mulai posesif

Hari ini hari Senin,hari dimana Mentari harus pindah ke apartemen Awan. Awalnya Awan meminta Mentari untuk pindah keesokan harinya setelah pembicaraan malam itu. Namun,Mentari meminta waktu agar dia bisa menyelesaikan pekerjaannya minggu ini supaya dia bisa dapat gaji full satu minggu yang biasanya dia dapat 550 ribu saja. Ya,setiap hari minggu dia gajian.

Ponsel di saku OSIS Mentari bergetar, setelah melihat id si penelpon, kemudian ia mengangkat panggilan itu. "Halo". Saat ini dia berada di parkiran sekolah,siap melajukan motor kesayangannya menuju apartemen Awan.

" Gue tunggu di depan". Mereka sudah saling bertukar nomor ponsel sekarang.

" Depan mana?"

"Depan sekolah lo lah...gue tungguin buruan!!". Setelahnya terdengar bunyi berakhirnya panggilan. Seenak jidatnya Awan memutus panggilan sepihak.

Mentari bergegas melajukan motornya ke depan sekolah.Dia celingak-celinguk mencari keberadaan Awan.Sampai ia temukan mobil mentereng yang terparkir di pinggir jalan depan sekolahnya. Mentari menghampiri mobil yang ia yakini sebagai mobil Awan itu.

Setelah turun dari motor yang terparkir di belakang mobil Awan, Mentari mengetuk kaca pintu mobil Awan.

Tok..tok...tok...

Awan yang sibuk dengan ponselnya segera membuka pintu dan turun dari mobilnya.

"Ngapain om kesini?". Sejak malam itu juga Awan tidak mau dipanggil pak, alasannya terkesan seperti guru dan muridnya saja. Padahal Awan harusnya dia terbiasa dengan panggilan itu mengingat dia seorang CEO di perusahaan besar. Tapi,kalau Mentari yang memanggil kesannya beda,mungkin karena ia masih SMA.

" Jemput lo lah...ngapain lagi memangnya?"

"Nggak perlu dijemput juga kali om...aku nggak bakal ingkar janji. Lagian aku bawa motor juga". Hubungan keduanya sudah membaik,lebih manusiawi meskipun sering berdebat masalah tidak penting. Hanya perlu beberapa hari saja mereka sudah akrab,meskipun hanya berkomunikasi dengan ponsel. Entahlah, Awan senang sekali menghubungi Mentari,tapi Mentari pikir itu karena Awan khawatir dirinya akan kabur.

" Mana barang-barang lo?"

" Tuh...".Mentari menunjuk motornya. Awan bisa melihat ada koper kecil yang Mentari letakkan di bagian depan motornya,lalu tas punggung yang cukup besar juga tas sekolah Mentari di atas jok motornya.

Awan mengangguk-anggukan kepalanya." Ya sudah,ayo!!"

"Oke",Mentari beranjak menuju motor kesayangannya. " Eh? ngapain om ngikutin aku?". Mentari tampak kaget Awan berada di belakangnya.

" Kamu mau bawa semua ini pake motor?"

" Iyalah, pake apa lagi?"

" Emangnya bisa?". Awan ragu. Tidak lihat saja dia kalau Mentari juga membawa barang itu tadi pagi dari rumahnya ke sekolah.

" Bisalah..." ,jawabnya enteng sambil mulai menyalakan motornya.

Awan mematikan motor Mentari." Kenapa lagi sih om?", Mentari merasa kedatangan Awan hanya membuang waktunya.

"Gue bantu bawa barang lo."

"Beneran?!".Dia tampak tak percaya.

"Bawa ke mobil gue",titahnya menyuruh Mentari membawa tas gendongnya,sementara ia mengambil koper milik Mentari.

Awan mengendarai mobilnya dibelakang Mentari yang melaju lebih dulu,seperti sang kakak yang sedang mengawal adiknya.

Tiba di persimpangan lampu merah,semua kendaraan dengan arah yang sama berhenti. Tepat sekali Mentari berhenti di belakang zebra cross.,

" Tari!!"

Mentari menoleh mencari sumber suara. Dilihatnya lelaki tampan yang berseragam serupa dengannya." Angga!!",sapanya.

"Lo mau kemana? bukannya ini bukan arah ke rumah lo?"

Mentari terkejut,kok bisa anak badung idola cewek di sekolahnya itu tau rumahnya

" Lo tahu dari mana ini bukan arah rumah gue?", Mentari tidak mau merasa terlalu GR dulu.

"Tahulah...apa sih yang nggak gue tahu?",Angga menebar senyum manisnya.

Mentari terhipnotis senyuman Angga,benar juga Angga keren, meskipun Mentari bukan fans fanatik,tapi dia termasuk orang yang mengagumi ketampanan si badboy.

" Lo mau kemana?". Pertanyaan yang menyadarkan Mentari dari pesona si penanya.

"emm...gue...oh...itu gue mau ke rumah saudara gue". Jangan sampai teman-temannya tahu dia kerja jadi pembantu orang kaya. Meskipun teman-temannya tahu dia bekerja di cafe,tapi setidaknya itu lebih keren daripada jadi pembantu,pikir Mentari.

tin...tin...tin...

Suara klakson dibelakang menghentikan obrolan mereka." Gue duluan ya Tar"

Tari tersenyum mengiyakan dan kembali melanjutkan perjalanan sebelum pengendara yang lain protes lebih brutal.

Awan yang melihat interaksi dua anak muda di depannya tiba-tiba merasa tidak suka, entahlah dia mulai mengklaim Mentari jadi tanggung jawabnya karena Mentari akan tinggal di rumahnya mulai hari ini.

" heh,kayaknya badboy dia,". Awan tersenyum menyeringai.

***

"Wow... apartemen om keren banget",Mentari takjub dengan apartemen Awan beserta isinya.

"Kerenlah,punya siapa dulu". Jawaban yang menyebalkan memang.

Mereka sudah sampai di apartemen Awan sekarang, apartemen mewah itu ternyata tidak begitu jauh dari sekolah Mentari.

"Lo bisa tidur di kamar itu",menunjuk salah satu kamar di sana." Gue tidur di kamar sebelahnya"

Mentari mengangguk.

" Lo bisa beresin barang-barang lo dulu dan istirahat"

"makasih om"

" Nanti akan gue panggil kalau gue butuh,gue juga mau istirahat di kamar".Awan melenggang ke kamarnya.

" Eh tunggu om!".Awan menghentikan langkahnya. Menolehkan kepala ke belakang. " Om nggak kerja?"

"Gue kan bossnya"

"sombong...." Cibirnya. Lantas ia memasuki kamarnya yang disediakan oleh Awan. Dan Mentari kembali takjub dengan desainnya. Luasnya saja dua kali kamar Mentari di rumah.

Setelah mengagumi interior kamar itu,Mentari segera membereskan barang-barangnya,takut kalau sang boss besar keburu memanggilnya.

Siang sudah berganti malam,namun Awan belum memanggil Mentari sama sekali, dan waktu luang yang tak Mentari dapatkan sebelumnya karena pekerjaannya itu ia gunakan untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Bahkan,ketika Mentari selesai dengan tugas-tugasnya pun Awan tak nampak batang hidungnya.

Mentari berinisiatif untuk keluar. Dia mencari keberadaan Awan. Tapi ia tak menemukan Awan dimanapun. Termasuk di kamar pria itu.

" Kemana om Awan?", monolognya. Akhirnya Mentari putuskan menyambangi dapur, mencari-cari apa yang sekiranya bisa di masak. Jujur saja,perutnya memang sudah sangat lapar.

"hmmm...katanya orang kaya...",bibirnya mencebik, " kulkas aja kosong, gimana mau makan". Mentari menggerutu.

Akhirnya mau tidak mau dia harus keluar unit untuk membeli makanan. Tadi dia sempat melihat ada minimarket di lantai dasar apartemen milik Awan. Jadilah dia sekarang sedang menimbang apa yang akan dibelinya. Mentari masih memiliki uang sekitar 500 ribu, dan dia tidak bisa begitu saja menghamburkan uang itu,karena baru besok Awan akan memberinya uang saku,itupun kalau jadi. Buktinya sekarang saja dia di tinggal tanpa makanan dan uang,padahal kesepakatan awalnya,makan Mentari ditanggung oleh Awan.

"mie cup aja deh,kayaknya enak",Putusnya.

Mentari memilih memakan mie cup nya di bangku yang berada di depan minimarket sambil menunggu Awan datang.

"Tari!!". Panggilan seperti yang biasa digunakan teman-teman sekolahnya.

Mentari menoleh mencari sumber suara," Loh Ngga, kok lo disini?", pertanyaan yang muncul ketika ia mendapati Angga teman sekolahnya berada disampingnya sekarang.

"Gue yang harusnya nanya kaya gitu ,kalau gue sih tinggal di sini"

"Oh iya?! Di lantai berapa?".Mentari nampak senang mendapati badboy ganteng itu bersamanya.

"Lantai 9". Angga memperhatikan Mentari dari atas sampai bawah, celana pendek di atas lutut dengan kaos hitam kedodoran dan rambut yang digelung asal,membuat Mentari berbeda dari biasa yang Angga lihat di sekolah.

Apa gue bilang?sebenarnya dia tuh memang cantik,kurang polesan aja.

"Angga!!" ,Mentari melambaikan tangan karena mendapati temannya malah melamun dengan tatapan kepadanya.

"Oh iya,kenapa?"

"Lo melamun?"

"Eh, nggak lah...gue cuma terpesona aja lihat lo yang tampil beda gini". Wajah mentari memanas mendengar pujian dari Angga. "Biasanya gue lihat lo pakai seragam terus".

Mentari hanya bisa tersenyum canggung,pasalnya sebelumnya Mentari tidak sedekat ini dengan Angga. Mentari adalah orang yang malas bersosialisasi,apalagi kalau harus caper-caper ke idola sekolah seperti teman-temannya. Tidak ada waktu untuk mengurusi hal kurang penting seperti itu. Mending dia belajar biar pintar dan bekerja biar bisa makan.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Lo ngapain di sini?"

Mentari gelagapan, bingung harus menjawab apa. "Gue lagi maen tempat saudara". Jawaban asal tapi masuk akal juga.

"Oh ya?! tinggal di lantai berapa? nomor berapa?"

Mentari menimbang apakah dia harus mengatakan nomor unit Awan? Ah sepertinya jangan, daripada Awan marah padanya nantinya.

"Gue lupa Ngga"

Angga mengernyit, "kok bisa lupa? Terus lo gimana ke sananya?"

" Gue lagi nunggu orangnya ini".Mentari memang sedang menunggu Awan.

" Gue temenin ya", Angga malah bergabung dengan Mentari, duduk di samping gadis itu sambil memakan mie cup juga. Mereka terlibat obrolan yang asyik. Jujur saja,Angga tidak menyangka gadis tercuek di sekolahnya itu ternyata asyik juga. Mentari sudah sejak lama menjadi incaran Angga si badboy. Bukan untuk dijadikan mainan seperti cewek-cewek lain yang mengaguminya,tetapi lebih ke penasaran kenapa Mentari tidak tertarik dengannya.

Padahal, sebenarnya Mentari cukup tertarik dengan Angga, hanya saja waktunya tersita untuk belajar dan bekerja.

"Om Awan!!". Mentari melihat Awan yang sedang berjalan membawa kantong kresek, sepertinya isinya makanan bila dilihat dari kemasannya.

Awan menoleh ,seketika matanya membulat melihat Mentari. Melihat penampilan Mentari dengan paha setengah terbuka dan di sampingnya ada cowok, Awan meradang. Dengan langkah seribu, Awan menghampiri Mentari.

"Ngapain lo di sini?", tanya Awan sambil berkacak pinggang.

" Aku lapar om, nyariin om nggak ada". Mentari membuang cup bekas mienya ditempat sampah tak jauh dari tempat duduknya. Dia berdiri,begitupun dengan Angga.

"Pulang sekarang!!",titahnya masih dengan marah.

"iya",lirih Mentari. Dia takut Awan marah besar karena dia malah keluyuran. Belum juga beranjak, Mentari kaget mendapati Awan melingkarkan jasnya di pinggangnya. Menutupi paha Mentari,meskipun hanya sedikit.

" Lain kali kalau keluar pakai baju yang sopan, apalagi keluar sama cowok",Awan melirik Angga. Sepertinya Awan tidak suka dan mulai posesif dengan Mentari, Dia jadi merasa kalau Mentari itu dalam kuasanya.

Yaelah,gue udah puas lihat dari tadi kali. Dasar om posesif. Angga mengira Awan benar-benar om dari Mentari.

" Tadi nggak sengaja ketemu Angga om".Mentari membela diri, takut terkena amukan Awan.

"Kenalin om,saya Awan,,temen sekolah Mentari",Angga mengulurkan tangannya meminta berjabat tangan. Tapi Awan tak menyambut uluran tangan itu.

"Hmmm", hanya itu jawaban dari Awan.

Melihat adanya ketidaknyamanan suasana ,Mentari mengajak Awan pulang.

"Kita pulang yuk om",dengan beraninya Mentari menarik tangan Awan. Sebenarnya dia takut Awan marah dengan tindakannya,tapi mau gimana lagi daripada semakin panjang urusannya dengan Angga. Dia juga takut Angga tahu yang sebenarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!