Hari yang ditunggu oleh Lusi pun akhirnya datang. Hari pernikahannya dengan Awan dipercepat karena para orang tua malu jika sampai banyak khalayak yang tahu akan aib tersebut. Acara resepsi pernikahan yang hanya disiapkan dalam waktu satu minggu itu berlangsung mewah dan megah. Tujuan utamanya adalah untuk menutupi kesan dadakan yang akan mencurigakan berbagai pihak. Orang tua Awan tentu tidak mau ambil resiko yang bisa mencoreng nama baiknya. Selain rusak reputasinya, dia juga tak mau para clientnya meninggalkan bisnisnya.
Kolega bisnis Awan dan ayahnya banyak yang menghadiri acara tersebut. Apalagi orang tua Lusi juga seorang pengusaha meskipun perusahaannya tak sebesar keluarga Awan. Ditambah dengan Lusi yang seorang designer yang sudah terkenal hingga manca negara.
"Senyum donk sayang, kita baru aja nikah loh", ujar Lusi bergelayut manja di lengan Awan. Tapi Awan tak melepaskannya meskipun dia sangat risih,karena mereka sedang berada di pelaminan.
"Nggak usah berharap lebih, gue pastikan gue akan segera ceraiin lo", desis Awan berbisik.
"Kenapa? kami masih ngarepin anak kecil itu?", Lusi juga berbisik,tapi masih menampilkan senyum merekah. Dan begitu romantisnya pasangan itu nampak di mata para tamu undangan.
"Sampai kapanpun, cuma Mentari yang gue cinta",tegas Awan.
"Tapi sayangnya ada anak kamu disini",Lusi membelai lembut perutnya yang berbalut gaun pengantin indah rancangannya sendiri.
Awan diam,malas jika terus meladeni Lusi. Dia ingin acaranya cepat selesai dan dia ingin segera kembali ke apartemennya.
Sudah seminggu ini juga Mentari tidak tahu sama sekali kabar Awan. Selain nomor Awan yang ia blokir, Mentari juga menyibukkan diri dengan menghabiskan waktunya bersama Angga dan Meli. Meli sekarang malah jadi join dengan Angga and the genk karena kedekatan Mentari dan Angga. Cukup besar ternyata pengaruh teman-temannya itu untuk Mentari. Dia bisa sedikit melupakan Awan. Namun sayang,semua itu belum cukup mengobati luka hatinya.
"Tari,lo lihat ini deh",Meli menyodorkan ponselnya kepada Mentari. Mereka duduk berdua di bangku yang ada di koridor sekolah.
Mentari menerimanya. Raut wajahnya seketika berubah saat memandangi gambar disebuah aplikasi yang sangat digemari oleh para penggunanya itu. Ekspresi yang entah, initidak bisa menggambarkan apa yang sedang ia rasakan. Karena sebisa mungkin Mentari segara menormalkan mimik wajahnya.
"are you okay?",Meli duduk disamping Mentari,merangkul bahunya seolah memberi semangat sang sahabat.
"Tenang aja,gue nggak apa-apa", jawab Mentari dengan tersenyum. Tetapi Meli tahu betapa hancurnya perasaan sahabatnya itu.
"Gue ke toilet dulu ya Mel",Mentari berdiri,masih berusaha mempertahankan mimik cerianya. Menahan agar air matanya tak lolos begitu saja.
Meli mengangguk,sangat tahu apa yang Mentari rasakan. Secepat kilat, Mentari berlari menuju toilet sekolah. Belum sampai di dalam saja air matanya sudah lolos. Dia masuk ke dalam bilik toilet kecil itu, mendudukkan tubuhnya sambil terisak tanpa suara. Ya,Mentari membekap mulutnya sendiri dengan tangannya agar isaknya teredam. Akhirnya Awan benar-benar menikahi Lusi hari ini.
Di luar toilet, Angga memandangi pintu toilet perempuan,memikirkan sesuatu yang berkecamuk dipikirannya. Mungkin saja benar dugaannya selama ini,ada yang tak beres dengan hubungan Awan dan Mentari. Dia sempat melihat layar ponsel Meli yang masih menyala tadi,tepatnya menampilkan tayangan siaran langsung dari akun lambe nyinyir dalam prosesi ijab qobul Awan dan Lusi,yakni Awan sebagai pengusaha sukses dan tampan pastilah akan jadi sorotan publik. Niat hati ingin menghampiri kekasihnya, malah dia dapati Mentari yang berlari kencang menuju toilet, terkesan buru-buru dengan raut wajah tak biasa, bahkan sampai menabrak beberapa orang.
Sepertinya dugaan gue benar. Semoga saja apa yang gue khawatirin nggak terjadi. Angga menyandarkan tubuhnya di dinding toilet,memejamkan matanya. Sungguh dalam hatinya dia merasa iba dengan Mentari.Tapi jika teringat akan hubungan spesial Mentari dan 'om' nya itu,Angga merasa kesal sendiri. Apalagi memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika dua sejoli yang dimabuk cinta berada dalam satu tempat privasi.
Mentari memang bersedih, tapi jiwa kemandiriannya telah membuatnya menjadi sosok yang kuat. Tidak hanya fisik,mental Mentari juga telah terasah,dan sekarang hatinya sedang ditempa. Bukan hanya sejak ayahnya tiada,tapi jauh sebelum itu,setelah sang ibu pergi menghadap sang khalik,Mentari sudah dilatih mandiri oleh ayahnya.Sedih boleh,tapi hidup tetap harus berjalan.
"Lo kalau butuh temen cerita,gue siap loh Tar", ujar Meli.
"Kalau gue bilang nggak sedih,pasti lo nggak percaya kan? Tapi asal lo tahu,gue itu kuat Mel"
"Iya iya...percaya...",Meli memeluk Mentari dari samping menikmati sisa jam kosong sebelum bel pulang berbunyi.
Dering ponsel Mentari berbunyi. Tersenyum kecil saat membuka ponselnya terdapat notifikasi pesan dari kekasihnya. Berusaha melupakan sakit hatinya.
Angga
Pulang sekolah,jalan yuk!!
Mentari
Kemana?
Makan mie ayam mang Jajang aku mau
Angga
No!
hari ini aku mau ajak kamu nonton
Mau?
Mentari
Boleh,tapi traktir ya....
Mentari tersenyum saat mendapat balasan dari Awan yang mengatakan bahwa dia akan menunggu di parkiran seperti biasa.
"Cie...yang mau nonton sama pacar",Ledek Meli yang sedari tadi mengintip ponsel Mentari." Yakin aja lo sama Angga,meskipun kelihatannya playboy begitu,setelah gue deket sama mereka,ternyata mereka asyik"
"Asyik buat berteman", Mentari menegaskan.
"Gue rasa,kalo sama lo dia serius Tar. Baru kali ini gue lihat Angga sengalah itu sama cewek,biasanya kan dia yang dikejar-kejar sama ceweknya"
"Kok lo tahu?"
"Gue kan perhatiin dia,Ups", Meli menutup mulutnya.
Mentari terkejut. "Jangan bilang lo suka sama dia ya?",Selidik Mentari.
"Ya nggak lah", Meli mengelak."Cinta gue cuma buat Bian seorang. Tapi kan kalau ada cowok sekeren dan sepopuler dia pasti banyak yang perhatiin kan?! Lo juga kan?", Meli menghunus telunjuknya di depan wajah Mentari.
"Iya sih", Mentari nyengir. "Tapi dikit doank, gue sibuk cari sesuap nasi",tambahnya dramatis.
Seperti rencana awal, Mentari dan Angga menyambangi salah satu mall di kotanya untuk menonton bioskop.
"Kamu mau nonton apa?",tanya Angga saat mereka sudah siap mengantri tiket.
"Yang ini aja ya, kayaknya komedi lebih asyik", sahut Mentari sambil menunjuk salah satu film disana. Siapa tahu bisa menghibur dirinya
"Ya udah,boleh.....",Angga tersenyum.
Mentari menyadari satu hal,jika Angga ternyata begitu perhatian. Dia jadi merasa seperti ratu namun perhatiannya tidak lebay. Mungkin karena dia terbiasa dengan berbagai karakter cewek yang dikencaninya jadi dia paham cara memperlakukan perempuan. Beda dengan Awan yang malah terkesan manja pada Mentari dan kehendaknya ingin selalu dituruti. Mentari nyaman dengan Angga,tapi Mentari cinta dengan Awan.
Sepanjang sore itu Angga dan Mentari menghabiskan waktu untuk menonton dan jalan-jalan di dalam mall tersebut.Namun,tidak untuk makan,karena Mentari request mie ayam mang jajang.
"Mentari"
"Hmm", Mentari yang tadinya memperhatikan lalu lalang kendaraan di depan warung mang Jajang menoleh ketika Angga memanggilnya dan menatap dengan intens.
"Kenapa?",Mentari salah tingkah ditatap seperti itu.
Angga menggeleng, sepertinya dia masih menimbang apa dia perlu tanyakan hal yang sedang berkeliaran diotaknya itu.
"Kenapa? Ngomong aja", Mentari mengerti gelagat Angga.
"Ehm...",Angga masih tampak ragu.
"Katakan aja Ngga"
"Tapi kamu jangan marah ya",pinta Angga.
"Ya tergantung donk..."
"Tuh kan... Janji dulu jangan marah", Angga merengek bak anak kecil.
Mentari mengangguk sambil tersenyum.
"Ehem...",Angga berdehem sebelum bertanya. " Apa kamu punya hubungan spesial dengan om kamu?"
Mentari cukup terkejut, raut wajahnya berubah, ada kerutan di dahinya.
"Sorry",cicit Angga. "Kalau nggak mau jawab nggak usah dijawab"
"Emang kelihatan banget ya?",Mentari malah tertawa. Kebalikan dari ekspresinya tadi.
"Dari sikap om kamu itu dari awal gue ketemu"
"Iya,dia bukan om aku"
"Serius?! tapi kalian tinggal bersama loh", Angga mulai negative thinking.
"Ceritanya panjang. Nggak seperti yang kamu pikirin pastinya. Aku tahu kamu mikir aneh-aneh kan?"
Awan mengangguk. "Aku cuma khawatir Tar"
"Aku disana cuma jadi pembantu Ngga. Aku nggak bisa bayar ganti rugi karena udah nyerempet mobilnya waktu itu,jadi aku ganti jadi pembantu selama 4 bulan",jelas Mentari
"Tapi...", sanggahan Angga dipotong suara Mentari.
"Iya aku tahu apa yang ada dipikiranmu", Mentari paham Angga curiga ada 'main' antara dirinya dan Awan." Om awan sangat menjaga aku Ngga. Percaya deh. Tapi..."
"Tapi apa?",Angga penasaran dan gusar.
"Tapi malah mantan pacarnya yang dihamilin sampai mereka nikah. Padahal dia bilang sayang sama aku. Jadi aku cukup merasa beruntung sebenarnya nggak sampai sejauh itu sama om Awan"
"Kamu cinta sama dia?"
Mentari mengangguk ragu. "Sorry..",lirihnya merasa tak enak hati.
"Nggak apa-apa",Angga tersenyum." Aku yang akan gantiin dia. Aku juga akan ngobatin luka dihati kamu",ucap Angga tulus sambil menggenggam tangan Mentari, setelahnya ia mengacak rambut Mentari dengan sayang.
"Makasih ya.... maaf kalau belum bisa jadi yang kamu harepin"
"Aku yang akan mewujudkan itu semua. Kamu hanya tinggal menerima dan membuka hati",ujar Angga tersenyum manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments