Tok...tok...tok...
"Masuk"
Mentari membuka pintu,berjalan menghampiri Awan. Mentari merasa dia sangat gugup setelah tahu kalau ternyata dia berurusan dengan seorang CEO perusahaan besar.
"Maaf om,eh..pak,em... Bapak menyuruh saya kesini, ada apa ya pak?"
"Duduk!"
Mentari duduk di depan Awan yang sedang berada di singgasananya. Tangannya bertumpu di meja dengan jari yang saling bertaut.
"Saya ingin membicarakan soal ganti rugi yang harus kamu bayar"
Mentari menelan salivanya susah payah. Bagaimana kalau nominalnya tinggi? Pasti dia tidak mampu membayarnya.
"Kira-kira berapa yang harus saya bayar,Pak?"
"Sementara belum pasti berapa,mobil saya sedang di bengkel sekarang,bisa jadi sekitar 15 atau 20 juta", Awan menjawab asal,yang dia tahu biayanya memang mahal untuk perbaikan mobilnya itu
"Bapak serius?!". Mentari tak sadar kalau bertanya dengan nada tinggi,kini matanya juga melotot.
" serius," Jawab Awan santai.
"Bapak bukan mau meras saya kan?",Mentari mendekatkan wajahnya ke arah Awan,matanya menyipit untuk menyelidik.
Awan sedikit kaget,tiba-tiba jantungnya berdebar kuat,namun sebisa mungkin menormalkan ekspresinya. Masa sekelas CEO kalah debat dengan anak SMA? tapi kenapa deg-degan xdalm jarak sedekat itu
"Kamu bisa tanyakan pihak bengkel"
Mentari memundurkan badannya,menghela napas berat." Apa tidak ada keringanan pak?". Sekarang wajahnya memelas,tapi tampak lucu bagi Awan.
"Kenapa? Kamu keberatan?",Awan tersenyum mengejek.
"Tentu saja saya keberatan,dapat dari mana uang segitu banyaknya?",lirihnya.
"Kamu kan bisa minta orang tuamu".Perkataan Awan sungguh menyakiti Mentari,tapi Awan juga tidak tahu kalau Mentari itu yatim piatu.
"Tapi saya cuma bisa bayar 500 ribu kebapak tiap bulan". Mentari harus merelakan uang pemberian kakaknya untuk membayar hutang.
"500 ribu? Sampai kapan kamu mau mencicilnya?",Awan berkata meremehkan," Yang ada bukannya lunas malah berbunga".
"Jangan bilang bapak rentenir",selidik Mentari
"Enak aja!! Saya sudah kaya,nggak perlu jadi rentenir", Awan berkata dengan sombongnya.
"Kalau bapak kaya ngapain meras saya?",lirih Mentari
"Berani ya kamu,tadi ngatain saya rentenir sekarang kamu bilang saya meras kamu.?!asal kamu tahu itu adalah bentuk tanggung jawab yang harus kamu tunaikan,mengerti!?
"iya iya saya tanggung jawab",jawab Mentari lemas." Tapi sekarang saya permisi dulu pak,saya harus pergi,saya ada urusan".Dia harus pergi sekarang kalau tidak mau terlambat bekerja.
"Urusan dengan saya saja belum selesai,sudah mau ada urusan lain,jangan sok sibuk kamu".Awan tidak terima diremehkan seperti itu,semua orang harus nurut dan sopan kepadanya.Dia pikir Mentari ingin lari dari tanggung jawabnya.
"Tapi saya harus pergi pak,saya bisa telat".Dia melirik jam dinding di ruangan Awan
" Bilang aja janjian sama pacar kamu kan...".Awan menyelidik.
Mentari menghela napas kasar, pacar apanya?punya saja tidak." Saya pasti tanggung jawab pak,pasti itu!! Tapi saya harus pergi sekarang,permisi".Mentari segera keluar dari ruangan Awan tanpa menggubris Awan yang terus memanggilnya.
"****!!".Awan menggebrak meja kerjanya. Siapkan mobil dan ikuti Mentari,sepertinya dia akan kabur",Awan menghubungi Indra melalui interkom dir ruangannya.
"Baik boss", jawaban dari Indra.
***
"Pak Hendra,maaf saya telat,tadi sedang ada banyak tugas di sekolah,jadi pulangnya telat juga",Mentari berbohong. Dia berharap itu bisa menyelamatkannya agar tidak dipotong gajinya. Pasalnya dia datang 30 menit lebih lambat.
"Ya sudah,kamu kerja sana,jangan diulangi lagi,kalau sampai terjadi lagi,saya potong gaji kamu",Ancam sang manager cafe. Dia tidak akan memecat Mentari karena ia tahu latar belakang Mentari,kecuali memang kesalahannya fatal.
"Terima kasih pak".Mentari bergegas bekerja dengan rajin,agar bisa segera mengumpulkan banyak uang,siapa tahu hutangnya kepada Awan bisa cepat lunas.
Sementara di luar, Awan dan Indra sedang mengamati keadaan cafe." Dari tadi nggak keluar keluar boss?".Indra sudah mulai kesal menunggu Mentari yang tak kunjung keluar sejak 2 jam yang lalu.
" Pasti janjian sama cowoknya,jadi lama begini",jawaban nyleneh Awan membuat Indra mengerutkan keningnya. Dia pikir kenapa bossnya sampai segitunya demi uang 20 juta,apakah bossnya jatuh miskin sekarang?
"Atau dia yang punya cafe boss?"
"Hmmm,mungkin juga",Awan tampak membenarkan perkataan Indra." Kita masuk aja!", keputusan akhirnya.
Mereka sepakat masuk ke dalam cafe dengan dalih mengisi perut. Awan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe,sampai menemukan sosok yang ia cari,sosok yang mengenakan seragam pelayan cafe tersebut. Awan pura-pura memanggil pelayan karena mau memesan makanan.
"Mbak!!",Panggil Awan sambil melambaikan tangan.
Si pelayan yang merasa dipanggilpun menoleh, dan betapa terkejutnya si pelayan ketika matanya menangkap sesosok manusia tidak punya hati.
Mentari berpikir, kebetulan macam apa ini yang selalu mempertemukan dia dengan pria angkuh seperti Awan. Batinnya menjerit kesal lantaran dia juga yang harus melayani Awan. Tak tahu saja kalau Awan mengikutinya.
"Silahkan,mau pesan apa?" tanyanya ramah dengan senyum manis.
" Kamu kerja disini?"
" Maaf pak,bukan urusan bapak,bapak kesini mau pesan apa?".Masih mencoba bersabar menghadapi Awan.
" Saya orange juice sama roti bakar dengan pisang coklat aja",Indra mencoba mencairkan suasana.
"Baik,saya catat ya pak,ada lagi?".Mentari seolah mengacuhkan Awan. Dia hanya bertanya kepada Indra.
Awan geram dengan tingkah Mentari,tapi karena sedang di tempat umum,dia mencoba menekan amarahnya." saya cappuccino sama red velvet",ketusnya.
"Silahkan ditunggu pak..."
Di dapur,Mentari menghentakkan kakinya berulang kali. Dia kesal harus bertemu Awan lagi,dan sialnya dia adalah tamu disini,dan tamu adalah raja.Batin Mentari menangis pilu.
"Aha...!!!" seketika muncullah ide brilian dari otaknya.Dia pura-pura sakit perut dan meminta Mega menggantikannya. Tentu saja,Mega mau menggantikannya,apalagi kalau melayani cowok-cowok ganteng.
Sementara, Awan yang mendapati kalau yang mengantar pesanannya bukan Mentari,merasa kesal.Dia tahu kalau Mentari menghindarinya.
Indra tertawa meledek," Apa demi uang 20 juta lo sampai rela seperti ini boss?".Memang Indra bersikap formal saat-saat tertentu saja,sesuai moodnya saja karena dia sahabat bossnya.Tapi dia juga tahu bagaimana menempatkan diri yang tepat.
"Sialan lo...!!"
***
"Jadi dia tinggal disini?",monolog Awan. Entah mengapa dia penasaran dengan Mentari,kenapa anak SMA seperti Mentari bekerja paruh waktu sampai malam begini. Jam 10 tadi, Mentari baru keluar dari cafe tempatnya bekerja,pulang dengan motor kesayangannya membawa rasa lelah ditubuhnya.
Saat ini,Mentari sampai di rumah dan ia akan segera istirahat untuk menyambut hari esok yang pasti tak kalah melelahkan seperti biasa.
Sedangkan Awan,menghentikan mobilnya tepat didepan rumah tetangga Mentari,hanya jarak satu rumah dengan rumah Mentari.Sebuah perumahan subsidi peninggalan sang ayah.
Tok...tok..tok...Kaca mobil Awan diketuk dari luar. Awan membuka jendela kaca itu. "Ada apa mas?Mau cari siapa?" ,tanya seseorang yang sedang melintas sambil berjalan kaki,mungkin tetangga Mentari.
"Oh...i ini mas,saya lupa alamatnya dimana, saya sedang mencari teman saya namanya Burhan",jawabnya asal. Awan berkilah,dia tidak mau ada yang curiga.
"Disini kayaknya nggak ada yang namanya Burhan mas,mungkin punya panggilan lain?",si penanya sepertinya tulus mau membantu.
"Saya kira tadi rumahnya yang itu mas,dulu saya pernah kesini soalnya".Awan terus saja berbohong.dia menunjuk rumah Mentari.
"Kalau itu,rumah pak Ahmad,beliau sudah meninggal beberapa bulan yang lalu,dan disitu nggak ada yang namanya Burhan.Ada juga Rendy,tapi dia sudah di Bogor dari lama.
"Tapi kayaknya tadi saya lihat orang masuk ke sana,saya kira itu adik teman saya,makanya saya penasaran".
"Apa teman mas ini mas Rendy?kalau iya,berarti memang betul itu adiknya teman mas,namanya Mentari, namanya Mentari juga bukan pak?".
"Kayaknya iya mas,besok aja saya kesini lagi nyari teman saya,sudah malem, nggak enak bertamu malem-malem".
"Ya sudah kalau gitu mas,saya permisi dulu".Pamit si Pria baik itu.
"Tunggu mas, maaf mau nanya,kalau Rendy teman saya nggak ada disini dan ayahnya sudah meninggal berarti adiknya tinggal sama ibunya saja mas?".Awan semakin penasaran.
"Mentari kan tinggal sendiri mas,kasihan loh dia harus hidup sebatang kara,mencari uang sendiri buat lanjutin sekolahnya setelah ayahnya meninggal".
Deg,Jantung Awan bak ditikam sembilu.Jadi dia sudah memaksa anak yatim?oh tidak!! Seharusnya dia tidak boleh seperti itu,uang 20 juta itu sebenarnya tidak ada apa-apanya untuknya. Tapi entahlah masalahnya dengan Lusy akhir-akhir ini menjadikan dia orang yang sedikit kejam dan sombong.
"Jadi Rendy itu temen mas bukan?tadi katanya Burhan,gimana to?". si masnya malah jadi curiga.
Awan gugup,"oh iya,Burhan mas,tapi nama belakangnya ada Rendynya",kilahnya.
"Rendy itu namanya Rendy setiawan nggak ada burhannya,saya tahu soalnya dia teman sekolah saya dulu". Jelas si pria yang sepertinya curiga dengan omongan Awan yang berbelit.
"Oh iya,berarti salah",Awan tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya.
"Jangan macam-macam di sini ya mas,lihat tu disana pos ronda,ada banyak orang.Kalau bapak macam-macam,mas bakal pulang dengan babak belur.
Awan menelan salivanya lekat,"I...iya mas tenang aja,saya bukan orang jahat”
"Bagus deh,mending mas pergi sekarang!"
"iya mas".Hampir saja dikira orang jahat.Awan menghela napasnya dan segera melajukan mobilnya melesat meninggalkan rumah Mentari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Secret Partner
makannya jangan nething dulu awann. kasihan mentari nyaa 😥😥
2022-09-25
0