Mentari mengantar kepulangan Angga sampai gerbang depan rumahnya. Dia melambaikan tangan ke arah Angga yang mulai melajukan motor sportnya.Baru juga mau menutup gerbang ada yang tiba-tiba menghalanginya.
"Tunggu Mentari!"
Mentari terkejut melihat Awan yang saat ini masih sangat ingin dia hindari. Dia ingin menyembuhkan hatinya dulu sebelum bertemu Awan lagi. Tapi apa daya, sang Awan malah sudah berada di depan matanya kini.
"Om?", Mentari berusaha menetralkan ekspresinya.
"Mentari,dengerin penjelasan aku dulu!",Awan mencekal pergelangan tangan Mentari.
Mentari berusaha melepaskan cekalan Awan tapi sang Awan sangatlah erat menggenggam.
"Jelasin apa Om?", Berusaha bersikap biasa saja,seolah tak terjadi apa-apa diantara mereka."Oh ya,maaf ya Om kemarin pergi nggak bilang-bilang sama om".
"Bukan itu Mentari, please dengerin dulu", Awan memohon.
Mentari diam saja membiarkan pria itu mengatakan yang ingin dijelaskan.
"Bertahanlah Mentari, sebentar saja",
Mentari mengulas senyum manisnya, pura-pura tidak tahu kemana arah pembicaraan Awan. "Makasih ya om, udah kasih kerjaan Mentari kemarin,gajinya gede lagi, tapi maaf aku nggak bisa kerja sama om lagi", ujarnya disertai kekehan sumbang.
Jawaban Mentari bukanlah jawaban yang Awan inginkan . Bukan, bukan itu maksudnya.Awan mengerti Mentari tak ingin membahas hal itu,tapi itulah tujuan Awan mendatangi Mentari, dia ingin menjelaskan semuanya dan meminta Mentari untuk tetap tinggal. Jahat memang,tapi Awan sungguh tak mau kehilangan Mentari.
"Baby..."
Mentari menyentak tangan Awan dengan kasar sampai genggamannya terlepas.
"Tolong kasih aku kesempatan buat ngomong", Awan menghiba, wajahnya memelas dan kelihatan hampir menangis.
Mentari luluh, hatinya juga sakit melihat wajah sedih Awan. Dia membuka pagar lebar-lebar agar Awan bisa masuk.
"Baby, maafkan aku", Awan memeluk Mentari dari belakang. Tubuh Mentari menegang,merasakan hangatnya pelukan yang ia rindukan itu.
"Kamu pasti udah denger apa yang Lusi bilang kemarin", Hembusan nafas Awan menerpa pipi Mentari. "Aku yakin, itu bukan anak aku,aku akan membuktikannya"
Mentari melepas pelukan Awan." Gimana caranya?", Mentari menatap mata Awan dengan dalam. Dia meragukan jika usaha Awan akan berhasil.
"Setelah bayi itu lahir, aku akan tes DNA",jawab Awan yakin.
"Terus mau om apa kalau udah tes DNA?"
"Aku mau ceraikan Lusi"
"Nggak semudah itu om"
"Tapi baby,aku yakin itu bu..."
"Cukup om,aku memang mencintai om. Tapi aku nggak mau jadi orang bodoh yang nungguin om selama itu dalam genggaman orang. Aku juga nggak mau dianggap sebagai pelakor. Om pikir, selama itu nggak bakalan bisa ngrubah perasaan orang? Bisa saja kan,om dan pacar om itu jadi semakin dekat karena bersama dalam waktu selama itu. Lalu kalau itu terjadi,bagaimana dengan aku?", air mata Mentari akhirnya tumpah setelah ia tahan sedari sejak bertemu Awan.
Awan mematung mendengar ungkapan Mentari. Ya,benar. Bisa saja itu terjadi. Apalagi mereka pernah saling mencintai. Apakah Awan menjadi orang yang paling egois jika dia menginginkan Mentari?
"Om harus mempertanggungjawabkan apa yang udah om lakukan"
"Tapi aku udah nggak cinta sama Lusi, aku cintanya sama kamu, Mentari",tegas Awan.
"Udahlah om, lebih baik om pergi sekarang", Mentari tak ingin luluh jika berlama-lama bersama Awan." Jangan temui akau lagi om! kita harus hidup masing-masing sekarang. Ada yang lebih membutuhkan Om, calon istri dan calon anak om. Aku iuga mau tenang. Sekali lagi terima kasih atas kebaikan om selama ini. Om boleh pergi sekarang".
"Tapi baby..."
"Please om", Mentari menghiba. "Satu lagi,udah nggak ada apa-apa lagi diantara kita,dan memang begitu dari dulu. Asal Om tahu, aku udah jadian sama Angga barusan".
"Baby.....", tak habis pikir Awan dengan Mentari yang malah jadian sama Angga. Apa hanya untuk pelampiasan? atau mereka sebenarnya sudah lama berhubungan dekat?
Awan tidak bisa memaksa Mentari. Baru kali ini Awan yang notabenenya seorang CEO, mengalah debat dengan lawan bicaranya. Mentari mendorong Awan yang tak kunjung beranjak dengan mengerahkan seluruh tenaganya karena perbedaan postur tubuh mereka. Mentari menutup pintu dengan kasar. setelahnya ia menangis pilu sambil menutup mulutnya mencegah suaranya timbul.
Sedang Awan disana terus menggedor pintu Mentari. Belum,ini belum selesai. Masih banyak yang harus diluruskan. Soal dia,Mentari,Lusi dan tentu saja Angga.
"Mentari...Mentari!!"
tok...tok...tok..tok...
"Mentari!!"
"Mas mau bikin keributan lagi?", tanya seseorang mengagetkan Awan. Awan menoleh mendapati orang yang menegurnya kemarin. Sepertinya dia tak sengaja lewat disana.
"Enggak mas,maaf", merasa bersalah karena selalu kepergok bikin gaduh. Akhirnya Awan memilih pulang. Mungkin Mentari butuh waktu menenangkan diri. Namun dia tidak akan menyerah sampai disini.
***
"Ngapain pagi-pagi di sini?", Mentari cukup takjub dengan perhatian Angga. Mentari tahu maksud Angga berada di depan rumahnya sekarang. Jujur saja,dia senang. Di balik kesedihannya, masih ada orang baik yang peduli padanya.
"Jemput kamu lah", Angga sudah merubah panggilannya. Cowok keren itu berdiri disamping motornya. "Kenapa semalam nggak angkat telepon aku? Chat juga nggak ada yang kamu bales"
"Sorry, aku udah tidur semalem", jawab Mentari berbohong, padahal dia sedang meratapi sakit hatinya. Dia ikut-ikutan mengganti panggilannya.
"Ya udah, ayo berangkat. Kamu udah siap kan?",Angga memperhatikan penampilan Mentari yang telah siap dengan seragam sekolahnya. Mendekati Mentari yang masih diambang pintu gerbang.
"Aku baru aja mau ngeluarin motor"
"No! Kamu mulai hari ini berangkat dan pulang sekolah bareng aku. Aku tuh cowok kamu kalau kamu lupa. Dan sebagai cowok yang baik, aku akan perlakukan cewek aku sebaik mungkin"
"Tapi dari yang aku tahu, kamu nggak pernah pacaran lebih dari dua bulan kan? Paling nanti juga gitu kamu sama aku"
"Nggak lah....aku serius sama kamu"
" Kamu juga bilang gitu kan sama cewek-cewek kamu dulu?", Mentari tak berhenti meledek Angga.
"Aku janji soal kamu"
"kamu....",ucapan Mentari berhenti karena tangan Angga membungkam mulutnya.
"Udah ayo,nanti telat", Angga malas berdebat. Awan takut nanti Mentari semakin bicara ngelantur dan malah berakhir minta putus. Jarak wajah mereka sangat dekat.
Mentari melengos, kemudian tersenyum. Kehadiran Awan cukup mengalihkan rasa sakitnya.
Mentari datang ke sekolah dengan membonceng motor Angga. Tentu saja mereka jadi sorotan seantero sekolah. Pasalnya Angga adalah cowok populer yang memiliki banyak fans perempuan. Banyak yang iri dengan Mentari,dan banyak juga yang mencibir tidak setuju. Apalagi fans berat Angga yang berada di garda terdepan untuk menumbangkan Mentari.
Mentari cuek,merasa bodo amat dengan semua itu. Toh dia nggak secinta itu dengan Angga. Selama dia tidak di sakiti oleh mereka,Mentari akan mempertahankan sikap kebal nyinyirannya.
"Kayaknya mulai ada yang go public nih",goda Meli menyenggol bahu Mentari.
"Apaan sih?", Mentari memutar bola matanya.
"Gue tebak pasti ada hubungannya dengan om lo itu kan?",Meli menerka-nerka.
"Pagi-pagi udah nggak jelas. Sarapan apa sih lo?", Mentari mengelak.
"Nasi goreng buatan bibi yang paling enak"
Mentari geleng-geleng kepala.
"Bener kan?"
"Apaan?"
Meli merapatkan tubuhmya dengan Mentari yang duduk disebelahnya." Gue ketemu om lo kemari?",bisik Meli.
Mentari mengernyikan kening." Om siapa?". Nggak mungkin kan om Awan nemuin Meli?
"Om Awan lah,siapa lagi? emangnya lo punya om selain dia?"
"Bohong lo,emangnya lo tahu om Awan itu kayak apa?"
"Tahulah. Orangnya ganteng,tinggi, putih,gagah, keren.....mmmmmmm"
"Ssttt, udah! lo berisik", Mentari membungkam mulut meli dengan tangannya.
"Bener kan?", Selidik Meli setelah tangan Mentari diturunkan.
"Gue nggak mau lagi denger apapun soal dia ya...dan lo harus kasih selamat sama gue,,gue udah jadian sama Angga", Mentari mencoba terlihat baik-baik saja.
"Oke. Kalo lo udah siap lo boleh cerita", ucap Meli yang sangat mengerti jika sahabatnya sedang tidak ingin cerita. "Eh, tapi gue nggak habis pikir,kenapa juga mesti jadian sama Angga?"
"Pengen aja!", jawab Mentari acuh.
"Dasar lo! Nanti kena batunya lo berani-beraninya mainin Angga"
"Siapa juga yang mainin? Gue serius tahu",Mentari terus meyakinkan dirinya sedang baik-baik saja.
"Yakin?",Meli menaik turunkan alisnya.
"Yakinlah. Siapa juga yang nggak mau sama Angga".
"Fix! ini bukan lo Tar",Meli geleng-geleng kepala. Dia tahu sifat dan sikap sahabatnya itu terhadap Angga selama ini. Tertarik tapi masa bodoh, kagum tapi cuek.
"Kok bukan gue sih? ini asli gue tahu. Siapa juga yang nggak suka sama Angga? Keren,ganteng,tajir dan kapten tim basket. Lo aja yang buta"
"Idih...Dikasih apa lo sama Angga sampe ngebanggain dia segitunya",cibir Meli.
"Dikasih cinta"
Meli memutar bola matanya malas. Lama-lama kesel juga dia meladeni omongan ngelantur Mentari. Feelingnya mengatakan kalau Mentari menggunakan Angga sebagai pelampiasan atas masalahnya dengan sang Om.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments