Akhirnya Mentari luluh dengan segala bujuk rayu Awan untuk tetap tinggal bersama Awan dan tetap menjadi pembantu Awan. Pembantu yang merangkap menjadi kekasih gelap,pasalnya meskipun mereka sudah mengungkap perasaan masing-masing,namun Awan masih memiliki hubungan dengan Lusi. Dia berjanji segara menyelesaikan masalahnya dengan Lusi.
Awalnya Mentari menolak bekerja dengan Awan lagi dengan alasan takut kalau tidak bisa mengendalikan diri akibat serangan mesra sang Awan yang tak tahu waktu. Tapi Awan membujuk dengan segala janji manisnya yang entah benar atau tidak, termasuk iming-iming gaji yang lumayan besar,bahkan uang yang Mentari berikan kemarin malah dikembalikan kepada Mentari.Tentu saja Mentari mau,siapa juga yang tak mau uang.
Saat ini mereka sedang sarapan dengan bubur ayam yang Mentari beli di depan Apartemen.
"Om", Mentari memanggil Awan yang sedang menyantap buburnya.
"Iya..."Awan mendongak,menatap Mentari.
"Emm...boleh nggak aku ajak temenku kesini?",tanya Mentari sungkan.
"Temen yang mana? Jangan bilang cecunguk itu!",suara Awan meninggi,dia mulai waspada.
"Bukan Angga om,tapi Meli"
Awan nampak menimbang,tapi kalau perempuan setidaknya tak akan jadi masalah."Ya udah boleh"
"Makasih ya om,abisnya aku bosen nggak boleh kemana-mana sama om.Keluar sama Angga sebentar aja udah suruh pulang, pakai marah-marah lagi",keluh Mentari.
"Itu karena aku cemburu baby" katanya sambil menoel dagu Mentari.
"aku nggak suka di panggil baby, kayak sugar baby aja",ucapnya cemberut.
"Emang iya kan kamu itu sugar babynya om Awan yang ganteng ini"
"Nggak mau!! sugar baby itu kesannya suka di ajak tidur dan emang jual diri kan?!"
"Kok tahu?"
"Iyalah, aku kan suka baca novel"
"Sok tahu kamu". Awan mencubit pipi Mentari dengan gemas." Karena aku udah kasih izin temen kamu main kesini,jadi....mana imbalannya"
"Om kan udah punya semuanya". Dasar pelit,apa- apa minta imbalan dan ganti rugi.
"Aku mau cium",jawabnya enteng.
Tak segan-segan Mentari mencium pipi Awan,dan dengan seenak jidatnya dia menunjuk pipi sebelahnya lagi,lalu kening,turun ke hidung dan terakhir bibir. Mentari kira sudah selesai tapi nyatanya Awan malah gantian menciumi seluruh wajah Mentari bertubi-tubi. Dasar modus memang si Awan.
"Ya udah aku berangkat dulu ya Om",Mentari pamit kepada Awan setelah membereskan bungkus bekas sarapannya.
Awan menahan tangan Mentari," Pamitnya yang bener!"
Mentari bingung, ya seperti inilah ia pamit kalau dia bertemu Awan saat akan berangkat pagi-pagi. Selebihnya,jarang sekali dia menemukan Awan di pagi hari.
"Sini!",Titah Awan sambil menarik tangan Mentari.
Mentari menurut, menghadap Awan.
"Cium tangan dulu!", Awan menyodorkan tangannya.Mentari menurut lagi mencium tangan Awan.
"Ya udah,aku berangkat ya om"
"Belum". Awan tak melepas tangan Mentari
Mentari bingung,apalagi sekarang? Bisa-bisa dia telat.
Awan berdiri, dia mencium kening Mentari. Tentu saja, Mentari terkejut, sudah seperti suami istri saja pikirnya. Awan menatap sebentar wajah terkejut itu, kemudian meraih wajah Mentari dan menghujaninya dengan kecupan lembut.
"Belajar yang bener ya",titahnya lembut.Mentari mengangguk kemudian segera berangkat sekolah.
Sungguh drama luar biasa sepertinya pagi ini bagi Mentari. Awan sudah mencuri waktunya beberapa menit dengan drama pamitan tadi, sekarang dirinya mendapati ban motornya kempes saat masih di basement.
"Apes banget sih gue... bisa-bisa telat beneran ni gue",keluhnya sendirian.
Secepat kilat Mentari berlari menuju jalan raya untuk menemukan taksi. Biar saja sekali-kali habisin duit banyak buat berangkat sekolah,karena naik kendaraan umumpun pasti lebih lama. Untung sekarang uang sakunya banyak karena Awan.
Mentari celingak-celinguk Mencari taksi lewat, saat sebuah motor sport berhenti di depannya."Ngapain Tari?", Itu si Angga yang rupanya juga mau berangkat sekolah.
"Nyari taksi"
"Kemana motor lo?",tanya Angga sambil mengamati sekitar Mentari untuk mencari keberadaan si motor.
"Kempes Ngga"
Angga sumringah, merasa senang dengan musibah yang melanda Mentari." Bareng gue aja,sekolah kita sama. Itu kalau lo nggak mau telat sih..."
Mentari merogoh ponsel,melihat jam disana. Karena memang sudah mepet akhirnya Mentari menyetujui. Angga mengendarai motornya diatas kecepatan rata-rata. Sehingga Mentari mau tak mau terpaksa nemplok dipunggung Angga dengan tangan melingkar dipinggangnya.
Tak tahu saja Mentari, ada bahaya yang mengintainya di belakang. Bukan untuk mencelakainya namun lebih ke amukan sang singa yang menakutkan. Diam-diam Awan mengikuti sepasang remaja yang berboncengan sambil berbincang asyik itu. Awan marah melihatnya. Awan juga melajukan mobilnya cukup kencang agar tak kehilangan jejak.
Kedua remaja itu masuk ke dalam lingkungan sekolah. Sedang sang Awan, hanya bisa mengamati dari luar sampai si pemilik tubuh itu menghilang dari pandangan.
"Arght!!! sial...,nggak bisa dibiarin nih. Coba gue lebih cepet dikit tadi",ucapnya penuh penyesalan karena kalah start menemukan Mentari. Ia meluapkan rasa kesalnya dengan memukul stir mobil. "Awas kamu Mentari!!Kamu harus dihukum!!", Monolognya dengan seringai licik.
***
"Sorry Tar, gue nggak jadi ke tempat lo, Bian ngajakin gue ngemall,mumpung dia ada waktu katanya", jelas Meli sesaat setelah ia menerima panggilan dari pacarnya." Lo ikut aja gimana?"
"Ikut kemana?", tiba-tiba Angga datang dengan motor kerennya. Mendekati dua gadis yang sedang menunggu taksi itu.
"Gini Ngga,tadinya gue mau ke tempat Tari,tapi cowok gue barusan telpon ngajakin jalan. Gue pikir sekalian aja Tari ikut kan",jelas Meli kepada Angga.
"Ya udah,kita bisa double date kan?!", sebuah ide yang terlontar dari kepala Angga.
"Bener juga Tar,cuss lah...lo bareng Angga aja biar lebih romantis",goda Meli sambil menyenggol bahu Mentari dengan bahunya."Gue naik taksi aja soalnya mau ketemuan sama doi langsung disana"
"Gue....", perkataan Mentari tertelan oleh suara bariton seseorang yang baru datang.
"Mentari ada perlu sekarang,jadi nggak bisa ikut bersama kalian". Semua menoleh melihat Awan dengan terkejut.
Ya elah si om posesif lagi...Monolog Angga dalam hati.
"Iya kan Mentari?!", tanya Awan dengan sorot mata yang mengkhawatirkan.
Mentari menelan ludah, sepertinya Awan marah lagi. Dengan gugup ia menjawab," i..iya..."
Awan tersenyum mengejek Angga, Dan Angga menangkap sinyal permusuhan itu.
"Sorry guys, lain kali aja ya...", kata Mentari,selanjutnya ia menarik Awan ke arah mobil si tampan. "Bye!!!",teriaknya,ia berbalik sambil melambaikan tangan satunya dengan masih menyeret Awan.
"Om ngapain ke sini?", Tanya Mentari sambil memakai sabuk pengaman. Dia lupa tatapan marah Awan tadi.
"Om? kok nggak jawab sih?", masih sibuk menyamankan posisinya tanpa melihat Awan. Selanjutnya,dia terkejut ketika mendongak dan mendapati Awan menatapnya tajam. Mentari bingung sendiri, menyadari Awan sedang dalam mode marah,dia menggaruk kepalanya dengan kikuk.
" Kenapa aku nggak boleh jemput kamu? biar kamu bisa bebas jalan sama cowok itu? iya?", Awan membentak Mentari.
Mentari terkejut, jujur saja dia takut Awan marah. Dia mengakui dirinya salah karena dekat dengan Angga yang bisa memicu kemarahan Awan,tapi itu semua diluar kendali Mentari.
"Ma..maaf Om, tadi ban motorku kempes", cicitnya.
"Kenapa nggak langsung telpon aku? kenapa malah boncengan sama cowok brengsek itu? hah?, Awan masih berbicara dengan nada tinggi. Untung saja mobil mewah itu kedap suara.
"Jadi Om lihat aku?",Mentari cukup kaget bahwa Awan melihatnya tadi pagi."Kalau lihat kenapa nggak nganterin aku,?tahu kan aku lagi kebingungan nyari taksi?",Mentari malah marah.
Awan melongo, Mentari malah memarahinya. Sebenarnya siapa sih yang sedang marah
"Kok jadi nyalahin aku? Kan kamu yang dengan senang hati naik motor tuh cowok", Awan tidak terima disalahkan.
"Kan aku takut telat",Mentari membela diri.
"kan bisa telpon aku"
"Aku pikir Om masih lama berangkatnya. Aku nggak tahu om suka berangkat jam berapa". Memang selama ini Mentari selalu berangkat lebih dulu.
"Pokoknya kamu harus dihukum!",tukas Awan.
"Nggak maulah...aku nggak salah"
"salah! karena kamu udah bareng sama cowok itu"
"Aku kan udah bilang alasannya tadi",Mentari tak mau terima hukuman begitu saja.
"Tetep aja,salah ya salah", ucap.Awan. " Hari ini kamu harus ngikutin aku ke manapun,kamu harus siap kalau aku nyuruh-nyuruh kamu,itu hukuman buat kamu biar kamu nggak ngulangin lagi".
Mentari mendengus, melipat tangan di depan dada dengan bibir cemberut. "Dasar Om mendung, sama kayak mukanya yang mendung terus" umpatnya kesal.
"What?!" Awan tidak terima dibilang mukanya mendung.
"Apa?!", Mentari melotot,seolah menantang dengan galaknya.
Ekspresi Mentari malah membuat Awan tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Ngapain senyum-senyum? Dasar penjajah!!",Mentari mendengus lagi.
Awan tak menjawab,hanya mengulum bibirnya menahan tawa. Rupanya seru juga punya pacar anak SMA, Awan yang biasanya dominan harus mengalah dengan naluri kekanakannya Mentari yang memang baru 17 tahun. Meskipun berat hidup yang dia jalani selama beberapa bulan ini sejak kepergian sang ayah, tapi Mentari tetap gadis remaja yang sedang mencari jati dirinya. Dia tetap anak yang butuh perhatian meski kuat, tetap punya sisi manja meskipun dia mandiri. Dan dia gadis jutek nan galak yang ingin melindungi dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments