Malam itu caca mengemas baju-baju nya yang hendak ia bawa esok ke jakarta. Tekad nya sudah bulat untuk mengadu nasib di kota orang. Kota besar yang belum pernah sama sekali ia sambangi sebelumnya. Hanya bermodal sebuah cerita dari rina teman sekolah nya yang sudah lebih dulu mengadu nasib disana dan kini ia bisa mensejahterakan ekonomi keluarga didesa.
tok tok tok
"apa bunda boleh masuk?" tanya bunda dari balik pintu kamar caca yang tertutup rapat.
"masuk saja bunda, pintunya gak dikunci kok" jawab caca sambil memasukan pakaian ke dalam tas.
Degh ... hati bunda seolah berhenti berdetak saat melihat anak perempuannya sedang mengemas pakaian ke dalam sebuah tas besar. Ternyata caca sama sekali tak berniat untuk mengurungkan keinginannya untuk pergi merantau ke ibu kota . " apa kamu benar-benar yakin ca ingin mencari kerja disana??" sekali lagi bunda bertanya hanya untuk memastikan bahwa apakah caca benar ingin pergi meninggalkan mereka di desa.
"caca yakin bun, bunda gak perlu khawatir tentang caca, yang terpenting bunda jangan lupa doain yang terbaik untuk caca ya" jawab bunda sambil menatap wajah ibunya yang terlihat begitu sendu seolah mengisyaratkan bahwa ia sangat berat untuk melepas putri sulungnya tersebut.
"bunda pasti doakan yang terbaik untuk kamu ca, kamu baik-baik ya disana"
Caca memeluk bunda yang sejak tadi membuat hatinya pun seolah menjadi berat untuk meninggalkan bunda dan kedua adiknya.
"apa kamu sudah menghubungi rina ca?? kamu sudah beri tau dia bahwa besok kamu akan menyusulnya kesana?"
"sudah bun, caca udah beri tau rina kalo besok caca akan ke jakarta. Rina juga udah kasih tau caca dimana alamat rumahnya"
caca mengeratkan pelukannya pada bunda. Karena selama disana ia pasti akan sangat merindukan pelukan seperti ini.
"yaudah kamu tidur, bunda mau melihat adik-adikmu apakah masih belajar atau sudah tidur" bunda pun keluar meninggalkan caca didalam kamarnya seorang diri. Air mata caca menetes tatkala ia merasa berat hati untuk meninggalkan ibu dan adik-adiknya, namun tak ada pilihan lain selain memilih untuk mengadu nasib di ibu kota.
Caca merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur sambil meresapi perasaan hatinya yang sulit ia jelaskan. Antara tak sabar ingin segera pergi ke jakarta dan mendapat pekerjaan atau rasa berat karena ia akan jauh dari keluarga.
perasaan yang saling beradu kini membuat nya terlelap melewati malam.
.
.
"bunda caca berangkat ya" caca mencium tangan dan kedua pipi bunda seraya pelukan hangat untuk sang bunda.
"kamu jaga diri baik-baik disana ca, jangan lupa selalu hubungi kami disini" jawab bunda dengan sekuat hati untuk menahan buliran air yang memaksa ingin keluar dari mata.
"kamu sekolah yang benar lang, jaga bunda dan pita ya" pesan caca pada gemilang seraya memeluk adik lelaki yang menjadi satu-satunya penjagaan keluarga dalam rumah itu.
"baik kak, kakak juga baik-baik dijakarta. Jangan lupa kasih kabar kalau nanti kakak sudah sampai disana " jawab gemilang sambil tersenyum meski yang ia rasa sebenarnya sangat berat melepas kepergian kakak nya untuk bekerja di jakarta. Namun tak ada pilihan lain selain menyetujui keinginan sang kakak dari pada harus berdebat dan membuat bunda semakin sedih.
"kamu sekolah yang pinter, selalu bantu bunda dan nurut apa kata bunda" caca memeluk adik perempuannya yaitu gempita.
"apa kakak yakin mau ke jakarta, pita mau kakak disini" pita memeluk sang kakak dengan deraian air mata yang tak dapat ia bendung.
"jangan nangis dong, adik kakak masa cengeng. Nanti kakak akan selalu ngasih kabar dan kalau kakak sudah dapat pekerjaan kakak akan sering-sering pulang" ujar caca mencoba menenangkan hati adik bungsunya yang membuat suasana menjadi penuh haru.
.
ojek online pesanan caca yang ia pesan untuk mengantarnya ke terminal pun sudah tiba di depan rumah. Caca segera berjalan menghampirinya dan mengenakan helm yang sudah abang ojol itu siapkan.
caca pun naik dibelakang abang ojol yang sudah siap untuk membawa nya ke tempat tujuan. Caca dan abang ojol itu pun kini telah berjalan meninggalkan halaman rumah diiringi lambaian tangan dari bunda dan kedua adiknya yang berdiri sambil saling berpelukan di teras rumah. Sesekali bunda menyeka air mata nya yang mengiringi kepergian caca yang semakin jauh menghilang dari pandangan.
Begitupun dengan gempita yang sedari tadi sudah menangis tanpa henti terlebih saat melihat sang kakak yang kini sudah pergi dan tak lagi terlihat.
Berbeda dengan gemilang yang selalu berusaha untuk tetap tegar meski hatinya pun terasa sedih namun ia tak ingin membuat adik dan bunda nya semakin larut dalam kesedihan.
"ayo bunda kita masuk, kakak pasti akan segera mengehubungi kita. Kita doakan yang terbaik untuk kakak"
gemilang menuntun tubuh bunda yang terasa begitu lemas masuk kedalam rumah.
.
."makasih bang" setibanya diterminal caca memberikan beberapa lembar uang sesuai nominal yang harus ia bayar kepada si abang ojol . Caca pun segera masuk kedalam bus yang entah sudah berapa lama menanti penumpang disana.
caca memeluk erat tas yang ia taruh dipangkuannya. Air matanya mengalir saat bus itu kini melaju meninggalkan kota kelahirannya, dan saat ini kehidupan baru nya akan dimulai saat nanti ia sudah tiba di jakarta. Lamunan dan kerinduan terhadap ibu dan adik-adiknya sudah mulai terasa meski kini ia baru saja berjalan meninggalkan kota.
hingga akhirnya ia terlelap dalam perjalan menuju jakarta.
.
.
"neng neng sudah sampai" kernet bus itu pun membangunkan caca yang masih terlelap. caca melihat seisi bus yang sudah sepi tanpa satu penumpang yang tersisa. baru ia sadari ternyata ia sudah begitu lelap tertidur didalam bus yang sungguh bisa mengundang bahaya kriminal. Untung saja supir dan kernet bus nya menjamin penjagaan kepada seluruh penumpang yang berada didalam bus tersebut.
Caca turun disebuah terminal besar dijakarta. Ia melihat ke sekitar yang dikelilingi bangunan-bangunan tinggi menjulang. Ada rasa kagum yang menghampirinya, namun ia pun merasa bingung entah ke arah mana ia harus berjalan mencari alamat rumah rina yang sebelum itu sudah rina berikan.
"pak apa bapak tau alamat rumah ini??" caca memperlihatkan secarik kertas kepada seorang pedagang asongan yang kebetulan mangkal di terminal tersebut. Berdasarkan arahan yang rina berikan, bahwa tempat tinggalnya tak begitu jauh dari terminal bus. Namun ini kali pertama caca tiba dijakarta, jadi ia tak tau terminal bus mana yang rina maksud dalam arahannya.
"oh iya neng, alamat rumah ini sekitar 1,5 km lagi neng dari sini, neng jalan aja ke arah sana nanti bisa tanya-tanya lagi deh kalau ketemu orang disana" jawab si pedagang asongan yang caca pintai keterangan.
"terimakasih pak" caca hanya tersenyum karena setidaknya ia tau kemana arah yang harus ia tuju.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments