Cahaya Diujung Senja

Cahaya Diujung Senja

part 1. keputusan ingin mengadu nasib

aura cahaya cinta, nama yang manis bukan? namun sayang, nama nya tak semanis jalan hidup nya. bagaimana tidak?? ketika caca (sapaan hangat untuk cahaya) harus berjalan melewati dunia hitam kelam yang notabene nya itu bukanlah dunia nya. namun tak ada pilihan lain selain meminta pada takdir bahwa semua nya akan cepat berakhir dan ada seorang lelaki yang benar-benar mau menerimanya.

.

.

hari itu caca berjalan menyusuri trotoar jalanan dibawah terik panas matahari dengan sebuah map kerja ditangannya. yaa... caca sedang berjalan mencari pekerjaan diperusahaan-perusahaan yang berada dikota tempat tinggalnya namun sayang semua perusahaan itu menolak lamaran pekerjaannya. mungkin beralasan bahwa caca hanya seorang gadis yang hanya lulusan SMA. caca memang tak melanjutkan pendidikannya bukan tanpa alasan melainkan karena faktor ekonomi keluarga yang sangat tidak memungkinkan. jangankan untuk membuatnya bisa mendapat gelar sarjana, untuk makan sehari-hari saja sang bunda benar-benar harus berjuang.

caca mengusap peluh dipelipis mata nya, wajahnya terlihat murung dengan penampilan yang sedikit kusut dan acak-acakan karena sejak pagi caca hanya berjalan dan naik angkutan umum untuk menuju ke kantor-kantor yang ia tuju untuk mengajukan lamaran pekerjaan.

caca berjalan memasuki area halaman rumah . rumah sederhana satu-satu nya harta peninggalan almarhum ayahnya yang meninggal sejak satu tahun lalu, rumah yang berada disebuah desa dan jauh dari keramaian namun di rumah sederhana itulah ia, bunda , serta kedua adiknya tinggal bersama.

.

"kakak gak mau tau kamu harus sekolah lang, kakak gak mau kamu hanya mempunyai ijazah SMP bentak caca pada gemilang adik lelaki nya yang baru saja lulus Sekolah Menengah pertama dan enggan untuk melanjutkan SMA.

"tapi kak, aku gak keberatan kalau aku memang harus berhenti sekolah, aku mau kerja biar bisa membantu bunda mencari uang untuk biaya kehidupan kita" bantah gemilang lelaki yang kini sudah remaja.

"enggak lang, kamu masih kecil. kamu mau kerja apa? untuk biaya hidup kita !! ada kakak yang bisa bantu bunda" pungkas caca yang masih dengan nada tinggi dan penuh penekanan.

"tapi kak, gemilang kasian sama kakak dan bunda. sekarang aja kakak belum dapat pekerjaan, lalu gimana nanti dengan biaya sekolahku. kita masih punya Gempita Sebagai satu-satunya harapan anak bunda yang bisa sekolah tinggi" gemilang menatap ke arah gempita. adik bungsu mereka yang tengah duduk disofa melihat kedua kakak nya tengah berdebat.

.

"enggak, kamu dan gempita harus tetap sekolah. kakak akan berusaha dengan semampu kakak untuk kalian berdua. untuk masa depan kalian, kamu dan gempita adalah harapan kakak dan bunda lang" caca kini menjatuhkan tubuhnya disofa saat ia rasanya hatinya mulai sesak ketika berdebat dengan adiknya sendiri.

gemilang dan gempita saling memeluk tubuh kakak nya, mereka merasa tak tega melihat kakaknya yang kini benar-benar berusaha menjadi tulang punggung untuk keluarga mereka. terlebih ibu mereka yang mulai menua membuat mereka merasa tak tega jika harus melihat sang ibu masih terus bekerja menjadi buruh disebuah perkebunan.

"kakak akan pergi mencari kerja di jakarta, kalian gak perlu khawatir untuk biaya hidup dan sekolah kalian pasti akan kakak tanggung semua " ucap caca lirih menahan sesaknya dada dan air mata yang saling dorong mendorong ingin keluar.

"tapi kakak gak apa-apa?? kakak disana dengan siapa?" tanya gempita kembaran gemilang dengan polos .

"kakak ada teman disana, kalian jangan khawatir. yang terpenting, disini kalian bisa sekolah dan bisa menjaga bunda dengan baik. nanti kakak akan bilang sama bunda"

mereka bertiga saling berpelukan erat. tak sadar air mata yang sedari tadi ia tahan kini mampu lolos melintas dipipi mulus caca.

.

.

"bunda" caca mulai mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan keinginannya untuk bekerja di jakarta.

"hemm" jawab bunda sambil mengaduk masakan untuk makan malam mereka.

caca mengetuk-ngetuk meja makan dengan jemari tangannya menandakan bahwa hatinya merasa tak sanggup untuk berbicara. karena selama ini, ia tak pernah pergi jauh tanpa sang bunda yang ikut mendampinginya.

"bunda...." lagi-lagi caca hanya mampu mengeluarkan kata yang sama dari bibirnya.

"ada apa ca... kamu sudah lapar??" jawab bunda yang sama sekali tak menatap ke arah caca berada dan masih fokus kepada masakan yang berada dihadapannya.

"bund...apa caca boleh merantau di jakarta" dengan bibir sedikit bergetar dan jantung yang berdegup kencang akhirnya perkataan itu pun lolos keluar dari bibirnya.

bunda seketika menatap ke arah anak sulungnya yang sedari tadi duduk dimeja makan menemani nya masak didapur.

"apa bunda setuju??" caca kembali bertanya saat ia rasa perkataannya belum mendapatkan jawaban apa-apa dari sang bunda.

"kenapa kamu ingin merantau? kamu ini anak perempuan, sangat bahaya kamu jauh dari keluarga ca" sahut bunda dengan nada lembut. bunda kini mendekat dan duduk dihadapan caca meninggalkan masakan nya yang sedari tadi menyita perhatiannya. begitulah bunda, sesosok malaikat tanpa sayap yang selalu sabar dan bersikap lembut dalam mengurus ketiga anak-anaknya.

.

"bunda... caca cuma mau bantu bunda untuk membantu perekonomian kita" caca menggengam tangan bunda dengan kedua tangannya.

bunda menggeleng sambil kembali menumpukan tangan sebelahnya pada punggung tangan caca "bunda hanya butuh kamu tetap disini dan berkumpul bersama kami. untuk biaya hidup bunda akan berusaha semampu bunda ca"

"tapi bunda... bunda sudah selalu bekerja keras untuk caca dan kami bertiga. biarin kali ini caca yang menggantikan semua beban bunda. caca cuma ingin melihat adik-adik caca semua nya lulus mendapat gelar sarjana bunda" begitulah caca, yang sulit mewarisi sifat ibunda nya yang lembut. karena caca memang terlahir dengan watak yang cenderung keras kepala.

"kamu itu perempuan ca, kamu juga belum pernah tau jakarta itu seperti apa? bunda cuma khawatir dengan keselamatanmu" kali ini bunda mengusap belakang kepala caca,menandakan bahwa ia sangat berat hati mengabulkan permintaan caca.

"caca bisa jaga diri bunda, bunda harus percaya sama caca. caca cuma ingin mengubah kehidupan kita bunda, bunda tau kan rina? Anak bu fatimah, dia sekarang bisa sukses semenjak kerja dijakarta. kalo orang lain aja bisa, ngapa caca gak bisa bunda??"

bunda hanya bisa tertunduk, terasa berat jika harus mengizinkan anak sulungnya kerja jauh di kota orang. namun terasa menyakitkan pula jika tiap hari ia harus berdebat dengan putrinya ini jika ia tak cepat mengabulkan permintaannya.

"kamu boleh mencobanya, tapi ingat ! jika suatu hari kamu gak betah disana. jangan pernah paksakan dirimu ca, karena disini bunda dan adik-adikmu selalu menunggu mu pulang"

jawaban terbaik yang bunda berikan untuk putri sulungnya. meski terasa berat dan sesak namun bunda tak bisa berbuat apa-apa selain memberikan doa terbaik untuk anak-anaknya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!