Sepulang sekolah Mentari memutuskan untuk pergi ke kantor Awan. Persetan dengan kemarahan Awan,yang penting hari ini dia harus menyelesaikan semuanya.
Sejenak, Mentari menatap gedung megah di depannya. Terbesit sedikit keraguan dihatinya, dia berat meninggalkan Awan, entah karena apa,dia tidak mau menerka-nerka sesuatu yang akan membuatnya sakit. Memang sepertinya ini adalah pilihan terbaik untuknya.
Mentari tidak memberi tahu Awan sebelumnya,tidak juga dengan Indra. Dia berjalan masuk begitu saja menuju ruangan Awan. Hanya menjawab sudah ada janji dengan Pak Indra, jika ada yang bertanya,agar tidak terlalu mencolok pikirnya. Tentu saja, hampir semua pasang mata memperhatikannya, bagaimana tidak jika ada gadis muda yang masih berseragam SMA tiba-tiba masuk gedung M&J corp. dengan leluasanya.
"Mungkin adik pak Indra", kata salah satu karyawan wanita.
"Pak Indra nggak punya adik cewek,mungkin sugar babynya"
"Kasihan istrinya,baru dua tahun nikah udah punya sugar baby aja"
Mentari menghela napas mendengar kasak-kusuk dari para karyawan Awan.la berusaha acuh dan terus berjalan menuju lift untuk sampai ke ruangan Awan.
"Om Indra!!",panggil Mentari.
Indra menoleh, menghentikan aktifitas mengobrol dengan rekan kerjanya. Berbicara lagi dengan temannya sebentar lalu menghampiri Mentari. "Loh kok di sini? mau ketemu Awan? Boss pasti nyuruh kamu ya?"
"nggak disuruh sih om,emang mau ke sini aja. ada perlu sama om Awan",sahut Mentari.
"Oh...",Indra membulatkan bibirnya." Ya udah ayo masuk! Gue anterin"
Keduanya berjalan menuju ruangan Awan. Indra sudah terbiasa keluar masuk ruangan Awan. Ia membuka pintu, dan mempersilahkan Mentari masuk. Namun,keduanya terbelalak saat netra mereka merekam sepasang kekasih yang sedang bercumbu dengan mesranya. Si perempuan berada di atas pangkuan si laki-laki.
Entah kenapa hati Mentari tercubit,seperti ada yang menancap di sana. Mentari berusaha sadar dan terus membentengi diri. Bahwa dirinya tidak mencintai Awan.
Sejoli itu sepertinya terlalu asyik bercumbu, sehingga tidak mengetahui ada orang yang masuk.
"Om,nanti aja masuknya, takut ganggu mereka",bisik Mentari pada Indra.
"Kita nonton dulu, lumayan gratis", ucap Indra sambil berbisik juga. Cuci mata gratis buat Indra karena pakaian atas Lusi,kekasih Awan sudah terbuka kancing depannya.
"Heh ngawur!! Inget istri di rumah", Mentari memukul lengan Indra cukup keras disusul suara mengaduh dari Indra.
Sepertinya suara pukulan dari Mentari menyadarkan sejoli itu. Terkejut melihat ada orang yang sedang bisik-bisik di ambang pintu."Ngapain kalian?"
Mentari dan Indra menoleh,merasa malu sendiri,pasalnya mereka masih dengan posisi yang sama.
"Sorry", kata Indra tidak ada penyesalan sama sekali.
"Maaf om,nggak sengaja". Suara itu menyadarkan Awan tentang siapa yang datang. Dia mendorong Lusi sampai hampir terjatuh.
"Sayang, kasar banget sih",rengek Lusi sambil merapikan pakaiannya.
"So...sorry". Awan gugup namun masih membantu Lusi berdiri tegak. Awan beralih ke Indra," Lo kan bisa ketuk pintu dulu kalau mau masuk"
" Biasanya juga gitu ah elah...",jawabnya santai. "Mana gue tau lo lagi mesum boss"
"Awas lo ya!!"
"Kalau om masih sibuk aku bisa nunggu di luar", Kata Mentari menyela.
Awan kikuk, malu dan dia merasa seperti sedang kepergok selingkuh. Bertambah lagi daftar catatan yang menyatakan kalau Awan itu suka mesum.
"Gue nggak sibuk, lo mau ngapain ke sini? tumben?!"
Mentari melirik Lusi yang sedang duduk di sofa dengan anggunnya,merasa tak enak dengan kekasih majikannya itu. Dan Awanpun tahu gelagat Mentari.
"Lusi, pulanglah dulu,aku mau bicara sebentar dengan Mentari dan sebentar lagi aku juga harus meeting",sedikit berdusta sepertinya boleh.
" Kamu ngusir aku yang?"
"Bukan begitu, aku ada meeting sebentar lagi,kamu juga bilang kan kalau kamu lagi sibuk-sibuknya. Apa kamu mau nunggu di sini sementara aku meeting?" ,tantang Awan, dan sepertinya berhasil.
Lusi keluar ruangan Awan dengan menghentak-hentakkan kaki. Meskipun kesal tapi cukup lumayan mengobati rindunya dengan Awan setelah bercumbu mesra.
"Lo juga bisa keluar Ndra!". Sepertinya waktu yang pas bagi Awan berduaan di kantor dengan Mentari. Jujur saja,dia senang dengan kehadiran Mentari.
"Ada apa?". Awan menarik lembut tangan Mentari, mengajaknya duduk di sofa. Mereka duduk bersebelahan di sofa yang sama.
" Ada yang ingin aku bicarakan sama om"
"Bicara apa?". Awan mengernyit. Entahlah dia merasa ada yang tidak beres.
Mentari menatap Awan yang juga sedang menatapnya.Awan bergeming,menunggu Mentari bicara.
Mentari mengeluarkan amplop coklat dari tas gendongnya. Meletakkan di atas meja lalu mendorong benda itu ke arah Awan.
"Apa ini?". Awan penasaran.
"Itu uang 10 juta Om"
"Buat apa?". Bau-bau permasalahan sudah tercium oleh Awan.
"Buat bayar hutangku ke Om yang kurang 2 bulan lagi",jelas Mentari.
Nah kan bener!! Awan terpaku sekarang,bingung harus berbuat apa. Kenapa rasanya berat sekali berpisah dengan Mentari?
"Jadi hutangku ke Om udah lunas ya"
Awan mengerjap berusaha mengembalikan kesadarannya." Lo....udah nggak mau lagi kerja sama gue?"
Mentari tersenyum."Aku kerja sama om, karena kesepakatan gara-gara hutang kan?! Kalau aku bayar hutangku berarti kesepakatannya berakhir juga kan om?",jelas Mentari.
"Kenapa? kenapa lo mau pergi?"
"Ya...kan kesepakatannya udah selesai om"
"Kalau gue nggak mau terima?"
"Tidak ada penolakan, Om harus terima, memang seharusnya begini,tapi karena kemarin nggak ada uang jadi aku harus jadi pembantu Om dulu.
"Gue nggak mau terima! Dan lo tetap jadi pembantu gue!",titah Awan tanpa penolakan.
"Maaf om, aku nggak bisa".Mentari berdiri, secepat mungkin, dia meninggalkan Awan sendirian ditengah kegundahannya.
Mentari berhenti di depan pintu, teringat sesuatu, "Aku mau ambil barang-barangku sekarang om,abis itu akau langsung pulang". Izin Mentari kepada Awan. Selanjutnya dia keluar dari ruangan Awan.
Awan tersadar,"Gue anterin",teriaknya. Awan langsung mengejar Mentari yang berjalan lebih dulu. Mentari juga tidak mendengar perkataan terakhir Awan.
"Loh Om mau kemana?",tanya Mentari saat ia mendapati Awan berjalan di sampingnya.
"Nganterin lo",jawabnya enteng.
"emang nggak ada kerjaan?"
" Ada Indra"
"Kasihan banget ya om Indra",Mentari terkekeh.
***
Mentari telah selesai packing barang-barangnya. Sedangkan Awan hanya memperhatikan Mentari dari tadi. Dia berlama-lama memandang Mentari seolah sedang menabung wajah Mentari yang sebentar lagi akan pergi darinya. Mentari merasa risih dan malu sebenarnya tapi dia berusaha biasa-biasa saja dan pura-pura tidak tahu.
"Ayo om,katanya mau anterin aku?". Ajakan Mentari menyadarkan Awan. Awan berjalan cepat ke arah Mentari,memeluk erat tubuh sang gadis,ingin rasanya ia mengurung gadisnya disini selamanya. Awan tahu sekarang kenapa dia berat berpisah dengan Mentari. Awan sudah jatuh cinta dengan Mentari.
"Tinggallah sebentar lagi Mentari",pinta Awan."Setidaknya, malam ini saja tidurlah disini. Besok,aku akan menyuruh orang mengantar barang-barangmu"
Mentari membeku,merasakan hangatnya pelukan Awan yang sangat nyaman.Ia terbuai.
Awan melepas pelukannya,memegang kedua bahu Mentari,menatap manik jernih sang pujaan hati."Mau kan?!"
Mentari yang terhipnotis kelembutan Awanpun mengangguk.
Awan tersenyum, menarik lembut tangan Mentari menuju kamarnya."Mau kemana om?". Mentari harus waspada.
"Kita tidur disini", Mereka sudah berada di kamar Awan.
Mentari menghentak tangan Awan yang menggandengnya." Aku nggak mau", Mentari cemberut,melipat tangannya di depan dada.
"Gue janji nggak ngapa-ngapain,cuma peluk aja. Mungkin kita nggak bakal ketemu lagi setelah ini". Kata-kata yang sungguh menusuk hati Mentari. Tidak akan bertemu lagi?sesulit itukah untuk bertemu lagi? Ya, Mentari sadar sekarang. Memangnya siapa dirinya. Dia juga ingin menghabiskan waktu bersama Awan sebelum pergi dan tak kan bertemu lagi seperti yang Awan katakan.
"Janji?", gadis itu mengulurkan tangannya. Dan disambut Awan.
Seperti rencana sebelumnya,malam ini mereka tidur dengan berpelukan dan saling menghangatkan. Mentari tidur di lengan kekar Awan,dan Awan sedang mengelus pipi Mentari.Bukannya murahan,tapi begitulah jika sudah menyangkut perasaan,sering kali manusia menjadi bodoh karena hati. Entahlah,karena terbiasa bersama dalam satu atap atau memang pesona keduanya yang saling tarik-menarik, yang jelas perasaan itu nyata meskipun tidak saling mengungkapkan.
"Mentari"
"Hmm",Mentari mendongak menatap wajah Awan yang berjarak sejengkal saja dari wajahnya.
"Kalau kamu nggak kerja sama aku,kamu mau kerja dimana?",Awan mulai terbawa suasana dan merubah panggilannya.
"Nggak tahu,paling balik lagi ke cafe. Pak hendra bilang mau nerima aku lagi kalau aku butuh kerjaan",sahutnya Mentari santai.
"Kenapa nggak di sini aja? nanti aku gaji kamu seperti kemarin",bujuk Awan.
Mentari menggeleng.
"Kenapa?",tanya Awan lembut sambil menyelipkan rambut Mentari ke belakang telinga.
Mentari melihat kesembarang arah agar dia tidak bertatapan dengan Awan. "Aku takut om"
"Takut sama aku?",Awan memaksa Mentari menatapnya kembali.
Mentari mengangguk,"Iya, tapi ada hal lain yang aku takutkan"
"Apa?"
"Aku takut berharap lebih sama om,aku...takut kecewa",jawab Mentari malu-malu.
Awan tersenyum lebar,rupanya perasaannya bersambut."Aku juga cinta sama kamu Mentari". Jawaban yang bahkan tidak ada pertanyaannya,tapi keduanya tahu maknanya.
"Tapi Om mau nikah sebentar lagi",lirih Mentari.
" Aku akan membatalkan pernikahanku",jawab Awan enteng.
" Kenapa?"
" Ternyata aku udah nggak cinta sama Lusi"
"Karena aku?",tanya Mentari terkejut
"Salah satunya",Awan menoel hidung Mentari."Sebenarnya aku tahu Lusi itu selingkuh waktu di Jerman. Tapi aku terus menutup mata meskipun Indra sering mengingatkanku. Aku hanya berharap dia berubah saat kembali, tapi nyatanya pas dia kembali aku malah udah nggak cinta sama dia gara-gara anak SMA",ucapnya sambil terkekeh.
"Tapi tadi siang om mesra-mesraan sama dia", ingatkan Awan soal itu.
" Iya,tapi udah nggak ada feelnya",Awan masih tersenyum. Tahukan laki-laki bisa berbuat itu tanpa cinta."Malah tadi rasanya aku lagi kepergok selingkuh gara-gara kamu dateng",sekarang ia malah tertawa.
"Maksudnya?"
"Aku takut kamu marah sayang", Awan mulai menggombal.
"Jangan panggil aku sayang,itu panggilan om buat pacar om kan?"
Awan tertawa lagi," Iya iya...", dia merasa lucu melihat Mentari sedikit merajuk hanya karena panggilan." Sekarang boleh cium nggak?". Otaknya mulai mesum. Bagaimana tidak,ini benar-benar posisi rawan untuk keduanya.
Mentari dengan bodohnya mengangguk,dia tidak tahu saja isi dari otak lelaki dewasa seperti Awan. Dari cium saja bisa merembet kemana-mana.
Awan ******* bibit Mentari dengan lembut dan penuh perasaan, rasanya manis sekali bibir Mentari. Mentari berusaha membalas Awan meskipun masih kaku karena memang belum berpengalaman. Hanya dengan Awan dia berciuman.
Awan mulai terbakar gairah,menjamah tubuh Mentari yang hanya pasrah atas perlakuan Awan, Mentaripun ikut terbuai belaian Awan. Ini pengalaman pertama untuk Mentari. Bahkan pakaian mereka sudah terbuka disana sini.
Kegiatan meraka terus berlanjut,Awan mencium bibir Mentari lalu turun ke leher dan dada Mentari. Namun, saat tangan Awan mulai menjamah bagian sensitif Mentari,Mentari sadar. Dia memegang tangan Awan yang hendak masuk celana Mentari."Jangan om,aku masih sekolah",lirih Mentari.
Dia menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Mentari. Hasrat Awan yang sudah di ubun-ubun seketika turun karena perkataan Mentari. Dia frustasi tapi dia juga tak mau egois, resiko berhubungan dengan anak SMA. Dia tak mau Mentari membencinya kalau dia memaksa kemudian pergi dari hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments