"minum, katanya tadi haus"
ucap senja sambil mengangkat botol minumnya mengisyaratkan bahwa ia mempersilahkan caca untuk meminum minuman yang tadi dia berikan.
Caca mengerutkan keningnya mengingat kapan ia bilang haus pada senja.
Seingatnya ia tak pernah mengatakan bahwa ia haus, apalagi sampai minta dibelikan minuman seperti ini.
"minuman itu aman kok gak ada racunnya"
ucap senja yang langsung mendapat balasan tinjuan kecil dilengannya.
Caca kembali mengingat saat dulu pertama kali senja memberinya minuman. Ia sempat meragukan kebaikan senja bahkan berfikiran buruk bahwa senja mungkin telag memasukkan racun kedalam minuman itu.
Cukup lama ia larut dalam lamunannnya. Kini mulai caca menenggak minuman itu dengan perlahan
"makasih ya" kata caca.
Senja mengangguk sambil menahan senyumnya karena caca sudah tak segarang tadi saat mereka baru berjumpa.
"tante..."
"stop, jangan panggil tante dong ! Malu tau diliatin banyak orang"
Caca memotong pembicaraan senja saat orang-orang yang berada disana menatap kearah mereka berdua.
Senja melihat kesekitar dan benar saja semua orang seolah sedang memberi tatapan aneh pada mereka berdua.
"terus aku manggilnya apa dong?" bisik senja sambil menatap manik mata caca yang dihiasi bulu mata lentik itu.
"caca"
Caca membalas tatapan itu hingga membuat tatapan kedua nya saling bertemu cukup lama. Senja sangat menikmati wajah caca dari jarak yang begitu dekat. Wajah sendu yang membawa ketenangan berbeda di hatinya.
.
"ehh ca, kamu laper gk?" tanya senja setelah ia mengalihkan pandangannya karena takut hilaf jika terus berlama-lama berpandangan dengannya.
"belum sih, kenapa?"
"yaa kalo laper kita naik motor lagi" ucap senja.
"kok gitu?" tanya caca tak mengerti maksud dari perkataan senja.
"yaa biar kenyang jadi kita makan angin aja"
"yang ada malah masuk angin !"
Caca mencubit pinggang senja.
Senja terkekeh begitupula dengan caca.
kini mereka berdua tampak lebih akrab dari sebelumnya.
caca menyulutkan api pada lintingan benda kecil yang ia ambil dari dalam tas.
caca menyodorkan bungkusan kotak kecil berwarna putih itu ke arah senja, menawarkan senja untuk menikmati benda kecil itu bersama-sama.
"maaf, tapi aku belum ngerokok ca"
tolak senja dengan sopan.
"owhhh"
caca menarik kembali kotak putih itu dan sesekali menghisap lintingan benda yang terselip diantara dua jari tanpa rasa ragu.
"hmm ku fikir kamu anak yang urakan, tapi ternyata kamu tidak merokok dan anti sama alkohol. Baguslah !"
Sedikit pujian yang caca lontarkan berhasil membuat senja merasa salting.
"dari mana dulu kamu bisa menilai aku urakan, aku anak baik-baik kok"
"karena dulu pertama kali aku ketemu kamu, kamu sedang tawuran !!"
Senja terkekeh geli kala ia mengingat malam itu. Malam dimana hal apes sedang menimpa dirinya. Namun untung lah caca datang disaat waktu yang tepat. bahkan kini dimata senja caca bak seperti bidadari yang Tuhan kirim untuk menolongnya.
"bukankah itu hal yang wajar bagi anak SMA sepertiku?"
caca menaikan kedua bahunya enggan menanggapi perkataan senja yang sedang mencari pembelaan.
caca kembali menghisab lintingan benda kecil tersebut meski senja terus saja memperhatikannya.
"ca.. Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
kali ini wajah senja nampak lebih serius dari sebelumnya.
"hmm" sahut caca.
"sejak kapan kamu bekerja seperti ini?"
Caca menyunggingkan senyum dibibirnya saat mendengar pertanyaan yang bersifat pribadi .
"apa kamu membayarku mahal hanya untuk mengetahui kehidupan pribadiku?"
Tanya caca.
"bukan gitu, aku cuma ingin kenal kamu lebih jauh aja. Tapi kalo kamu gak mau jawab juga gak apa kok ca"
Senja merasa tak enak hati saat caca terlihat keberatan untuk menjawab pertanyaannya.
"santai aja kali, aku gakpapa kok! Aku kerja begini sejak pertama kali aku tinggal dijakarta" jawab caca yang terlihat begitu santai.
"hmmm" senja mengangguk. Ia tak ingin menanyakan hal lain yang justru membuat caca merasa tersinggung dan tak nyaman untuk duduk berdua dengannya seperti sekarang ini.
.
"hmmm kita cari makan dulu yuk"
Ajak senja mengalihkan obrolan mereka.
"lain kali aja deh, aku mau pulang"
Tolak caca sambil tersenyum karena memang ia tak merasa begitu lapar.
"baiklah. Aku antar"
.
.
.
"dari mana kamu ?"
Tanya pak bara yang sejak tadi menunggu kepulangan senja sambil menyelesaikan pekerjaan nya diruang tamu.
"apa itu termasuk hal yang penting bagi papa?"
sahut senja yang berlalu begitu saja meninggalkan sang papa.
"senja !! Kapan kamu bisa menghargai papa !!"
teriak pak bara namun senja sudah masuk kedalam kamarnya dan malas untuk berdebat dengan sang papa.
.
.
"ma... Apa senja salah jika senja bersikap demikian pada papa?"
Tanya senja sambil mengelus wajah sang mama yang tertera di bingkai foto dalam kamarnya.
"maafin senja ma. Senja janji.. Senja akan buat mama sembuh, secepatnya"
.
.
.
Caca langsung menghapus makeup tebal yang sejak tadi menjadi topeng baginya.
"untung bisa pulang cepet"
caca mulai merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur .
"kenapa aku merasa nyaman ya sama senja" ucap caca lirih.
"apa aku mulai suka atau malah _.... Aduhhh otakmu udah konslet kaya nya ca"
Caca menepuk-nepuk kepalanya pelan. Pasalnya, selama ia berprofesi seperti ini. Caca tak pernah menemukan lelaki yang mau bersikap baik padany dengan tulus seperti senja.
.
.
.
"ehh nja, ntar kita latihan basket kan?" tanya sadewo saat mereka berdua berjalan menuju kantin secara beriringan.
senja menggeleng tanpa menjawab perkataan sadewo namun sudah dapat dipastikan sadewo akan paham arti dari jawaban senja
"kok gitu sih nja. sebentar lagi kan ada lomba antar sekolah nja"
"biarin aja !"
Sahut senja dengan malas.
"ayoklah buruan, aku keburu lapar"
Senja berjalan lebih cepat membuat sadewo harus mempercepat langkahnya juga.
entah mengapa sejak pertemuannya dengan guru keenan diclub malam tiga hari yang lalu. Senja merasa malas untuk mengikuti kegiatan basket yang di latih langsung oleh guru keenan.
senja merasa guru keenan menjadi salah satu ancaman baginya untuk dapat mendekati caca. Karena ia dapat melihat dari sorot matanya bahwa guru keenan telah menaruh rasa dengan caca.
Seluruh pemain basket berkumpul di lapangan termasuk senja yang juga ikut bergabung disana. Sebenarnya senja malas untuk ikut berkumpul. namun atas perintah dari kepala sekolah, senja tak dapat mengelak untuk tidak ikut bergabung dengan mereka semua.
"minggu depan, sekolah kita akan mengadakan lomba basket antar sekolah. Bapak harap kalian dapat berlatih dengan semangat dan dapat memberikan permainan yang terbaik di perlombaan nanti sebagai tuan rumah"
Kata kepala sekolah memberi sambutan di depan seluruh pemain basket.
"guru keenan, saya harap bapak bisa melatih anak-anak ini mejadi lebih hebat dan bertalenta lagi"
Ucap pak kepala sekolah kepada guru keenan selaku pelatih basket mereka.
"baik pak, saya akan mengerahkan seluruh tenaga saya untuk melatih mereka agar dapat memberikan yang terbaik untuk sekolah kita"
pak kepala sekolah pun meninggalkan mereka semua.
"ayo, mulai sekarang kita harus berlatih lebih ekstra"
Ajak guru keenan dengan semangat. Sedangkan senja hanya mencebikkan bibirnya kesal dengan pelatih basket yang kini ia anggap sebagai saingan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments