Lusi hamil

Hari berganti hari,minggu berganti minggu. Hubungan Mentari dan Awan semakin dekat,pun dengan Angga yang pantang menyerah mengejar Mentari. Namun,sejak Mentari dan Awan saling mengungkapkan perasaan, Mentari lebih memilih sedikit menghindar dari Angga. Siapa sangka, justru sikap misterius Mentari,membuat Angga semakin penasaran.

Mentari juga sudah mendapatkan uang dari asuransi kematian ayahnya. Tapi,dia tidak mengatakan apapun kepada Awan perihal masalah itu.Dia hanya berunding dengan sang kakak,itu pun hanya melalui percakapan telepon, "Pakailah uang itu buat kebutuhan sama sekolahmu,setidaknya sampai kamu lulus biar kamu bisa fokus sekolah tanpa harus sambil kerja jadi pembantu",kata kakaknya kala itu. Ya, setahu kakaknya,Mentari memang bekerja sebagai pembantu sepulang sekolah. Karena Mentari merasa bahwa anak ayahnya bukan hanya dirinya,maka dia putuskan memberi modal kakak ipar berjualan kecil-kecilan dirumahnya sebesar 50 juta saja. Mereka yakin ayahnya juga pasti senang jika saja tahu kalau uang asuransinya dipergunakan anak-anaknya.

"Om"

"Hmmm"

Mereka sedang berpelukan di atas tempat tidur Awan. Menikmati quality time berdua saat libur seperti ini, sangat menyenangkan,meskipun tak jarang mereka menyempatkan menikmati waktu berdua disela-sela kesibukannya.

"Minggu depan aku ada wisata ke puncak,buat healing aja,sebelum ujian kelulusan,berlaku cuma buat kelas XII"

Ada kerutan di kening Awan,seperti ada yang mengganggu pikirannya.

"Apa cecunguk itu juga ikut?"

"Iyalah om,kan Angga juga kelas XII"

Awan galau sekarang, itu artinya Mentari akan pergi ke puncak dengan Angga. Nggak bisa dibiarin nih.

"Baby"

"iya..." Suara lembut Mentari mengalun di telinga Awan.

"Apa dia masih suka ganggu kamu?'

"Masih,bahkan kemarin aja ngasih coklat ke aku"

Awan menjauhkan badannya dari Mentari. " Terus kamu terima?"

Mentari mengangguk," Dianya maksa, tapi abis itu coklatnya aku kasih ke Meli"

"Kenapa sih nggak ngomong aja kamu udah punya cowok? nanti dia ngelunjak kalau kamu kasih hati,harusnya nggak usah diterima", sungut Awan,dia melepas pelukan Mentari dan kini posisinya terlentang.

"Udah,tapi dia nggak percaya kalau belum ketemu langsung sama cowok aku"

"Ya udah, aku temuin dia"

"Janganlah om, kan aku ngomongnya kalau om itu om aku. Kalau dia tahu kita pacaran terus dia sebarin ke anak-anak,kan aku jadi dikira sugar baby om, pasti mereka bully aku", Mentari merengek,meringsek tubuh awan dan memeluknya dari samping.

"Emang bener kan,baby?",Goda Awan menaik turunkan alisnya

"Aku nggak mau dibilang sugar baby", sekarang giliran Mentari yang melepas pelukan, ia memberengut sebal.

Awan menuntun Mentari agar berhadapan dengannya." Kamu malu orang tahu kamu pacaran sama aku? apa aku kelihatan banget kayak om om?"

"Bukan gitu, om masih muda sebenarnya,om juga sangat tampan,tapi Angga tahunya aku keponakan om kan?",jelas Mentari." Terus apa yang dia bilang nanti kalau dia tahu ternyata om bukan om aku beneran tapi malah aku tinggal di tempat om,pasti mikirnya aku cewek gampangan"

"Meskipun kenyataan sih",imbuhnya lagi. Dia sebenarnya miris mengingat itu, jadi pembantu sekaligus teman bercumbu.

"Ssttt, nggak boleh bilang gitu, kamu nggak kayak gitu",Awan meletakkan telunjuknya di bibir Mentari.

"Tapi bener kan aku gampangan sama om"

"Kamu adalah perempuan baik-baik,ingat itu!jangan merendahkan diri kamu sendiri. oke?!'

Mentari mengangguk,lalu dalam sekejap saja Awan sudah ******* bibir Mentari dengan lembut dan menuntut.Tentu saja Mentari menyambutnya dengan baik.

Awan menyusuri ceruk leher mentari sampai batas dada,itulah yang sedari awal Mentari katakan ke Awan,jika dia tidak mau terlalu jauh.

"Om,geli tau! Udah sana!", Mentari mendorong Awan yang sedang mengendus telinganya.

"Ah,kamu tuh nggak asyik,yang..."

"Gimana?coba ulangi manggilnya gimana?",Mentari melotot ke Awan.

Awan kikuk,"Maksudku baby", Awan meraih tangan Mentari tapi ditepisnya kasar.

"Tadi juga bilang aku nggak asyik kan?,sono cari yang asyik sono!", Mentari ngambek.

"Nggak,bukan gitu baby"

"Sono sama pacar Om aja sono yang orangnya asyik diajak BERCINTA", Mentari membalikkan badan memunggungi Awan. Di balik itu, Mentari menahan senyumnya. Dia sengaja mengerjai Awan. Padahal mana berani Mentari mengomel kepada Awan begitu. Tapi siapa sangka, yang tadinya hanya bercanda malah dapat reaksi tak terduga dari Awan. Mentari pikir Awan akan marah pas dia tolak,eh nggak taunya dia malah mohon-mohon kepada Mentari.

"baby....", Awan memeluk Mentari dari belakang." Maaf baby aku nggak akan lupa lagi panggil kamu baby, jangan marah baby", Awan semakin memelas. Padahal Mentari juga tak masalah Awan memanggilnya nama saja.

Mentari tak bisa lagi menahan tawanya, tubuhnya bergetar, lama-lama suara cekikikan pun terdengar. Seketika Awan sadar,dia telah dikerjai Mentari.

Awan melepas pelukannya,"Kamu ngerjain aku?"

Mentari berbalik,"Maaf om",dia mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V." Kirain aku malah om yang marah gara-gara aku tolak tadi. Tapi nggak tahunya reaksi Om malah gitu".

"Nggak lucu kamu tuh",Awan benar-benar takut Mentari merajuk.

"Iya,maaf. Aku kan udah minta maaf". Mentari menggoyang-goyangkan lengan Awan." Om tuh cakep kalau nggak marah"

"Jadi kalau marah aku jelek?",Awan tak terima dibilang jelek.

"Siapa yang bilang jelek,aku kan bilang om ganteng kalau lagi nggak marah"

"Itu artinya saja aja aku jelek kalau marah"

"Om tetep ganteng sih kalau marah,tapi masa mau marah terus?",Mentari merayu Awan." Nanti aku kasih cium gimana? tapi jangan marah lagi".

Awan langsung bersemangat, langsung menghadap Mentari dan memeluknya,"Ayo sekarang!!"

Mentari sempat terkejut karena gerakan Awan, tapi setelahnya tertawa melihat konyol Awan. Mentari mencium seluruh wajah Awan untuk menepati janjinya.

"Kurang!!",Awan langsung menyergap bibir mentari rakus. ******* dan mengulum bibir ranum itu.

***

Awan sedang makan langsung dari tangan Mentari dengan menu sederhana olahan Mentari, tumis kangkung dan udang goreng tepung. Awalnya tadi mereka berencana makan di luar,tapi Mentari menolak lantaran ia besok masih harus sekolah,pasalnya sekarang sudah jam 9 malam.

Ting...tong...

Mentari dan Awan beradu pandang, dipikiran mereka siapa yang bertamu malam-malam begini.

"Biar aku yang buka", kata Awan mencegah Mentari yang sudah berdiri.

Mentari menurut, dia meneruskan makannya yang memang sepiring dengan Awan.

Awan terkejut mendapati Lusi berdiri di depan pintu yang baru saja ia buka. "Ngapain kamu kesini?",ucap Awan dengan nada tertahan. Dia takut Mentari tahu kalau Lusi mencarinya.

"Kita harus bicara Awan"

"Nggak ada lagi yang perlu dibicarakan,sekarang mending ka...."

"Aku hamil Wan",kata Lusi diiringi air mata yang mengalir, berhasil menghentikan suara amarah Awan.

Awan cukup terkejut,tapi dengan sigap dia menarik tangan Lusi dengan kasar untuk bicara di luar, agar Mentari tidak mendengarnya. Namun Awan salah, Mentari telah mendengar semua itu. Bahkan kini air matanya sudah mengalir sedemikian derasnya. Dia merosot dibalik tembok pembatas dapur dan ruang tamu. Dia miris mengingat apa yang dia lakukan selama ini dengan Awan,sementara dia harus melepas Awan secepatnya.

Mentari membereskan semua barangnya cepat-cepat sebelum Awan pulang. Dia keluar dari apartemen Awan,membawa semua barang-barangnya sambil berderai air mata. Bahkan di jalanpun dia menangis sambil menyetir motornya.

Sementara Awan kembali ke apartemennya dengan lunglai. Dia memutuskan akan menikahi Lusi sampai bayinya lahir dan bisa tes DNA. Awan yakin itu bukan anaknya karena dia selalu bermain aman selama bersama Lusi. Tapi dia juga tetap merasa bersalah karena sepulang Lusi dari Jerman dia pernah menyentuh Lusi satu kali. Dia harus menjelaskan hal itu kepada Mentari,semoga saja Mentari mengerti.

"Baby", panggil Awan, setelah menutup pintu.

Hening,tak ada jawaban. "Baby",panggilnya lagi.Dia mencari Mentari ke kamarnya,tapi kosong.Dia mulai cemas,melanjutkan menyusuri seluruh apartemen. Tapi nihil, ia tak menemukan Mentari di manapun. Dia masuk lagi ke kamar Mentari,membuka lemari pakaian dan....

"****!!!", Awan menyadari Mentari telah pergi. Dia mengacak rambutnya frustasi dan menendang lemari itu. Mencoba menghubungi Mentari namun tidak aktif. Semakin pusing kepalanya,dia tidak mau kehilangan Mentari.

"Gue harus susul Mentari". Awan bergegas menyusul Mentari, mengemudikan mobilnya cukup kencang dengan sesekali mengumpat jika ada yang menghalanginya.

Sampai di depan rumah Mentari,Awan mengetuk pintu gerbang dengan gembok yang tergantung disana sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring.

"Mentari!!", Awan terus menggedor pintu gerbang. Beberapa kali panggilan ia teriakkan namun tak ada jawaban.

"Mas jangan berisik!". Awan berbalik mencari sumber suara, dan ia temukan dua laki-laki di belakangnya.

"Mas bisa mengganggu ketenangan,ini udah malam mas",kata salah seorang dari mereka.

"Maaf, saya cari Mentari",Awan menjelaskan. Dia tidak bermaksud membuat gaduh disana.

"Kan Mentari nggak pernah di rumah mas"

"Tapi dia baru aja pulang"

"Mas tahu dari mana?"

Awan berpikir sejenak, tidak mungkin dia bilang kalau Mentari selama ini tinggal di rumahnya. Bisa-bisa Mentari di cap perempuan nakal meskipun dia berdalih menjadi pembantu.

"Tadi barusan sama saya, ponselnya tertinggal dan saya mau balikin", Awan beralasan. Mending benar ponsel Mentari di tangan Awan dan dia nyata-nyata tak bisa menghubungi Mentari. Tapi ini? ponsel Mentari sudah tidak aktif sejak pertama kali Awan hubungi.

"Besok saja mas,mungkin Mentarinya sudah tidur,ini sudah malam mas"

"Iya pak, besok saja saya temuin dia lagi". Awan tidak mau berdebat dengan masyarakat setempat. Dia pergi dari sana, begitupun dengan kedua orang tadi. Sebenarnya Awan mau-mau saja menunggu Mentari dan tidur di mobil. Tapi sempitnya jalanan perumahan Mentari tak memungkinkan dia parkir sampai besok pagi. Akhirnya,Awan pulang membawa segala gelisah di hati dan pikirannya.

Setelah mobil Awan berlalu,di dalam rumah,tubuh Mentari luruh ke lantai dibalik pintu. Dia tak tega dengan Awan sebenarnya. Namun,hatinya sungguh teramat sakit. Dan yang jelas,kini ada perempuan lain yang lebih membutuhkan Awan. Jadi dia harus melepaskan sekarang. Mentari bersyukur masih bisa menjaga kesuciannya meskipun dia juga sudah rugi banyak soal itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!