Awan menuruni satu persatu anak tangga di rumah mewah orang tuanya.Sementara di ruang makan sudah menunggu,kedua orang tuanya dan juga adik perempuan satu-satunya yang cantik.
melihat cloudya, seketika Awan teringat akan Mentari yang diusia belianya harus banting tulang sendiri untuk bertahan hidup. Berbeda dengan adiknya yang bisa melakukan segalanya tanpa harus bersusah payah.
"Pagi Pa,Ma",Awan mencium pipi mamanya lalu beralih ke papanya. Dia duduk di kursi sebelah cloudya setelah mencium pipi adiknya.
"Tumben kamu inget pulang Wan,"Robi Mahardika sang papa berkomentar.
"Anak pulang kok malah disindir-sindir sih pa," mayang,sang mama memperingatkan suaminya.
" Kapan Lusi pulang Wan?kalian harus segera menikah"
"Pa..."
"Kenapa? Bukannya itu yang kamu tunggu? Jangan sampai kamu jadi bujang lapuk gara-gara nungguin pacar kamu itu",Pak Robi memang ingin segera melihat Awan menikah,pasalnya Awan sendiri sudah berusia 29 tahun. Awan Bimantara Mahardika yang sangat populer dan digandrungi para wanita, sampai belum menikah di usia 29 tahun karena menunggu sang kekasih meniti karir di negeri orang.
"Mama juga udah pengen gendong cucu, Bu Marisa kemarin baru pamer,menantunya baru habis lahiran katanya"
"Ma, jangan gitu, apa-apa yang temennya bilang selalu pengen",Seloroh Pak Robi.
"Ya nggak donk,ini khusus cucu,mama sudah punya yang lain,cuma cucu aja yang belum", Bu Mayang membela diri
Mereka hanya geleng-geleng kepala dengan Bu Mayang,pasalnya wanita paruh baya itu selalu baper dengan kata-kata teman-temannya.
Selanjutnya mereka menghabiskan sarapan sambil membahas banyak hal,karena memang jarang sekali Awan pulang ke rumah.Dia tinggal di apartemen seorang diri. Karena Mentari, Awan jadi teringat adik perempuannya,jadilah dia pulang tadi malam. Adik Awan sekarang sedang berkuliah di universitas ternama,dan sudah semester akhir.
Ngomong-ngomong soal Mentari, kenapa Awan jadi penasaran ya dengan anak itu?
***
"Lo kenapa sih pagi-pagi udah ditekuk aja tu muka?"
Meli yang baru saja sampai di kelasnya,lantas duduk di samping temannya yang melamun dengan wajah kusut.
" Lo tahu nggak sih Mel? Masa gue suruh ganti rugi 20 juta,padahal cuma baret dikit doank loh mobilnya",lirih Mentari memelas
"Hah?! 20 juta? banyak banget. Lo yakin cuma baret?Ada yang rusak kali?".Meli juga tidak percaya begitu saja.
"Gue yakin cuma lecet dikit,orang tu mobil masih bisa jalan"
"mobilnya mobil mewah kali?",Meli cukup berada, setidaknya dia sedikit tahu mobil-mobil mahal,meskipun orang tuanya pun juga belum mampu membeli mobil mewah.
"Sekelas BMW",jawabnya enteng.
" Pantesan...",Jawab Meli sambil menoyor kepala Mentari.
"Aduh, lo udah tau gue bego,malah dipukul lagi pala gue,ntar tambah bego gimana?",Mentari bersungut-sungut.
Hari ini,Mentari menjalani rutinitasnya seperti biasa,sekolah dan bekerja. Setelah berkutat dengan buku-buku pelajaran yang membosankan,sekarang dia harus dipertemukan dengan nampan dan celemek.
Sampai di tempat kerjanya,Mentari berganti seragam kerja dan memulai pekerjaanya.Alangkah terkejutnya ketika netranya menangkap Pria gagah,keren,tampan dan tentu saja menawan. Namun, pesonanya sama sekali tidak berpengaruh bagi Mentari, menurutnya Awan itu benar-benar awan mendung yang siap menghantam dengan petir.
" Kesini kamu...". titahnya.
Mentari mendekat," Silahkan,mau pesan apa?",ujarnya dengan ramah dan senyum mengembang.
"Duduk!"
Eh? Mentari melongo. Ngapain dia disuruh duduk,kan lagi kerja. Apa mau membahas ganti rugi lagi,pikirnya.
"Tapi saya sedang bekerja Pak,"
"Saya bilang duduk ya duduk".Awan tidak ingin dibantah.
"Nanti saya dipecat gimana?nggak bisa bayar hutang ke Bapak loh".
Awan menghela napas,benar juga,cafe itu tempat umum.Bukan wewenangnya nyuruh-nyuruh Mentari disana. Ada pemilik cafe yang lebih berhak.
"Ya sudah,kapan kita bisa bicara?"
"Nanti saya dapat istirahat 1 jam,tapi nggak tahu dapetnya pas jam berapa,disini waktu istirahatnya sistem rolling"
"Kamu hubungi saya nanti kalau istirahat"
"Iya Pak,Sekarang Bapak mau pesan apa?"
"cappuccino aja!sana cepat!".Awan kesal tidak bisa bicara sekarang dengan Mentari. Tapi mau gimana lagi,dia tidak boleh egois.
"Baik...."
***
Jam 7 malam adalah waktu istirahat Mentari. Dia sudah menghubungi Indra tadi karna tidak tahu nomor telepon Awan. Dia bilang kalau dia bisa ditemui di warung nasi goreng depan cafe jam 7,karena gadis itu sekalian makan malam disana. Di warung tenda pinggir jalan.
Mentari terkejut mendapati Awan sudah ada di sana, Dia bersandar di badan mobil sambil bermain ponsel, sudah tidak ada jas lagi,hanya kemeja yang lengannya digulung dan dibuka kancing atasnya. Keren sih...! batin Mentari,eh?! tapi mobilnya beda lagi ternyata. Orang kaya mobilnya banyak.
"Bapak kok udah disini?"
Awan mendongak melihat siapa yang bicara.Mendapati Mentari disana,dia memasukkan ponsel ke celananya." Gue juga baru dateng", sepertinya dia lebih enak bicara nonformal dengan Mentari,lagipula Mentari bukan client pentingnya kan.
" Maaf pak,tapi boleh kan saya sambil makan?"
"Boleh"
Mentari senang,dia memesan nasi goreng mang Asep seperti biasa. Hampir setiap hari dia makan disitu.
Mentari mengajak Awan duduk disalah satu bangku disana.
" Bapak mau bicara apa lagi? tenang aja,saya pasti tanggung jawab"
"Gimana lo mau tanggung jawab,lo aja harus kerja buat makan doank"
"Jadi Bapak sudah tau?". Mentari tidak merasa heran, Awan bisa tahu tentangnya, apa sih yang tidak bisa dilakukan sekelas CEO perusahaan besar seperti dia. Apalagi orang utu merugikannya." Tapi saya bisa bayar nyicil,kalau bapak mau"
"Lo nggak perlu bayar pake uang"
Mentari menatap Awan."Terus pake apa?".Mentari berpikir sejenak,lalu dia membulatkan matanya." Jangan bilang Bapak mau keperawanan saya,kayak di novel-novel itu?"
"Jadi lo masih perawan?". Selidik Awan,matanya memicing menatap Mentari.
Mentari gelagapan menyadari kesalahannya berbicara.
"Boleh....kalo lo mau",Awan tersenyum menyeringai.
"Enak aja,dasar om om mesum", sungut Mentari
"Kan lo sendiri yang bilang"
"Bukan gitu juga...",lirihnya menyesal. Dia menunduk meremas tangannya, merutuki kebodohannya. Gimana kalau Awan menganggapnya murahan? batinnya.
Awan merasa lucu melihat reaksi Mentari."Tenang aja,gue nggak minat sama anak kecil kayak lo,yang semuanya pasti juga kecil",ledek Awan
Mentari melotot,apa dia bilang?kecil semua?Tapi setidaknya dia bisa bernapas lega. Awan tidak setega itu
Nasi goreng Mentari datang," Pak boleh saya makan?", Mentari meminta izin.
"Makan aja!".
Mentari makan dengan lahap. Terakhir dia makan tadi siang jam 11 pas istirahat kedua. dan sekarang mungkin sudah setengah delapan,bahkan dia sudah menggunakan tenaga extranya.
Awan menelan salivanya, melihat Mentari makan,dia jadi pengen juga,tapi mana higienis pikirnya.
"ehem",Awan berdehem." Lo nggak nawarin gue?"
Mentari mendongak,"Bapak mau?,saya kira bapak mana mau makan di pinggir jalan"
"iya juga sih",katanya mulai sombong." Lo bisa ganti rugi dengan jadi pembantu gue", Kata-kata Awan mengejutkan mentari yang sedang melahap makanannya.
"uhuk..uhuk.."Mentari tersedak mendengar kata-kata Awan.Dengan sigap awan mengambil minum dari teko yang disediakan di sana dan memberikan ke Mentari. Mentari langsung menenggak habis satu gelas air.
" Pelan-pelan kalau makan,gue nggak bakal minta".Tetapi Mentari tidak menanggapi Awan.
"Maksud Bapak saya jadi pembantu Bapak gitu?terus gimana sekolah saya?saya juga kan kerja".Mentari ingin memastikan.
" Begini,lo kerja jadi pembantu gue,lo masih boleh sekolah kok.Tapi lo keluar dari cafe,anggap saja gaji lo sebagai pembantu buat bayar hutang ke gue.mungkin cuma 4 bulan,lagian gue bisa gaji lo lebih tinggi dari cafe,jadi lebih cepat lunasin hutang lo ke gue.
" kalau gaji saya jadi pembantu buat bayar hutang,saya makan apa?".Mentari mulai emosi dengan orang egois itu.
"Tenang aja,lo makan di tempat gue,gue juga kasih lo uang jajan dan ongkos ke sekolah 20 ribu sehari.Tapi lo kerjain tugas lo jadi pembantu gue sepulang sekolah"
Mentari berpikir sejenak,makan beres,uang jajan beres,urusan sekolah mungkin dia bisa minta bang Rendy." Oke, saya setuju kalau itu bisa bikin saya cepat bayar hutang saya."
" Tapi masih ada satu syarat lagi"
"Apa?!". Obrolan kali ini sedikit mencairkan ketegangan diantara mereka.
"Lo tinggal di apartemen gue"
"Hah!?
" Kan lo jadi pembantu gue di sana,demi kebaikan lo juga,daripada lo capek nanti. Tenang gue punya dua kamar,lo bisa tempatin kamar satunya",Jelasnya. Rupanya Awan tahu kegelisahan Mentari.
"Baiklah..."Mentari akhirnya pasrah,bagaimana lagi dia harus bayar hutang kalau bukan menuruti kemauan si Awan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Tami Andriani
ceritanya mengalir 😍
2022-12-27
0