Jadian dengan Angga

Indra mengumpat tiada henti setelah Awan Awan keluar dari ruangannya. Lelaki itu datang ke kantor hanya dengan celana pendek dan kaos saja,namun biarpun begitu dia tetap terlihat tampan. Awan mengatakan kalau hari ini dia menyerahkan semua pekerjaannya kepada Indra. Pria itu ke kantor untuk menyerahkan berkas pekerjaan yang harus Indra kerjakan, sementara berkadls itu ada ditangan Awan.

Meskipun kesal lantaran sang boss seenaknya sendiri,Indra sebenarnya juga merasa iba saat Awan bilang ," Gue lagi galau Ndra, Mentari pergi dari apartemen, kayaknya dia denger pembicaraan gue sama Lusi"

"Pembicaraan apa?"

"Lusi semalem dateng ke apartemen,dia bilang kalau dia hamil"

"Apa?!",Indra terkejut mendengar pernyataan Awan.

"Lusi hamil dan dia minta pertanggung jawaban gue",jelas Awan.

"Gila lo boss, bisa-bisanya hamilin Lusi"

"Enak aja!! Nggak!! Gue yakin itu bukan anak gue", sergah Awan.

"Kalau bukan anak lo,kenapa minta pertanggung jawaban lo?"

"Ya siapa tahu gue dijebak"

"Udahlah boss nggak usah drama, lo nglakuin kan? jadi ya lo terima aja konsekwensinya", ujar Indra enteng sekali.

"Gue emang mau tanggung jawab,tapi setelah bayi itu lahir gue harus tes DNA"

"Jadi lo mau nikahin Lusi?"

"Hmmm, gimana lagi? dan sekarang gue harus jelasin semua ke Mentari,gue nggak mau kehilangan Mentari"

"Bucin juga lo boss sama anak ingusan itu",ledek Awan.

"Ah nggak asik lo,bukannya bantuin malah ngledekin gue,mau lo gue pecat?"

"Pecat aja!! Dan nggak akan ada yang gantiin l buat ngerjain kerjaan lo sekarang boss"

"Sialan lo!!! Lo harus handle kerjaan gue hari ini Ndra,termasuk meeting dengan Makmur Sejahtera"

"Ya...ya..." ucap Indra malas.

Indra cukup heran dengan bossnya itu,pasalnya Awan adalah tipe laki-laki yang tak mudah tergoda perempuan, selama ini Awan setia menunggu Lusi bertahun-tahun meniti karir di negeri orang.Sedangkan kini, hanya karena kedatangan Mentari, Awan mau membuka mata atas kebusukan kekasihnya itu. Dan Awan telah menjatuhkan hatinya kepada Mentari.

***

Meli celingukan mencari keberadaan sang supir yang menjemputnya. Area depan SMA Negeri 12 itu sudah ramai dengan anak-anak yang akan pulang ke peraduan masing-masing.

"Sorry". Meli terlonjak kaget ketika mendapati pundaknya di tepuk oleh lelaki dewasa yang sangat.....tampan. Meli terpana sebentar sebelum akhirnya tersadar.

"I-iya"

"Kamu kenal dengan Mentari?"

Meli berpikir sebentar," Mentari siapa?", tanyanya kemudian. Dia memang punya teman namanya Mentari,tapi sejak kapan Mentari di cari cowok ganteng? setahunya 'OM'nya Mentari itu ya memang om om.

"Ini", Awan menyodorkan ponselnya ke Meli yang menampilkan foto Mentari disana.

Meli mengerutkan keningnya. Apa ini yang namanya om Awan om Awan itu?

"Gimana? kamu kenal nggak?",suara Awan mengejutkan Meli.

"Oh iya,itu teman saya"

"Kamu tahu dia dimana sekarang? apa dia sudah pulang?"

"Belum sih tadi masih di par... itu dia!", ucapannya terputus saat melihat Mentari keluar. Meli menunjuk ke arah Mentari yang sedang mengendarai motornya keluar gerbang sekolah. Baru saja Awan merasa senang dan bermaksud menghampiri Mentari, Awan dibuat berhenti melihat Angga sedang mendorong motor Mentari dengan kakinya.

"Eh,motor Mentari kenapa tuh?",Meli bertanya pada dirinya sendiri dan Awan. Terdengar oleh Awan tapi tidak diindahkan olehnya. Mereka hanya melihat dua punggung sejoli itu yang semakin menjauh.

Hati Awan bergemuruh, sesak dan panas melihat Mentari dengan Angga. Tapi,dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang karena kesalahannya lebih besar.

" Kamu kenal dekat dengan Mentari?", tanya Awan kepada Meli. Nada bicaranya agak judes dari sebelumnya dan lebih serius.

"Ya jelaslah,dia kan sahabat saya"

"Jadi kamu Meli?", Awan tahu karena gadisnya itu bilang jika Meli sahabat baiknya satu-satunya.

"Kok anda tahu nama saya?", sepertinya benar dugaan Meli kalau itu memang Awan.

"Saya Awan, mungkin kamu sudah dengar tentang saya"

Bener kan....

"Oh jadi anda om Awan?",Meli sudah menduganya." Kirain udah tua kayak om om,kok masih muda sih?", gumamnya pelan,nun masih didengar Awan.

"Kamu bisa bantu saya?"

"Bantu apa Om?"

"Kamu panggil saya Pak atau kakak,panggilan om khusus buat Mentari", jawaban absurd Awan membuat Meli mengernyit. Dasar ABG tua!!

"Dih... apaan sih? udah tua juga"

"Terserah apa kata kamu, saya cuma mau tanya,kamu bisa bantu saya atau tidak", suara Awan mulai tegas.

"Minta tolong sih galak", cibir Meli.

" Nggak usah banyak komentar, kamu tinggal bilang bersedia atau enggak?"

"Enggak", jawaban enteng Meli membuat Awan melotot. Meli terlanjur kesal dengan Awan.

"Ya sudah kalau begitu", Jawab Awan dengan wajah bengisnya. Dia berlalu dari hadapan Meli. Bukan masalah besar baginya jika Meli tak bisa membantunya membujuk Mentari.

"Eh? kok malah pergi? Nggak ada usahanya sama sekali sih?",monolog Meli. Awalnya dia cuma iseng karena kesal dengan Awan yang tengil,tapi ternyata CEO itu tidak mau capek-capek merendahkan dirinya dengan memohon kepada Meli."Kayaknya ada yang nggak beres nih sama hubungan mereka,pantes aja si Tari bad mood hari ini".

Meli penasaran kepada Mentari. Dia menelepon Mentari berkali-kali namun tak mendapat jawaban. Sedangkan Mentari sendiri sekarang berada di bengkel milik temen Angga. Dia tidak fokus dengan ponselnya,karena sibuk dengan motornya yang rusak. Begitulah, Angga tadi membantu Mentari mendorong motornya karena motor Mentari tidak bisa dinyalakan. Untungnya bengkel teman Angga lebih dekat dari rumah Mentari.

"Tinggalin aja nggak apa-apa Tar, orangnya temen gue"

"Iya Ngga, thanks ya udah dibantuin tadi"

Angga tersenyum," Apa sih yang nggak buat lo". Angga menaik turunkan alisnya menggoda Mentari.

Mentari tertawa," Gue pulang dulu ya Ngga, nanti kalau sudah slesai,kabarin gue"

"Ayo gue anter"

"Rumah gue udah deket kok,lagian kalau lo nganterin gue pasti lebih jauh dari apartemen lo"

Angga mengerutkan keningnya. " Lo udah nggak di apartemen om lo?"

"Gue lagi pengen pulang Ngga, kangen rumah", jawab Mentari.

"Ya udah nggak apa-apa, ayo gue anter, gue tahu kok dimana rumah lo"

Mentari menggeleng, "Nggak usah Ngga, gue nggak enak ngrepotin lo terus. Tadi aja lo udah bantu dorong motor gue".

"Yaelah... gitu doank mah kecil",katanya sambil menjentikkan kelingkingnya." Lagian taksi jam segini pasti sibuk Tar, jam pulang sekolah gini"

"Gue naik angkot aja,lagian udah deket kok"

"Justru udah deket itu jadi gue nggak bakal jauh-jauh nganterin lo", Angga kekeh mengantar Mentari. Sampai mana juga gue anterin kalau lo mau.

Mentari menimbang sebentar, dia merasa sudah banyak merepotkan Angga. Dan anehnya cowok itu selalu ada disaat Mentari kesusahan. Akhirnys Mentari mengiyakan ajakan Angga untuk mengantarnya pulang.

"Thanks ya Ngga", kata Mentari setelah dia turun dari motor Angga.

"Gue nggak boleh mampir nih? Gue haus loh", Angga mulai modus.

"Oke, lo boleh mampir kok",jawab Mentari dengan seulas senyum."Ayo masuk!"

Mereka berdua masuk ke dalam rumah Mentari. Kemajuan yang lumayan pesat bagi Angga, pasalnya belakangan ini Mentari seperti menjaga jarak dengannya. Tapi hari ini, dia bak mendapat durian runtuh. Punya kesempatan cari muka dengan cara menolong dan punya kesempatan berduaan di rumah Mentari.

Ternyata,di belakang mereka ada Awan yang sedang mengawasi setiap gerak gerik mereka dari dalam mobilnya." Gimana aku harus menjelaskan ke kamu baby?",lirih Awan menjatuhkan keningnya di stir mobil." Kesalahan gue bukan kaleng-kaleng" sesalnya.

Berbeda dengan Awan yang galau setengah mati. Dua sejoli yang sedang menikmati minuman kaleng dingin segar itu malah asyik bercerita dan bercengkrama.

" Akhirnya gue bisa maen ke rumah lo"

"Eh tapi kok lo tahu rumah gue sih?"

"Tepatnya sih nggak tahu,tapi gue suka lihat lo masuk ke komplek ini kalo pulang sekolah tiap gue ke rumah Ardi. Rumah Ardi sebelah perumahan lo ini", jelas Angga.

"Oh,perumahan elit sebelah",Mentari manggut-manggut. Tentu saja teman-teman Angga tajir. Angga saja tinggalnya di apartemen. Meskipun apartemen itu milik kakaknya yang sedang kuliah di luar negeri,tapi Mentari yakin Angga adalah anak orang kaya jika dinilai dari penampilannya.

"Gue boleh kan sering-sering maen kesini?"

"Boleh"

"Kita juga bisa belajar bareng"

Mentari tertawa, "kalau kita belajar bareng cuma berdua bisa-bisa lebaran monyet baru ketemu jawabannya. Inget Ngga! Otak kita sebelas duabelas"

Awan tertawa menyambut celotehan Mentari." Ya udah kita belajar buat saling mencintai aja. Gue sih udah, tinggal lo aja. Nanti gue ajarin"

Tawa Mentari surut seiring kata-kata yang Angga ucapkan. "Apaan sih? nggak jelas banget tahu!", Mentari sedikit tersipu dengan pernyataan Angga.

"Gue serius Tari. Gue suka sama lo", ungkap Awan

Nada bicaranya mulai serius. Menggenggam tangan Mentari dan terus menatap dalam manik indah Mentari.

"Gue harap kali ini lo terima gue"

"Tapi gue udah punya cowok Ngga. Udah pernah gue bilang juga kan?", dalih Mentari karena belum bisa move on dari Awan. Apalagi secepat ini.

"Udah sering gue bilang juga, kalau gue nggak percaya sebelum lo kasih lihat ke gue wujud cowok lo"

"Tapi Ngga...."

"Ssstttt....",Angga meletakkan jari telunjuknya di bibir Mentari. "Nggak ada tapi-tapian. Kita coba aja dulu. Kalau lo nggak suka, lo tinggal bilang".

Mentari mematung,dia terhipnotis sesaat. Tak bisa dipungkiri, gejolak jiwa mudanya mengatakan bahagia dan bangga jika ada cowok tampan yang menyukainya. Apalagi remaja sekeren Angga.

Mentari mengangguk, menerima ajakan Angga untuk menjalin kasih. Siapa tahu dia bisa cepat move on dari Awan. Meskipun sakitnya masih sangat terasa di hati Mentari.

"Thanks ya",ucap Awan dengan posisi sangat dekat dengan wajah Mentari.

Mentari salah tingkah dan lebih ke merasa tidak nyaman sebenarnya. Dia melengos terlebih dulu ketika melihat gelagat mencurigakan dari Angga.Angga tahu Mentari menolak,dan diapun cukup kecewa. Tapi dia tidak mau memaksa dan dianggap cowok kurang ajar.

Sedangkan Awan masih setia menunggu di luar. Dia memarkirkan mobilnya di lapangan seberang gang Mentari. Dia masih bisa melihat rumah Mentari dari sana meskipun sedikit jauh.

"Sial! Mereka lama banget lagi, ngapain aja sih?" gerutu Awan kesal. Padahal dia sudah ingin menemui Mentari, selain ingin menjelaskan tujuan utamanya, Awan juga cemas terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan Mentarinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!