Hari ini, sepulang sekolah Mentari memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Tadi,dia sudah meminta izin Awan untuk membersihkan rumahnya yang sebulan lebih tak ia kunjungi. Rumah itu nampak kotor dan tak terurus. Banyak debu di mana-mana. Rupanya, Mentari harus menggunakan tenaga ekstranya untuk membersihkan rumahnya itu.
Mentari teringat tujuannya datang ke sini. Sebenarnya bukan untuk membersihkan rumahnya,melainkan mengambil kalung yang pernah diberikan oleh almarhumah ibunya dulu. Kalung itu pemberian ayahnya sewaktu ibunya ulang tahun,karena Mentari anak perempuan jadilah kalung itu jatuh ke tangannya saat sang ibu menghembuskan napas terakhirnya. Mentari berniat menjual kalung itu untuk melunasi hutangnya kepada Awan.
"Kira-kira berapa duit ya kalau di jual?", monolognya sambil menatap kalung yang ada di tangannya itu."Maafin Mentari Bu, tapi Mentari nggak tahu harus gimana. Daripada Mentari semakin berharap sama om Awan lalu Mentari kecewa mending Mentari jual kalung ini". Dia berniat menjual kalung ibunya untuk membayar sisa hutangnya kepada Awan.
Selama ini meskipun Awan bilang tidak akan macam-macam lagi,tapi kenyataannya dia selalu saja khilaf mencium dan memeluk Mentari. Mentari takut dia berharap lebih kepada Awan karena keintiman mereka. Karena Mentari tahu sebentar lagi laki-laki itu akan menikahi kekasihnya.
Tak terasa air matanya mengalir mengenang ibu dan ayahnya yang sudah tiada."Ibu...ayah...hiks...hiks...", ia hanya bisa meratapi nasibnya yang hidup sebatang kara.
Mentari menghapus air matanya, ia harus bergegas ke toko perhiasan tempat ayahnya membeli dulu. Pasalnya tempatnya lumayan jauh dari rumahnya. Dia ingat dengan jelas pesan Awan, Mentari harus pulang kurang dari jam 7 malam kalau tidak ingin singa itu mengamuk.
***
"Ndra, beliin pizza yang large sama ayam goreng juga minumannya", titah sang Awan
"Tumben mau makan junk food?"
"Banyak bacot lo,sana lakuin aja yang gue perintah!!",katanya sambil mendorong bahu Indra.
"Oh ya,lo handle ya meeting gue sama pak Bondan ntar jam 7",titahnya lagi sebelum sang asisten keluar dari pintu ruangannya.
" Mau kemana emangnya boss?"
"keppo lo!", jawabnya acuh.
Indra kesal mendengar jawaban Awan. Sudah bagus dia mau menggantikan meeting,tapi jawabannya menyebalkan." Gue nanya lo itu biar gue bisa jawab kalo pak Bondan atau bokap lo nanyain lo boss",Indra nyolot,lalu mendengus kesal.
"Gue mau kasih surprise Mentari"
" Emangnya dia ulang tahun?". Indra mengernyit.
"Emang surprise kalau ultah doank?", Awan melempar Pulpen ke arah Indra,tapi Indra berhasil menghindar." Dia lagi bersihin rumahnya,jadi gue mau bawain dia makanan,pasti dia laper", jelasnya lagi sambil membayangkan Mentari yang senang dengan kehadirannya.
Indra geleng-geleng kepala dengan tingkah bossnya. Dia pikir bossnya seperti orang yang sedang jatuh cinta. Tapi daripada berdebat lagi kalau mengutarakan instruksi mending ia menuruti saja apa kemauan si boss membeli makanan untuk Mentari.
Jam 17.15 Awan sampai di rumah Mentari. Tapi,gerbang dan pintu masuk sudah terkunci dan keadaannya sepi. Awan meraih ponsel dan menghubungi Mentari. Tersambung,namun tidak mendapat jawaban.
Berkali-kali Awan mengulangi,tapi tetap tidak dijawab oleh Mentari.
"Kemana sih nih bocah?",tanyanya sambil terus menghubungi Mentari, tapi sekarang malah tidak aktif.
"Sial!!, jangan-jangan dia bohong lagi padahal mau jalan sama tu cowok brengsek". Awan kesal setengah mati,niat hati memberi kejutan malah dia yang terkejut.Dia memukul stir mobil berulang kali.
"Apa dia udah balik apartemen terus ketiduran?",monolog Awan menghibur diri. "Oke gue balik aja,semoga dia udah disana". Awan memutar mobilnya menuju apartemen. Berharap bertemu sang gadis di sana.
20 menit waktu Awan untuk sampai di apartemennya.Dia berdebar,seperti akan bertemu client penting saja,bahkan lebih deg-degan kali ini. Dia menekan password dan membuka pintu perlahan,namun....sepi.
Awan menyusuri seluruh penjuru apartemen,tapi nihil, tidak ada tanda-tanda Mentari di sana.Semua masih sama seperti tadi pagi. Awan meradang memikirkan apa yang sedang dilakukan Mentari, khawatir Mentari berbuat macam-macam dengan Angga.
***
Pukul 18.52 Mentari masuk ke apartemen Awan, setelah menutup pintu dia berbalik dan terkejut melihat Awan sedang menatapnya tajam. Duduk di sofa dengan bertumpu kaki dan melipat tangan di depan dada.
"Om udah pulang?"
"Dari mana saja Mentari?!",Awan bertanya dengan geram.
Mentari bingung,pasalnya belum jam 7 ia sudah pulang tapi kenapa sepertinya majikannya itu marah?
"Dari rumah om"
"Bohong!!"
Mentari terkejut,suara Awan menggelar. "Be...bener om"
"Jangan bohong lo Mentari, tadi gue ke sana dan lo? nggak ada disana"
Mentari terkejut lagi,bingung juga kenapa Awan ke sana."Oh mungkin tadi akunya udah pergi om,maaf tadi mampir ke tempat Meli",Mentari terpaksa berbohong karana takut Awan semakin marah kalau dia jujur.
"Maaf om,kalau tahu om mau ke sana tadi pasti aku tungguin"
Awan mendengus," lo nggak tahu gue nelpon lo dari tadi,tapi nggak lo angkat?"
Seketika Mentari memeriksa ponselnya dan...mati.
"Maaf om,Hp ku mati",lirihnya sambil menunjukkan ponselnya.
Awan masih kesal sebenarnya,tapi setidaknya dia lega saat tahu Mentari tidak bersama Angga." Ya sudah, ayo makan. Gue udah beliin lo banyak makanan tadi,tapi malah lo nya nggak ada". Awan beranjak merangkul Mentari menuju ruang makan.
"Maaf om",cicitnya.
***
"Mel, gue pinjem duit 2 juta boleh?". Uang hasil penjualan kalung kemarin sekitar 5 juta saja,sedangkan ia memiliki tabungan 3 juta dari uang saku yang Awan berikan. Kurang 2juta lagi pikirnya untuk mengganti waktu kurang dari dua bulan lagi
"Kemarin aja sombong,sekarang udah bokek lagi lo?",cibir Meli. Jam terakhir hari ini ternyata jam kosong dikarenakan para guru rapat untuk ujian semester.
"Gue pengen bebas dari om Awan"
Meli menoleh,merasa aneh dengan temannya. Masalahnya setahu Meli sahabatnya itu bisa hidup dengan cukup baik saat bersama Awan, tak perlu kerja sampai malam seperti sebelumnya."Kenapa sih?"
"Gue pengen lepas aja Mel, om Awan tuh terlalu ngekang gue, apalagi kalau menyangkut Angga", jelas Mentari.
"Gue rasa sih om lo itu suka deh sama lo?"
"Iyalah kalau nggak suka nggak mungkin baik sama gue"
"Bukan suka itu,tapi lebih ke perasaan gitu,ya...semacam cinta mungkin"
"Jangan Ngaco lo!! Om Awan mau married bentar lagi bego!! Bisa-bisanya lo bilang dia cinta sama gue". Mentari memukul lengan Meli." Udah deh,boleh nggak ni gue pinjem. Tenang gue balikin tapi nyicil",katanya sambil nyengir.
"Boleh lah,lo bilang aja kalau lo butuh". Ada jeda sebentar sebelum berkata,"abis salah lo sendiri nggak minta tolong gue dari kemarin-kemarin. lo tuh tiap ada kesulitan gue tawarin bantuan pasti nggak mau,sok bisa ngurusin hidup lo sendiri sih lo,padahal temen lo ini baik hati",sombongnya.
"Iya gue tahu,kalau lo nggak baik, mana mau lo temenan sama gue,sering traktir lagi",Godanya sambil merangkul Meli."Makasih banget ya Mel".
"Jadi lo pilih Angga?", kesimpulan Meli.
Mentari mengedikkan bahu,tak tahu gimana perasaanya yang sebenarnya. Tapi dia malas mikirin itu semua. Sudah cukup puya sahabat seperti Meli saat ini. Ya,seperti itulah Meli, sahabat sejati yang selalu ada untuk Mentari, Hanya saja,Mentari tidak mau asal memanfaatkan sahabat. Baginya, Meli mau jadi sahabatnya aja udah syukur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments