Awan Frustasi karena panggilan selularnya ke Mentari tak ada yang diangkat gadis itu. Belum lagi seabrek chat yang ia kirimkan juga tak terbalas oleh sang dara. Puncaknya saat nomor Awan diblokir oleh Mentari. Awan merasa dirinya sudah hampir gila. Bahkan ketika dia coba menghubungi Mentari dengan nomor lain, berakhir juga dengan blokiran.
Awan bisa saja menemui Mentari di rumahnya. Namun,padatnya jadwal meeting yang tertunda akibat dia tinggalkan kemarin membuatnya harus tetap stay dengan pekerjaannya. Pasalnya,tidak semua pekerjaan bisa diselesaikan hanya dengan adanya Indra.
"Halo,kenapa pa?", Sahutnya setelah dering ponselnya berbunyi dan ia angkat.
" Kamu jangan lupa Wan,nanti malem kita akan ke rumah Lusi membicarakan pernikahan kalian"
"Iya pa,Awan ingat", sahutnya lesu
"Kali ini tolong jangan bikin malu keluarga lagi Wan. Penuhi kewajiban kamu menikahi Lusi. Cukup kamu mempermalukan papa dengan menghamili Lusi"
"Iya pa,maafin Awan. Tapi Awan yakin itu bukan anak Awan pa"
"Dari kemarin itu terus pembelaan kamu. Nggak akan ada yang percaya sebelum kamu benar-benar tes DNA, karena kamu memang melakukannya. Jadi terima saja konsekwensinya"
"Iya pa...",Awan pasrah.
Papa Awan memang sudah mengetahui masalah anaknya itu. Dari mana lagi kalau bukan dari orang tua Lusi yang tidak terima dengan apa yang menimpa anaknya. Alhasil, sepulang dari rumah Mentari kemarin dia dicecar habis-habisan oleh ayahnya yang sudah menunggunya di apartemen bersama dengan ibu dan adiknya.
"Ndra,ke ruangan gue", titah Awan melalui saluran interkomnya.
Tak lebih dari lima menit, Indra sudah menghadap boss galaunya itu.
"Kenapa boss?"
"Gue harus gimana Ndra? Lo tahu cara buat batalin rencana pernikahan gue nggak?"
Indra geleng-geleng kepala menghadapi bossnya. Dia pikir ada masalah serius,nggak tahunya masalah percintaan.
"Mana gue tahu boss",jawabnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Apa gue kawin lari aja sama Mentari ya?",ide gila itu tercetus dari otak Awan yang hampir saja tidak bisa digunakan dengan baik. Sungguh, ini tekanan terberatnya selama ini, lebih sakit kehilangan Mentari daripada mengetahui Lusi berselingkuh.
"Sakit lo boss",komentar Indra.
"Makanya lo bantu gue Ndra,gimana cara meyakinkan Mentari"
Indra nampak berpikir, dia sendiri tak tahu caranya.
"Lo tahu Ndra?"
"Enggak boss"
Awan kesal melempar pulpen ke Indra dan mengenai jidatnya "Gue belum selesai ngomong"
Indra masih mengusap keningnya," Ya udah mau ngomong apa?"
"Mentari jadian sama setan tengik",lirih Awan.
"Hah?!",Indra heran. "Siapa tuh?"
"Temen sekolahnya,tinggalnya di bawah apartemen gue"
"Wow! Berarti saingan lo tajir juga bro, secara anak SMA punya apartemen mewah. Hati-hati aja lo boss pasti Mentari bakalan sering diajakin ke sana. Dan lo tahu apa yang akan terjadi kalau cewek sama cowok berduaan?", Indra sengaja memanas-manasi Awan.
"Arght.... Sial!",Awan mengacak rambutnya frustasi."Bener juga lo. Mana Mentari masih polos begitu. Jangan sampai diperawanin sama tuh anak. Gue aja bela-belain nahan buat jaga dia",lirihnya sedih.
"Gue harus apa Ndra?",Awan kalut level tinggi."Lo bisa siapin orang buat jagain Mentari nggak?", Ide yang sungguh cemerlang menurut orang yang sedang jatuh cinta.
"Lo kayaknya bener-bener sakit jiwa boss", Indra hanya geleng-geleng kepala." Sayang sekali ya, kayaknya kisah percintaan gue dulu nggak sekompleks lo boss"
"Lo pikir gue beruntung?", kesal Awan melemparkan hiasan meja.
"Eits...",Indra berhasil menghindar. "Lempar aja semua boss termasuk duit lo,lempar ke gue"
"Sialan lo! Kasih saran kek,bantuin kek, dari tadi nggak ada gunanya gue panggil lo ke sini"
"Iya...nanti gue coba ngomong sama Mentari", Putus Indra pada akhirnya. Dia merasa iba pada boss besarnya sekaligus sahabatnya sedari SMA.
***
Sepulang sekolah,Angga meminta Mentari menunggunya latihan basket dengan dalih 'biar semangat'. Mentari menuruti karena dia memang tidak membawa motornya. Dia tak enak jika merepotkan Meli yang arah rumahnya berbeda dengan Mentari. Apalagi si cowok sudah mengklaimnya untuk menjadi penumpang langganannya.
Mentari cukup menikmati pertandingan latihan basket tersebut. Apalagi, Angga terlihat sangat keren. Namun,konsentrasinya terganggu kala ponselnya bergetar tanda pesan masuk.
Om Indra
Bisa ketemu Tari? Ada yang mau aku omongin.
Mentari
Soal om Awan?Maaf om aku sibuk.
Om Indra
Lo nggak kasihan sama Awan. Dia hampir gila gara-gara lo tinggalin.
Mentari
Lebih tepatnya Om Awan yang ninggalin aku married.
Indra menghela nafas, kalau begini nggak bakalan bisa bujuk Mentari. Sepertinya dia harus cari cara lain agar Mentari mau kembali ke Awan. Nanti akan ia pikirkan dulu. Selain kasihan, Indra juga tak mau terus-terusan mengerjakan pekerjaan Awan yang tak pernah beres ditangannya sejak insiden itu.
" Ay"
Mentari yang sedang fokus dengan ponselnya terlonjak mendengar suara Angga yang entah memanggil siapa. Tahu-tahu anak itu sudah duduk di samping Mentari.
"Angga?! Ngagetin aja sih?"
"Kamu yang terlalu serius sama ponsel kamu ay"
Mentari mengernyit,"Ay?"
Angga mengangguk. "Panggilan sayang aku ke kamu, ay itu ayank"
Mentari tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Ada-ada aja. Kirain tadi kamu manggil siapa"
"Kamu juga harus punya panggilan sayang ke aku", ujar Angga semangat.
" Nggak usah alay deh, aku lebih nyaman panggil nama aja Ngga". Dengan Awan aja dia cuma panggil 'OM' gimana dengan Angga yang nggak terlalu berarti buat Mentari.
"Ya udah deh nggak apa-apa,terserah kamu aja,senyaman kamu. Tapi aku tetep panggil kamu 'ay', boleh kan?"
"Boleh", sahut Mentari manggut-manggut.
"Ya udah pulang yuk!"
"Kamu udah selesai?"
"Udah",Angga mengangguk. "Kita makan mie ayam dulu di tempat favoritku sama anak-anak,mau nggak?"
"Mau donk.....!!", sahut Mentari.
Sejoli itu memutuskan makan mie ayam di tempat favorit Angga. Siapa sangka,saat sampai di sana sudah ada ketiga sahabat Angga yakni Ardi, Deny dan Arya. Awalnya Mentari ragu saat Angga mengajaknya bergabung dengan yang lain. Mentari merasa tidak akrab dengan mereka. Mungkin bertegur sapa saja tidak pernah.
"Eh ada Mentari", celetuk Arya yang paling konyol."Sini sini!!Sekarang pangeran udah ada permaisurinya nih". Arya menggeser tubuhnya memberi space untuk Angga dan Mentari duduk.
Mereka melakukan tos ala genk mereka. Mereka juga menyambut Mentari dengan baik, sepertinya sangat menghargai meskipun mereka ternyata lucu dan slengean. Selama ini Mentari hanya tahu mereka genk anak-anak tajir,ganteng,populer dan digandrungi banyak cewek.
"Ayo duduk sini",titah Angga saat melihat Mentari masih berdiri, ia menepuk bangku di sebelahnya.
Mentari tersenyum canggung,menggaruk tengkuknya,pasalnya tidak mungkin dia duduk diantara Ardi dan Angga dengan tempat sesempit itu.
"Lo geser bego!", ujar Deny pada Ardi yang tetap duduk dengan santainya. Ternyata dia lebih peka.
"Eh iya, sorry. Nggak muat ya?", Ardi berpindah tempat di sebelah Deny.
"Makasih ya", kata Mentari tulus.
"Kamu mau apa? mie ayam atau bakso? atau ada request lain?",tanya Awan dengan lembut.
Belum juga Mentari menjawab Arya sudah berkomentar," Yaelah... alus bener ngomongnya kaya pantat bayi"
Deny menoyor kepala Arya," Makanya punya cewek lo biar tahu caranya ngadepin cewek"
"Gue mah gini-gini punya cewek tahu"
"Stop!! kalian berisik.Gue udah laper", sergah Ardi. "Mang biasa ya satu!",teriaknya kepada penjual mie ayam
"Siap mas, mas yang lain mau pesen apa atuh?",tanya si mamang dengan logat sundanya.
"Saya bakso mang biasa", sahut Deny."Yang gedenya dua ya mang"
"saya biasa juga mang",suara Arya.
"Mas Angga juga biasa? ",tanya mamang. Beliau nampak mengamati Mentari." Ini teh pacar mas Angga ya? meni geulis pisan"
"Iya mang,ini cewek saya". Angga beralih ke Mentari,"Kamu mau pesen apa?"
"Mie ayam aja mang satu",jawab Mentari dengan senyum manisnya. bukan kepada Angga tapi pada mamang penjual mie ayam.
"Siap!! ditunggu ya mas mas ganteng dan neng geulis".
Mentari takjub melihat Angga and the genk yang ternyata begitu menghormati penjual mie ayam,meskipun hanya mangkal di pinggir jalan. Terbukti dari tutur santun yang mereka lontarkan saat berbicara dengan si mamang.
Dalam sekejap saja Mentari bisa berbaur akrab dengan Angga and the genk. Di luar dugaan Mentari, mereka ternyata baik dan supel. Pantas saja banyak cewek yang suka dengan mereka. Jauh dari pikiran Mentari sebelumnya yang mengira mereka sombong karena kelebihan mereka.
"Tari,gue boleh nanya sesuatu nggak sih?", tanya Deny di sela-sela makannya.
"Boleh"
"Setahu gue lo pernah kerja di cafe ya?"
Mentari mengangguk. Sempet berpikir Deny akan menanyakan perihal status sosial.
"Kalau boleh tahu nih ya, tapi sorry sebelumnya kalau gue terkesan keppo". Dia merasa tak enak,tapi penasaran. Sedang temannya yang lain diam, memperhatikan dan menunggu Deny bicara.
"Kalau lo aja punya om tajir,kenapa lo repot-repot kerja di cafe? Sorry ya sebelumnya"
Mentari tersenyum. Dia berpikir pasti Angga bercerita tentang dirinya pada teman-temannya. "Iya, nggak apa-apa",dia bingung juga harus mencari alasan.
"Emm, itu sebelum om gue tahu. Tapi Pas dia tahu gue kerja di cafe,gue nggak boleh kerja lagi di cafe,gue malah suruh tinggal sama dia. Makanya gue ketemu Angga karena apartemen om gue sama dengan Angga", Jelas Mentari berbohong.
"Oh gitu", teman-teman Angga mengangguk serempak. Sepertinya yang lain juga sama kepponya dengan Deny.
Mentari tersenyum canggung. Ia maklum, berita bahwa dia kerja di cafe memang sudah tersebar di sekolah,jadi wajar saja ada pertanyaan seperi itu. Terlebih,Angga tahu Mentari punya Om yang kaya raya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments