Khanza mau Pulang

1 hari telah berlalu, Khanza semakin tak sabar untuk pulang, dia ingin segera pergi dari rumah sakit itu, kembali kuliah dan berkumpul bersama teman-temannya, lagian Khanza tidak betah tidur di kamar rumah sakit tersebut, walaupun Khanza berada diruangan VIP tapi tetap saja Khanza tidak betah.

(Memang siapa yang betah berada dirumah sakit)

“Ayah, Khanza mau pulang” ucap Khanza kembali merengek dengan Ayah nya.

Pak Hadi tersenyum sekarang dia sudah tak memakai pakaian militer lagi, karena semalam dia pulang sebentar untuk berganti pakaian.

“Sabar ya Nak !! kalau sudah di izinkan Khanza pasti akan pulang” jawab sang Ayah dengan lembut.

“Memangnya Khanza sakit apa Yah ?? kenapa Khanza belum di bolehkan pulang ??” tanya Khanza sembari menatap wajah Pak Hadi dengan seksama

Pak Hadi terdiam, haruskan dia mengatakan semuanya, kalau saat ini Khanza mengidap kanker hati, tapi Pak Hadi takut kalau Khanza akan kehilangan semangatnya.

“Yah” kembali Khanza memanggil, melihat sang Ayah hanya terdiam Khanza menerka bahwa terjadi sesuatu.

“Iya Nak” jawab pak Hadi

“Khanza tidak apa-apakan??”

“Khanza sehat Nak, percaya sama Ayah” Pak Hadi membalas dengan senyum paksa, senyum yang teramat sakit karena melihat kondisi anaknya.

Memang saat ini tubuh Khanza belum berubah. tapi seiring berjalan nya waktu tubuh Khanza akan semakin kurus karena berat badan nya akan semakin menurun, Pak Hadi hanya bisa berdoa semoga setelah melakukan operasi tumor yang ada di tubuh anaknya akan hilang.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, ada Arif dan dua orang perawat masuk keruangan Khanza, Arif tersenyum ramah kepada Khanza tapi di balas cuek oleh Khanza.

“Bagaimana keadaan nya sekarang ??” tanya Arif dengan tersenyum.

“Baik, aku ingin pulang” ucap Khanza ketus.

Arif melirik kearah Pak Hadi, dari perkataan Khanza, Arif menyimpulkan kalau saat ini Khanza belum mengetahui keadaan nya.

“Tapi kamu belum sembuh, kamu masih harus di rawat” ucap Arif lagi

“Memangnya Khanza sakit apa dok ?? kenapa Khanza gak boleh pulang ?? Khanza kan baik-baik saja”

Pak Hadi langsung menenangkan putrinya “Sabar Nak !! Khanza gak boleh gitu” ujar Pak Hadi dengan lembut.

“Bisa kita bicara ??” tanya Arif kepada pak Hadi.

“Bisa dok”jawab Pak Hadi

Pak Hadi langsung berjalan mengikuti Arif, karena penasaran Khanza mengintip untuk mendengarkan apa yang akan di sampaikan sang dokter kepada Ayahnya.

Di luar ruangan Arif langsung bertanya.

“Apa bapak belum memberi tahu keadaan Khanza ??” tanya Arif.

“Belum dok, saya tidak sanggup mengatakan nya, saya takut anak saya akan kehilangan semangatnya” balas pak Hadi dengan lirih, raut kesedihan begitu jelas di wajahnya.

“Tapi anda harus memberi tahu semuanya, karena kita akan melakukan tindakan operasi karena kalau terus di tunda ,tumor itu akan semakin besar dan akan sulit di obati”

Pak Hadi terdiam dia memang harus melakukan itu, karena kalau dokter langsung melakukan operasi tanpa memberi tahu Khanza tentang kesehatan nya maka Khanza akan menolak.

“Saya akan berusaha” ucap Pak Hadi setengah yakin.

“Baiklah saya tunggu, karena ini masalah serius, putri bapak mengidap kanker hati, jadi harus segera di tangani”

“Iya dok saya mengerti”

Arif mengangguk, dan segera pamit, setelah kepergian Arif pak Hadi terduduk lesu mendengar kabar buruk itu, dia tidak tega melihat putrinya seperti itu..

**********

Di dalam ruangan Khanza terdiam, bagaikan tersambar petir saat mendengar apa yang barusan dia dengar, dia mengidap kanker hati sekarang ??.

“Tidak ini tidak mungkin” ucap Khanza lirih.

Air matanya menetes dengan deras, kenapa dia harus merasakan semua ini, apa hidupnya tak akan lama lagi, lalu jika dia pergi siapa yang akan menjaga Ayahnya, Khanza yakin Ayahnya akan kesepian jika dia menyusul sang bunda.

Ceklekkk.

Pintu terbuka, Pak Hadi kembali dengan wajah sembab, dan Khanza tau kalau Ayah nya habis menangis hanya saja Pak Hadi begitu pintar menyembunyikan semuanya.

Khanza berdiri dan langsung memeluk Ayahnya dengan kuat, Pak Hadi heran dengan tingka putrinya.

“Ayah kalau mau nangis, nangis aja !! Khanza tau saat ini Ayah terluka, Khanza udah tau semuanya"

Deggggg

Pak Hadi terdiam mendengar ucapan putrinya.

“Apa yang Khanza tau ??” tanya Pak Hadi memastikan.

“Khanza sakit kanker hati kan ??”

Lagi-lagi jantung Pak Hadi berdetak dengan cepat, kenapa secepat ini anaknya tau, padahal pak Hadi baru saja menyusun rencana untuk mengatakan semuanya.

“Ayah jangan khawatir, Khanza kuat kok Khanza akan terus nemenin Ayah”

Air mata pak Hadi menetes rasanya dia sudah tak mampu menahannya, dari kemaren dia menahan tangisan nya dan sekarang dia akan meluapkan nya.

“Khanza yang sabar ya !! Ayah yakin Khanza akan kembali sehat Ayah akan lakukan apapun untuk Khanza”

Khanza melepaskan pelukan nya, dia memandang wajah Ayahnya dan tersenyum.

.

“Iya Ayah, Khanza akan baik-baik saja”

***********

Jam menunjukan pukul 02 sore, Khanza ingin keluar dan sedikit jalan-jalan, dia butuh tempat untuk sendiri karena besok pagi Khanza akan melaksanakan operasi, semoga saja setelah itu dia akan sehat kembali.

“Yah Khanza boleh keluar gak ?? jalan-jalan di sekitar rumah sakit ini, sama Bu Sri” tanya Khanza.

Pak Hadi kembali berpikir, akhirnya dia mengizinkan, dengan di bantu bik Sri Khanza keluar ruangan menggunakan kursi roda, dia sudah seperti orang sekarat saja rasanya.

“Bu aku mau duduk disana" ucap Khanza sambil menunjuk bangku panjang di lingkungan rumah sakit. mereka saat ini sudah di luar.

“Baik Non” Bik Sri mendorong kembali kursi rodanya.

Dan sekarang Khanza duduk disana, masih di atas kursi roda, baru 2 hari di rawat rasanya Khanza sudah sangat rindu menghirup udara bebas.

“Bu tinggalkan aku sendiri, Khanza ingin sendiri” ucap Khanza.

Bik Sri mengerti dia meninggalkan Khanza disana, tapi Bik Sri memilih duduk tak jauh dari Khanza ,dia tidak mungkin meninggalkan Khanza tanpa pengawasan.

Khanza duduk termenung memikirkan nasibnya seperti ini, dia bahkan belum mengabari Sinta tentang kesehatan nya pasti sekarang Sinta tengah mencari dimana dia sekarang.

Air mata Khanza kembali menetes membasahi pipi mulus yang sedikit pucat, apalagi bibirnya yang sedikit biru tenyata kanker itu cepat sekali mengambil keceriaan wajahnya.

“Jangan menangis, peri kecil” tiba-tiba seseorang memberikan sebuah bunga mawar putih dan berkata demikian.

Khanza mendongak dia menatap laki-laki berjas putih yang selalu memeriksa keadaan nya.

“Ini buat kamu” ucap Arif.

Khanza menerima bunga mawar itu, namun masih dengan raut wajah sedihnya.

“Jangan di buat beban, Allah tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambanya” Arif duduk tanpa di persilahkan.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Muhardi

Muhardi

kanker hati...trs operasi tumor...nggak ngerti aku thor

2024-02-13

0

susi 2020

susi 2020

😔😔😔

2023-09-03

0

susi 2020

susi 2020

😭😭😭

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!