Arif tersenyum melihat Khanza yang begitu ceria tak selalu murung saat masih di rawat.
“Dia itu kejam, mana bisa aku minta naik gaji paling bukan di naikin malah di turun kan gajiku” balas Arif seperti kesal.
“Memangnya teman Kakak itu siapa ??”
“Dia adalah putra sulung keluarga Abraham grup, kamu pasti tau kan ?”
“Oh, iya Taulah Kak, siapa yang gak kenal dengan keluarga Abraham, pengusaha terkenal dan terkaya di kota ini”
Arif mengangguk-angguk, dia terkadang iri dengan Kenan karena banyak sekali yang mengenalnya ,apa perlu dia menjadi seorang CEO supaya banyak yang kagum dan mengenalnya.
“Kakak belum mau nikah ??” Khanza kembali bertanya.
“Kalau kamu udah siap Ayo” jawab Arif sambil tersenyum.
Khanza terdiam, entah apa maksud Arif apa dia serius atau hanya bercanda, Khanza pun tak tahu, tapi mendengar itu Khanza menjadi bahagia.
Padahal dalam hidup nya tidak ada yang tertulis kalau dia akan menikah mudah, Kahnza menepuk jidatnya karena terlalu berkelana dengan ucapan Arif.
“Hahaha, jangan terlalu di pikirkan aku hanya bercanda”
Betul kan perasaan Khanza kalau Arif hanya bercanda, tapi kenapa dia terlihat bersedih mungkinkah dia mau kalau Arif benar-benar akan melamarnya.
Tidak lama pesanan mereka datang, Arif dan Khanza menikmati makan malamnya, ini sudah menunjukan pukul 07 malam.
“Setelah ini mau kemana lagi ??” tanya Arif.
“Ketaman yuk, pasti rame disana”
“Tapi disana dingin, kamu kan baru keluar dari rumah sakit”
Khanza mengerucutkan bibirnya nya membuat Arif semakin gemas.
“Ya sudah kita kesana, tapi kamu pakai jaket”
“Khanza gak bawa jaket Kak”
“Ada di dalam mobil, tapi punya Kakak tidak apa-apakan ??”
Kahnza tersenyum bahagia, dia mau memakai jaket Arif.
Setelah selesai makan dan Arif membayar pesanan mereka, Khanza dan Arif langsung menuju taman yang di katakan Kahnza.
Saat tiba disana sebelum turun Arif terlebih dahulu memakaikan jaket ketubuh Khanza, wangi khas tubuh Arif membuat Kahnza nyaman.
“Selesai ayo turun !!” ajak Arif setelah memakaikan jaket.
“Hmmm, makasih Kak”
Arif turun terlebih dahulu baru dia membukakan pintu untuk Khanza, mereka terlihat sangat romantis sama seperti pasangan yang berlalu lalang di taman tersebut.
Arif menggenggam tangan Khanza dengan erat seakan segan untuk melepaskan nya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
susi 2020
🥰😍😍
2023-09-03
0
susi 2020
🙄🙄
2023-09-03
0
Bennetta Sheena
Arif dalam hati: yah ngga gitu juga Om 😖
2022-10-08
0