Sudah hampir seminggu Mentari menjadi pembantu di apartemen Awan. Namun, selama itu pula mentari jarang bertemu dengan Awan, padahal mereka tinggal satu atap. Awan menang sedang disibukkan dengan pekerjaan yang amat padat. Pria itu selalu pulang saat sudah larut malam,dimana Mentari sudah terlelap di alam mimpinya. Begitupun Mentari yang selalu berangkat lebih dulu dari Awan.
Mentari sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga, apa lagi semua fasilitas di apartemen Awan sudah modern dan itu lebih memudahkan Mentari mengerjakan tugasnya sebagai pembantu. Selama hampir seminggu ini pula, Mentari diberi kebebasan untuk masuk ke kamar Awan. Dengan catatan,hanya untuk membereskan dan membersihkan saja. Mentari dilarang menyentuh barang-barang Awan diluar apa yang dikerjakan Mentari.
Awan juga tidak ingkar janji. Mentari benar-benar mendapatkan haknya dari Awan. Dia bisa makan sepuasnya disana, tentu saja sekarang bahan makanan di apartemen itu sudah lengkap dan Mentari biasa masak sendiri meskipun Awan tidak pernah makan di rumah kecuali sarapan. Selain itu, Mentari juga mendapatkan uang saku 200 ribu untuk seminggu ini, lebih dari yang Awan janjikan, apalagi uang 200 ribu hanya receh bagi Awan.
Sebenarnya, setelah Awan tahu latar belakang Mentari, Ia tidak ingin mempermasalahkan lagi soal ganti rugi itu, tapi Awan ingin Mentari tetap bertanggung jawab atas perbuatannya.
" Enak juga ya jadi pembantu orang kaya kalau seperti itu pekerjaannya", Kata Meli setelah diceritakan pengalaman sahabatnya itu selama bekerja dengan Awan.
"Jangan bilang lo iri sama gue?", selidik Mentari, kepalanya meringsek ke arah Meli sambil memicingkan mata.
" Sorry lah ya... Meskipun enak tetep aja namanya pembantu, nggak ada yang bikin gue iri"
Hari ini, hari Sabtu, sekolah Mentari tetap masuk tetapi hanya diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler saja.Setelah Ekstrakurikuler nya berakhir, mereka memutuskan mengobrol di bangku yang ada di bawah pohon rindang sambil menunggu bel pulang sekolah.
"Tari!"
" Eh, Angga. Ada apa? Bukannya lo harusnya lagi main basket?", Mentari heran kenapa tiba-tiba Angga sudah ada di dekatnya.
" Udah main tadi, gantian sama yang lain, gue capek"
"Oh....". Mentari menganggukkan kepalanya. Sementara Meli merasa heran,sejak kapan sahabatnya itu dekat dengan idola sekolah?
Sejak pertemuan di apartemen itu, mereka menjadi semakin dekat, namun komunikasi mereka hanya lewat daring saja .Dan baru kali ini Angga menyapanya di sekolah.
" Kamu lagi ngapain di sini?"
" Lagi istirahat aja, ngadem". Memang cuacanya panas sekali akhir-akhir ini.
" Lo udah selesai ekskul?"
"Udah". Bahkan Angga tahu Mentari ikut ekstrakurikuler kesenian tari dan paduan suara.
Obrolan itu hanya antara Mentari dan Angga saja sedangkan Meli yang sejak tadi merasa tak dianggap pun memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.
" Kapan lo ke apartemen om lo lagi?'
"Om?". Pertanyaan itu meluncur bebas dari mulut Meli.
" Iya, Om nya Tari kan tinggal di apartemen yang sama dengan kakak gue, kita pernah ketemu di sana. Iya kan Tari?", Angga meminta kejelasan Mentari.
"I..iya Mel", jawabnya gugup." Itu loh om Awan", jelasnya lagi
Meli tahu sekarang dengan om yang dimaksud Angga. Dia lantas mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Lo nggak ada rencana ke sana lagi dalam waktu dekat?"
" Emm... Gue sebenarnya sekarang tinggal di sana Ngga, mungkin buat beberapa bulan nanti"
" Oh ya?!", Angga terlihat senang sekali mendengarnya. " Berapa nomor unitnya? Biar gue bisa maen"
" Maaf Ngga, gue takut dimarahin om gue kalau ngajak cowok ke apart". Jelas saja Mentari takut Awan marah, itu kan bukan wewenang Mentari.
" Ya udah deh nggak apa-apa. Tapi ntar malem kita bisa jalan nggak?"
Mentari dan Meli sama-sama terkejut dengan pertanyaan Angga. "Kayaknya gue nggak bisa Ngga, mungkin lain kali. Ntar gue kabarin kalau dapet izin dari om gue", Mentari merasa canggung dengan ajakan Angga.
"Oke gue tunggu ya! Semoga aja om lo yang posesif itu mengerti urusan anak muda", katanya menyindir Awan, padahal yang disindir tidak ada.
"Gue balik ke lapangan dulu ya, sampai jumpa jumpa lagi"
Mentari mengangguk sambil tersenyum. Setelah Angga pergi, sontak saja Meli menghujani dengan pertanyaan yang membuat dia penasaran dari tadi.
"Sejak kapan lo deket sama Angga?"
" Sejak ketemu di apartemen om Awan dia selalu hubungin gue"
"Gue tahu Angga keren, gue juga ngefans sama ketampanannya, tapi lo harus hati-hati Tar, lo tahu sendiri kan Angga itu gimana?"
"Iya gue tahu, lagian kita cuma temenan aja kok"
" Ya itu menurut lo. Gue aja bisa lihat kalau Angga punya niat buat deketin lo"
" Apaan sih Mel? kayak dia kekurangan cewek aja, lo kan tahu setiap hari dia dikelilingin sama cewek cantik"
" Gue cuma mau ngingetin aja Tar"
"Lo cemburu ya?!",ledek Mentari.
" Enak aja!! Biarpun gue ngefans sama ketampanannya, tapi gue masih cinta sama cowok gue", akunya. Meli memang memiliki cowok yang sudah berkuliah sekarang.
"Terus tadi Angga bilang om lo posesif? Maksudnya apa?". Belum selesai rasa penasaran Meli.
" Bukan apa-apa",jawabnya enteng.
" Lo maen rahasia-rahasiaan sama gue?". Meli tidak terima sahabatnya merahasiakan sesuatu.
" Nggak penting Mel. Om Awan cuma pernah kasih gue jas nya aja pas gue keluar terus ketemu Angga, katanya baju gue nggak sopan, padahal gue pakai baju yang gue pakai setiap hari"
"Emangnya lo pake apa?"
" Celana pendek sama kaos aja. Lagian juga nggak pendek-pendek amat celananya. Anak seusia kita banyak yang pake celana begitu kan. Di sana juga banyak yang bajunya lebih seksi keluar apartemen dengan sengaja"
"Mungkin nggak sih om Awan suka sama lo?"
Mentari melongo. Yang benar saja, bahkan Awan nggak tertarik sama dia, apa coba yang bagus dari Mentari.
" Ya nggak mungkin Mel, Om Awan cuma merasa tanggung jawab sama gue,kan sekarang gue tinggal sama dia"
"Hmmm". Meli masih merasa aneh dengan sikap Awan, tapi dia mengiyakan saja kata temannya itu.
***
"Eh, kenapa ni motor oleng?". Tiba- tiba saja motor Mentari oleng dan dia hampir terjatuh meskipun dia masih bisa menguasainya.
"Yah... kempes lagi", ia berdecak kesal.
" Kenapa Tar?". Suara itu mengagetkan Mentari yang sedang memeriksa ban motornya. Dia menoleh mendapati Angga berhenti di sebelahnya.
" Ban motor gue kempes Ngga"
Angga nampak berpikir sebentar sebelum akhirnya berbicara. " Titipin dulu motor lo di warung itu, nanti gue suruh anak-anak nganterin ke bengkel, Ardi sama vito masih di belakang kayaknya tadi"
" Nggak usah Ngga, ngrepotin, ini tinggal bawa aja ke tambal ban,kayaknya di depan ada deh". Mentari merasa tidak enak dengan tawaran Angga.
" Santai aja! Lagian tambal ban masih jauh, kalau Ardi,dia tau nomor telpon bengkel"
" Beneran nggak apa-apa, gue jalan sendiri aja" .Mentari tetap kekeh dengan keputusannya.
" Nggak apa-apa Tari... Temen-temen gue baik semua kok, santai aja sama mereka, lagian gue yang nyuruh ini"
Mentari menimbang ajakan Angga, Sebenarnya dia mau saja kalau ada yang bantu, apalagi cuacanya sedang panas begini. Dia pikir dorong motor akan sangat melelahkan.
" Ayo naik! Kita searah kan, bareng aja ama gue. Percaya deh motor lo pasti aman".
Mentari akhirnya mengiyakan ajakan Angga, Baru saja naik ke motor Angga yang cukup tinggi itu,ia dikejutkan dengan suara klakson yang memekik. Alhasil Mentari turun lagi dari motor karena terkejut.
Tiiiinnn...tiiinnn
Saat menoleh, Mentari mendapati mobil Awan di belakangnya, mobil yang dengan brutalnya membunyikan klakson. Mentari mengenali mobil itu karena itu mobil yang ia tabrak waktu itu.
Awan keluar dari mobil menghampiri Mentari. "Mau kemana lo? Pulang sekolah bukannya pulang malah mau keluyuran"
" Ini mau pulang om",
"Maaf om, motor Mentari bannya kempes, jadi saya ajakin dia bareng,kan kita searah", jelas Angga.
Awan mengamati motor Mentari. " Ya sudah ayo pulang, biar motor lo nanti diambil sama orang bengkel", ajak Awan.
" Temen saya ada yang mau ambil motor Mentari Om, Om nggak perlu khawatir. Mentari juga bisa bareng sama saya, kelihatannya om sibuk", Angga mengamati Awan yang terbalut setelan jas.
" Nggak perlu, biar Mentari dan motornya saya yang urus, kamu bisa pergi"
Angga sebenarnya kecewa, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia pikir om Mentari lebih punya wewenang atas Mentari.
Angga pergi setelah berpamitan dengan Mentari. Sedangkan Mentari ikut Awan dengan mobilnya, setelah Awan menghubungi pihak bengkel.
" Kita mau kemana om? ini kan bukan arah ke apartemen om?", tanya Mentari ketika mendapati mobil Awan berbalik arah.
"Gue mau meeting dulu"
"Hah?! Meeting? Tahu gitu kan aku bareng Angga aja tadi Om"
" Kenapa? Lo mau curi-curi kesempatan buat pacaran?", selidik Awan.
" Pacaran gimana sih om? kan lebih efisien waktu kalau aku bareng Angga. Aku bisa kerjain kerjaan aku kan om", Jelas Mentari.
" Nanti kan juga bisa"
" Tetep aja buang-buang waktu", lirihnya.
" Jadi maksud lo cuma buang-buang waktu kalau sama gue?, inget ya! lo itu kerja sama gue jadi lo harus nurut sama gue. Ini juga bagian dari pekerjaan lo"
" Iya om", jawab Mentari pasrah.
Setelah menempuh beberapa menit, mereka sampai di restoran mewah. Di sana sudah ada Indra menunggu bersama client Awan.
" Maaf membuat bapak-bapak menunggu, tadi ada insiden kecil dengan keponakan saya waktu pulang sekolah". Awan menunjukan gadis berseragam sekolah dibelakangnya.
Indra merasa heran, tiba-tiba si boss membawa Mentari saat meeting, masih pakai seragam sekolah lagi. Meskipun tadi Awan telah menjelaskan, tetap saja ia merasa ada yang janggal.
Awan memesankan meja lain untuk Mentari, dia juga mengizinkan Mentari memesan apapun yang dia inginkan. Tentu saja, Mentari menyambut dengan berbinar. Dia tidak akan melewatkan kesempatan itu.
Di sela-sela meetingnya sesekali Awan mengawasi Mentari. Namun, ia merasa terganggu saat melihat mentari tertawa sendiri dengan ponselnya. Seperti sedang berbalas pesan.
Pasti si anak kecil itu. Dasar badboy,jangan harap bisa deketin Mentari. Tapi, kenapa dia seneng banget ya kayaknya. Awan merasa tidak senang Mentari dekat dengan Angga. Entah kenapa, tapi dia tetap kekeh mengklaim Mentari sebagai tanggung jawabnya, atau ada alasan lain? Bahkan Awan sendiri tidak tahu.
" Bagaimana Pak Awan?", suara salah satu clientnya membuyarkan lamunannya.
"Oh iya", jawabnya gugup. "Nanti saya diskusikan dulu dengan asisten sekaligus sekretaris saya ini". Padahal Awan tidak paham apa yang sedang dibicarakan karena sibuk mengamati Mentari.
Indra mengernyit heran melihat tingkah sahabat sekaligus bossnya itu. Padahal menurutnya presentasi client tadi cukup jelas.
" Baiklah, Semoga kita bisa melanjutkan kerjasama kita ya Pak Awan".
Tak butuh waktu lama meeting sudah berakhir. Awan dan Indra menghampiri Mentari yang masih asyik dengan ponselnya.
"Kenapa om? Om sudah selesai?", tanya Mentari saat Awan merebut ponselnya." Kok ponselku diambil om?"
"Habisin dulu makanannya, awas aja kalau nggak habis kamu pesan sebanyak ini"
Mentari nyengir, merasa malu karena terlalu senang makan di restoran mewah sehingga dia memesan banyak makanan."Mumpung gratis om".
Indra hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah polos Mentari.
" Om mau pake ponselku?", tanyanya ketika melihat Awan yang tak kunjung mengembalikan ponselnya.
" Buat apa ponsel butut begini?", ejeknya.
"Kalau gitu balikin ponselku om"
" Habisin makananmu,terus kita pulang. Jangan buang-buang waktu buat chatingan sama cowok badboy itu"
"Hah?! siapa? maksud om Angga?"
" Hmmm,gue nggak peduli siapa namanya"
"Ih om,aku tuh lagi chatingan sama Meli tahu...", spontan Mentari memukul lengan Awan.
Semakin heran Indra melihat tingkah keduanya,apalagi saat Awan tidak protes ketika lengannya dipukul Mentari. Indra tersenyum sambil mendengus menyadari sesuatu. Keakraban antara Mentari dan Awan terjadi secara natural begitu saja.
"Balikin om...",Mentari merengek, tapi malah semakin lucu di mata Awan
"Nanti di apartemen". Awan memasukkan ponsel Mentari ke dalam kantong jasnya
"Ih... Dasar om mendung!!", sungut Mentari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Tami Andriani
😘😁😁😁
2022-12-27
0