Hari berganti dengan cepat. Hubungan Awan dengan Mentari semakin dekat. Mentari juga sudah tidak begitu canggung dengan Awan. Awanpun tak mempermasalahkan hal itu selama Mentari masih tahu batasan dan bisa mengerjakan tugasnya dengan baik. Begitupun dengan hubungan Mentari dan Angga yang kian dekat. Bahkan Angga dengan terang-terangan mendekati Mentari di sekolah. Hal itu membuat para fans Angga iri, mereka pikir apa sih yang Angga lihat dari Mentari yang biasa saja. Tapi bagi Angga, Mentari punya nilai tersendiri dimatanya, gadis itu berbeda dengan gadis-gadis yang selama ini selalu mengejarnya.
Ponsel di atas meja kerja Awan berdering. Dia berada di kantornya sekarang."Halo!", ucapnya setelah menjawab panggilan itu.
" Sayang, aku ada di apartemen kamu sekarang". Awan terkejut mendengarnya, itu suara Lusi. Ternyata sang kekasih sudah pulang dari Jerman.
" Apa?!". Awan melihat jam dipergelangan tangannya. Dia bernapas lega ketika mendapati jam menunjukkan pukul 12 siang. Artinya Mentari masih lama pulang sekolah.
" Kamu pulang ya...aku tungguin". Wanita itu memang tahu password apartemen Awan.
"Ya tunggu sebentar lagi"
" Oke, i miss you sayang".
Panggilan itu berakhir. Awan menyerahkan pekerjaannya kepada Indra,lalu dia pulang setelahnya.
***
"Sayang..." Ucap Lusi manja. Dia menyambut kedatangan sang pujaan hati. Memeluk dan bergelayut manja di leher Awan.
Awan menerima pelukan Lusi. Tak dapat dipungkiri dia merindukan Lusi. Meskipun tahu perselingkuhan kekasihnya, Awan menutup mata soal itu, ia masih mencintai Lusi.
"Apa kamu merindukanku?"
"Hmmmm...", jawab Awan sambil mengeratkan pelukannya.
Setelah puas berpelukan, mereka duduk di sofa masih dengan Lusi yang bergelayut di lengan kekar Awan.
"Bagaimana kabarmu sayang? Maaf aku jarang menerima teleponmu karena aku sangat sibuk", ucapnya dengan nada lembut sekali. Lusi selama ini bekerja sebagai desainer di Jerman.
"Aku baik" Sahut Awan. " Apa kontrakmu sudah selesai?"
Lusi mengangguk sambil tersenyum. "Sekarang kita bisa selalu bersama"
Lusi mendekatkan wajahnya ke Awan, tentu saja Awan menyambut dengan senang hati ajakan sang kekasih. Mereka mulai saling ******* bibir dan bercumbu dengan menggebu meluapkan rasa rindu mereka. Hubungan mereka memang sudah seintim itu, bahkan mereka sudah biasa berhubungan suami istri karena selain hubungan mereka yang cukup lama,mereka juga dua manusia yang sama-sama sudah dewasa dan tentu saja membutuhkan ****.
Awan dan Lusi sudah mulai kehilangan kendali, keduanya sudah sama-sama setengah telanjang, masih dengan acara saling mencumbu satu sama lain.
Ceklek,pintu terbuka. Mentari melongo melihat pemandangan di depannya. Sementara kedua sejoli itu hanya menoleh tanpa berpindah posisi dimana Awan sedang menindih Lusi di sofa.
Mentari yang tersadar langsung membalikkan badan. "Maaf akau nggak sengaja. Om bisa telepon aku kalau om butuh sesuatu", setelahnya Mentari keluar dari apartemen Awan.
"****!!". Awan tersadar saat pintu sudah kembali tertutup. Dia beranjak dari tubuh Lusi.
"Mau kemana sayang? Siapa dia?". Lusi menahan lengan Awan.
Awan menghela napas. Dia bingung bagaimana menjelaskan kepada Mentari soal kelakuannya barusan.
" Dia pembantuku", jawab Awan.
"Tapi dia pakai seragam sekolah loh yang"
"Iya dia memang masih sekolah, dia yatim piatu", jelas Awan.
"Oh..." Lusi sepertinya tidak peduli dengan Mentari. "Ayo kita lanjut lagi",ajaknya kemudian.
"Sorry yang, jangan sekarang"
"Kenapa? Jangan bilang gara-gara pembantu SMA kamu tadi". Lusi sedikit marah. Dia mulai mencurigai Mentari menjadi penyebab dinginnya Awan.
Awan kembali menghela napas." Gue lagi nggak mood, sorry",lirihnya merasa tidak enak hati menolak kekasihnya.
Lusi beranjak, memakai pakaiannya kembali yang tadi dilepas oleh Awan. Tanpa sepatah katapun dia pergi dari apartemen Awan dan membanting pintu apartemen Awan. Lusi marah, karena dia merasa Awan mengabaikannya.
Awan menatap pintu yang tertutup dengan nanar. Tidak mencegah Lusi pergi, malah ia kepikiran Mentari. Kemana Mentari pergi? Dia harus menghubunginya.
"Halo"
"Kamu dimana?". Awan spontan memanggil Mentari dengan sebutan kamu karena merasa bersalah.Padahal tidak seharusnya dia merasa bersalah.
" Aku di apartemen Angga om". Sungguh jawaban yang membuat Awan naik pitam.
" Balik sekarang!!". Awan mematikan teleponnya secara sepihak. Dia tak sabar menunggu Mentari pulang.
Tak lama setelahnya, Mentari datang. Dia memencet bel terlebih dahulu. Mungkin karena cukup trauma melihat adegan tak senonoh tadi di depan matanya.
Awan membuka pintu, "Kenapa nggak langsung masuk?ngrepotin", gerutunya.
Mentari malah nyengir," Takut lihat adegan mesum lagi om"
Awan mendengus, merasa tidak suka dengan perkataan Mentari. Apalagi reaksi gadis itu yang seakan meledeknya. Padahal Awan kepikiran bagaimana kalau Mentari marah dengannya. Tapi yang jadi pertanyaan adalah kenapa Mentari harus marah?
Mentari memasuki kamarnya, mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian seperti biasa ketika di rumah, celana pendek dengan kaos kebesaran yang digulung lengannya.
"Om nggak kerja?",Mentari bertanya saat keluar dari kamarnya. Dia melihat Awan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa,masih bertelanjang dada. Mentari sebenarnya malu melihat penampilan Awan, tapi dia berusaha bersikap biasa-biasa saja,ia tak mau dibilang lebay.
Awan membuka mata," Duduk sini!!", menunjuk space kosong di sebelahnya dengan kepalanya.
Mentari menurut. Duduk di sebelah Awan dengan memberikan jarak,sehingga dia mepet di pojok sofa.
" Om mau makan? Biar aku bikinin dulu", Mentari membuka obrolan setelah beberapa saat hening. Mulai merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini,Mentari beranjak, bermaksud menuju ke dapur.
"Sini dulu",Awan mencegah Mentari, menarik tangan Mentari sampai mentari menubruk tubuh Awan.
Mentari langsung tersadar, dia buru-buru bangun sebelum ada adegan tatap menatap. Dia takut Awan marah karena lancang menubruknya. Awan menghela napas menyadari tingkah Mentari. Dia berpikir Mentari mungkin jijik kepadanya. Padahal Mentari dag dig dug karena tak sengaja memeluk dada telanjang Awan.
"Ada apa om?", dia duduk disebelah Awan lagi masih sama dengan jarak seperti tadi.
Awan bingung memulai dari mana. Dia nampak berpikir dalam diam.Melihat tak ada jawaban dari Awan, Mentari kembali beranjak meneruskan langkahnya ke dapur.
" Aku bisa jelasin soal tadi Mentari". Awan tiba-tiba berbicara. Mentari menghentikan langkahnya.
"Jelasin apa Om?", Mentari mengernyitkan alisnya. Dia yang tadinya takut Awan marah gara-gara dia memergoki Awan sedang bercumbu sekarang malah jadi bingung hal apa yang akan majikannya itu jelaskan.
" Soal tadi aku sama Lusi". Awan nampak malu sekali mengatakannya.
" Oh, soal om sama pacar om tadi?"
"Hmmm... Sorry",lirihnya.
" Ngga perlu minta maaf om, om kan ngelakuin itu sama pacar om sendiri, ini juga apartemen om, om bebas melakukan apapun", jelas Mentari
Awan merasa tidak senang Mentari tidak peduli dengannya. Entah mengapa Awan ingin Mentari marah karena kejadian tadi.
" Lagian aku udah biasa sama kayak gitu, aku pergi cuma mau menghargai om aja". Kata Mentari sambil berjalan menuju dapur. Rasanya dia ingin cepat masak biar bisa makan, dia sungguh lapar.
" Maksud kamu apa udah biasa sama kayak gitu? kamu sering melakukan sama anak nakal itu?iya?". Awan naik pitam mendengar pernyataan Mentari. Kenapa dia merasa tidak rela? Entahlah.
Awan menarik Mentari dengan kasar, sehingga mentari jatuh ke pelukan Awan.
"Apaan sih om? siapa juga yang ngelakuin itu?",ujarnya sambil mendorong badan Awan. "Aku tu sering lihat anak-anak mesum di belakang sekolah". jelasnya lagi sambil kembali berkutat dengan bahan makanan disana.
"Terus kenapa kamu tadi di apartemen anak badboy itu?". Awan berdiri di samping Mentari,mengawasi gadisnya itu yang sedang memotong wortel.
" Aku ketemu Angga di lobby, terus dia tanya aku mau kemana, aku bilang aja kalau om lagi pacaran di sini, jadi dia ngajakin aku ke apartemen nya".
" Ngapain aja kamu disana?"
" Baru juga duduk, belum sempet diambilin minum,om udah nyuruh balik",jelasnya.
"Jadi menurut kamu,aku ganggu gitu?"
" Bukan begitu, om kan tadi nanya,dan aku cuma menjawab pertanyaan om Awan"
"Alasan"
"Om ini kenapa sih? dari tadi marah-marah nggak jelas. Aku jadi nggak konsen ni masaknya, nggak selesai-selesai tahu om,aku udah laper", sungutnya dengan bibir manyun.
Lagi-lagi Awan dibuat gemas dengan sikap cuek Mentari,dan melihat bibir ranum itu manyun, Awan hilang kendali, tiba-tiba dia menangkup wajah Mentari,******* bibir pink itu sebentar dengan sekali gerakan lalu melepaskannya.
" Jangan banyak omong",katanya setelah melepas pagutannya.
Mentari melotot. "Heh om, jangan mentang-mentang om itu majikanku ya bisa seenaknya sama aku. Kalau belum puas sama pacar om,ngapain om suruh dia pulang?"Emosinya menggebu-gebu, berkacak pinggang satu tangan dan satu tangan lagi mengacungkan pisau ke arah Awan.
Awan memundurkan kepalanya, mengambil pisau dari tangan Mentari dan meletakkan di atas meja dapur. Setelah itu dia malah menahan tengkuk Mentari dan kembali ******* bibir mentari tidak lebih dari dua detik.
" Berisik!! Sekali lagi ngomong gue cium lagi nih",ancamnya. Sepertinya Awan mulai plin plan dengan panggilannya ke Mentari, suka-suka dia ajalah,yang penting senang.
Mentari diam seribu bahasa sambil melotot pada Awan.
" Udah nggak usah melotot gitu, kita delivery makanan aja,kamu nggak usah masak"
"Beneran?!". Wajah Mentari berbinar namun seketika menutup mulutnya karena takut dicium lagi.
Awan tertawa dengan tingkah polos Mentari, sepertinya asyik juga mengerjai Mentari. Tapi, kenapa jadi pengen cium lagi? Otaknya mulai kotor rupanya. Tapi tak bisa dipungkiri,bibir Mentari sungguh kissable baginya.
sepertinya gue udah gila gara-gara tuh anak.
***
Mentari makan dalam mode diam. Dia masih kesal kepada Awan yang seenaknya mencium bibirnya.
" Kenapa sih diem aja?".Awan heran karena Mentari tiba-tiba diam saja.
Tak bermaksud menjawab pertanyaan Awan, Mentari langsung beranjak membersihkan piringnya sendiri setelah menghabiskan makanannya. Lalu dia masuk ke kamarnya sambil membanting pintu.
Awan terjengit. Lantas menghela napas pelan,menyadari kalau gadis itu sedang marah kepadanya.
Segala cara Awan lakukan untuk menarik perhatian Mentari. Mulai dari membelikan makanan,minuman, sampai menyuruh-nyuruh Mentari melakukan apa saja agar gadis itu mau berinteraksi dengannya. Namun, apa yang Awan dapatkan adalah Mentari menjalankan semua perintah Awan tetapi masih dalam mode diam.
"Ayolah Mentari yang cantik, udahan ngambeknya...",rengek sang Awan. Dia lelah membujuk Mentari." Lo boleh minta apa aja deh sebagai bentuk permintaan maaf gue".
Mendengar itu tentu saja Mentari tertarik. "Beneran?!". Satu kata yang membuat Awan seketika merasa senang. Diapun mengangguk.
" Kalau gitu bisa kan om Awan lepasin aku dari hutang?"
Awan terkejut, kalau seperti itu artinya Mentari lepas dari genggamannya. Bukan itu yang Awan mau.
"Aku juga udah kerja di sini satu bulan lebih. Berbaik hatilah buat waktu yang kurang dari 3 bulan lagi ini", Mentari bersungguh-sungguh dengan permintaannya.
" Jangan minta itu, minta yang lain saja"
"ish... pelit!,tadi katanya boleh minta apa aja",Mentari menggerutu. Dia malas dengan Awan yang ingkar janji. Akhirnya dia memilih masuk kamar lagi tanpa menghiraukan Awan.
Tiba-tiba Awan berteriak, " Gimana kalau gue kasih uang jajan satu juta seminggu?". Cara terakhir yang bisa dilakukan Awan dengan iming-iming uang.
Seketika pintu kamar Mentari terbuka. Dia keluar kamar dan menghampiri Awan. "Oke,deal!!", katanya sambil menyodorkan tangan
Awan melongo. "Kenapa nggak dari tadi aja gue kasih duit?!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Tami Andriani
lucu😁😁
2022-12-27
0