"jadi ini rumah tante" ucap senja melihat keseluruh penjuru ruangan dengan barang-barang yang tersusun rapi.
Caca mengangguk, lalu masuk kedalam kamar untuk mengganti pakaian. Sedangkan senja memilih untuk duduk disofa depan televisi.
caca keluar kamar dengan pakaian yang jauh lebih sopan untuk berhadapan dengan laki-laki. Makeup tebal yang tadi menempel dimukanya pun kini telah hilang karena sudah ia bersihkan saat didalam tadi. Meski terlihat pucat namun aura kecantikannya lebih terpancar . Dengan wajah natural caca terlihat lebih muda dari yang tadi senja lihat, membuatnya merasa sungkan untuk memanggil wanita yang tengah menghampirinya itu dengan panggilan 'tante'.
"sini aku obati lukamu" ucap caca yang telah membawa kotak p3k di tangannya.
senja mengangguk sambil terus memandangi wajah caca yang mulai duduk disampingkan dan mengobati luka disudut bibir senja dengan alkohol.
Sesekali senja menyeringai kesakitan saat alkohol yang caca tempelkan tepat mengenai luka nya.
"sakit?" tanya caca yang melihat senja sedikit menggeliat.
"sedikit" jawab senja sambil menatap wajah caca lekat.
"wajah nya seperti tak asing dimataku. Tapi dia siapa?" batin senja.
"kenapa menatapku seperti itu? Kamu pasti sedang memikirkan jorok !!" caca menekan bagian luka senja dengan kapas yang telah basah dengan alkohol. senja yang merasakan sakit ketika lukanya ditekan pun menjauhkan wajahnya dari caca.
"duh kamu kasar banget" ucap senja memegang luka di sudut bibirnya.
"aku gak mikirin jorok, tapi... Sepertinya kita pernah bertemu" kata senja melanjutkan ucapannya saat caca terdiam dan merajuk atas tatapannya.
"kamu halu, bukankah hanya baru kali ini kita bertemu ?!"
"enggak te, kita pernah bertemu sebelumnya. Nanti aku ingat-ingat ...." senja memejamkan mata dan memegang kepalanya mencoba mengingat memori kapan mereka bertemu. Sedangkan caca hanya menggeleng melihat tingkah aneh lelaki yang berada didekat ini sedang bertingkah aneh layaknya seorang paranormal.
Caca beralih pergi dari tempat duduknya. Karena matanya terpejam, senja tak menyadari bahwa caca sudah tak ada disamping nya.
"aku ingat te, tante wanita yang dulu pernah bertemu ku di taman. Iya kan??"
Senja membuka mata dan tak melihat keberadaan caca didekatnya yang sejak tadi ia ajak biacara.
"lhoo tante tanteee..." senja berjalan mencari caca yang tiba-tiba menghilang tanpa sepengetahuannya .
"tante disini rupanya. Kenapa tante menghilang begitu saja seperti pesulap?"
Senja menemukan caca berada didapur sedang memasak mie instan .
"habis kamu seperti paranormal saja, bilang kalau sebelumnya kita pernah bertemu. Itukan namanya ngawur" caca tertawa sambil terus mengaduk mie dihadapannya yang hampir matang .
"benar te, kita sebelumnya pernah bertemu. sekitar setahun yang lalu, kita pernah bertemu disebuah taman yang tak jauh dari terminal. Waktu itu tante seperti menjadi korban tabrak lari, soalnya tangan dan kaki tante lecet-lecet. Apa tante ingat??" tanya senja yang berdiri dimeja dekat caca masak dengan tangan sebelah memangku dagu.
"tidak. Aku tidak ingat mungkin kamu salah orang !" ucap caca yang malas mengingat kejadian itu.
"tante...!! Tante yang waktu itu aku kasih sebotol air lalu tante meminjam handphone untuk menghubungi teman tante" senja kembali menjelaskan agar caca dapat mengingat kembali awal saat mereka pertama kali bertemu.
"apa dia orangnya? Mengapa penampilannya sangat berbeda? Yang dulu aku lihat, dia sangat rapi juga lebih dewasa namun kenapa sekarang dia begitu lusuh. Belum lagi dia hanya anak SMA" ucap caca dalam hati saat ia mengingat kebaikan seseorang satu tahun lalu yang tak mungkin ia lupakan.
"apa tante sudah mengingatnya?" tanya senja melihat caca yang melamun ketika ia menceritakan semua.
caca menggeleng, tangannya terus mengaduk mie yang masih bertengger didalam kuali berisi air panas itu.
"huft yasudahlah. Nanti akan aku coba ingatkan lagi. Ngomong-ngomong, tante masak mie untuk kita makan atau untuk dijadikan bubur??" tanya senja saat melihat mie didalam kuali sudah mengembang sempurna seperti diberi soda.
"yaAmpun !!" caca segera mematikan kompor ketika menyadari bahwa mie yang diaduknya sudah hampir hancur tak berbentuk.
Caca segera menaruh mie itu kedalam dua mangkuk dan menaruhnya diatas meja makan.
"huft gara-gara kamu ngomong terus jadi kematengan gini kan mie instan nya" ucap caca disela-sela makan malamnya.
"tak apa tante, mie instan ini tetap terasa paling nikmat" puji senja agar caca tak merajuk pada nya.
"halahh" caca menggerakkan bibirnya yang sengaja dibuat menceng karena malas merespon rayuan gombal bocah ingusan seperti senja.
"tante lucu deh, gemes.. Cantik pula" ungkap senja yang tengah menikmati mie instan medok itu dengan begitu lahapnya.
uhuk uhukk
Entah mengapa caca tiba-tiba menjadi tersedak saat mendengar senja memujinya cantik.
"minum te" senja menyodorkan segelas air minum kearah caca. Caca langsung meneguknya hingga tersisa separuh.
"baru dipuji cantik aja udah keselek, apa sebelum aku tidak ada lelaki yang memuji tante cantik? Apa tante tidak punya pacar" tanya senja lebih berani membuka privasi caca yang selalu ia tutup rapat.
"apaan sih kamu! Sekolah dulu yang bener !!" sahut caca malas meladeni celoteh senja yang semakin berani.
Senja mengangguk lalu mengnelan habis mie didalam mangkoknya hingga tak tersisa meski hanya setetes kuahnya saja.
"kelaperan apa doyan ni bocah ?!!" batin caca yang tak berani ia ucap.
"mie instan buatan tante emang paling top deh !" senja mengacungkan dua jempol nya kearah caca yang masih dengan santai menikmati mie medok nya.
"tan, aku boleh kan kembali mengingatkan tante tentang pertemuan kita satu tahun lalu?"
senja menatap caca yang tak menatapnya
Caca menggelengkan kepala
"kenapa te? Apa sudah penuh memori tante sampai-sampai tante sulit untuk mengingat pertemuan kita"
"untuk apa mengingat yang sudah berlalu. Bikin pusing kepala !"
Caca menaruh mangkuk bekas makannya dan senja ke dalam bak pencuci piring yang tak jauh dari meja makan.
"apa semudah itu tante melupakan kebaikan seseorang?"
"apa sepamrih itu, jika benar saat itu kamu telah menolongku?"
"bukan begitu tante, aku hanya ingin tante mengingatku" kali ini senja berbicara dengan wajah penuh harap.
"sudahlah, anggap saja kebaikanku saat ini balasan atas kebaikanmu saat itu. Impaskan ??"
Senja menundukkan kepalanya. tersirat rasa kecewa yang begitu dalam saat ia mendengar penuturan caca .
"aku lelah ingin istirahat, setelah ini kau mau kemana?"
caca menatap kearah senja. Pertanyaan caca membuat kepala senja mendongak dan menatapnya hingga akhirnya tatapan mereka bertemu. Tatapan yang masih sangat lekat dimata mereka berdua saat tatapan itu bertemu satu tahun lalu, lantas mengapa zelia begitu sulit dan ragu untuk mengakuinya?
"aku akan menginap disini, boleh kan te?"
"aku gak bisa membiarkanmu menginap disini, sebelum ini aku tak pernah membawa lelaki lain masuk kerumahku apalagi sampai berani meminta menginap seperti mu !!"
"aku tak mungkin pulang dijam seperti ini. Apa tante gak kasihan kalau nanti dijalan aku ditangkap oleh pak polisi tadi, atau aku di cegat preman. Atau aku digebukin orang-orang karena dikira maling yang berkeliaran malam-malam. Apa tante gak kasian denganku?"
lagi lagi senja memasang wajah memelasnya.
"tapi..._"
"aku janji aku gak akan macam-macam sama tante" senja memotong ucapan caca, membuat caca tak jadi melanjutkan ucapannya.
entah mengapa melihat senja dengan seragam SMA membuat nya menjadi teringat pada gemilang adik lelaki satu-satunya. Karena usia mereka yang mungkin tak jauh berbeda.
Bagaimana jika disana gemilang memiliki nasib yang sama dengan senja? Bagaimana jika gemilang membutuhkan pertolongan namun tak ada satupun yang mau menolongnya?
Mengingat adik lelakinya membuat caca kembali menaruh rasa iba pada senja. Bukan karena senja yang selalu memasang wajah memelas padanya, melainkan ia harap dengan kebaikannya disini, adik-adiknya pun disana akan selalu bertemu dengan orang baik.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments