caca sudah berjalan cukup jauh. Panasnya kota jakarta membuat keringatnya mengucur dari sekujur tubuh. caca mengusap peluh pada pelipis mata nya. ia terus berjalan sambil menenteng tas besar yang terlihat begitu lusuh ditengah megah nya kota jakarta.
sejenak caca duduk disebuah bangku ditepian jalan. Hendak memesan ojek online pun percuma karena handphone yang ia bawa pun sudah low karena kehabisan baterai. Maklum lah handphone yang caca pakai saat ini bukanlah handphone pengeluaran terbaru yang sudah canggih. Namun handphone itu sengaja ayahnya belikan saat dulu ia hendak masuk SMA, saat itupun ayahnya hanya mampu membelikan handphone bekas yang masih layak pakai untuknya.
tin tin
suara klakson motor itu pun memecah lamunan caca yang tengah beristirahat ditepian jalan. "ojek neng?" tanya si abang ojek yang kini sudah menghentikan sepedamotor nya tepat dihadapan caca.
"oh iya bang" caca segera naik ditempat duduk bagian belakang lalu memakai helm yang abang ojek sodorkan untuknya.
"mau kemana neng?" tanya si abang ojek dengan ramah.
"aku mau nyari alamat ini bang, abang tau??" caca mengeluarkan secarik kertas berisi alamat rumah rina dari dalam tas nya.
"oh saya tau neng, itu sih gak terlalu jauh dari sini" abang ojek itupun melajukan motornya lebih cepat dari sebelumnya.
.
Tiiiinnnnnn praaakkk
Tiba-tiba caca dan si tukang ojek itu pun jatuh tersungkur ke jalan. Sebuah mobil sedan telah melaju dengan kencang dan menyenggol stang motor si tukang ojek itu hingga membuatnya oleng kehilangan kendali dan terjatuh. Untunglah jalanan saat ini tidak terlalu ramai karna mereka sudah masuk ke area gang perumahan.
"neng, neng gak apa-apa kan neng?" tukang ojek itupun langsung datang menghampiri caca yang masih duduk di tepi jalan.
"gak apa-apa bang" caca mengelus tangannya yang terasa sakit.
"aduh neng, abang minta maaf yaa neng" situkang ojek itu pun membantu caca bediri dengan uluran tangannya.
"gak apa-apa bang, lagian abang gak salah kok. Yang salah si pengemudi mobil itu bang. Kebut-kebutan dijalan" caca menatap ke arah dimana mobil yang menyerempetnya tadi pergi.
"iya neng, emang kalo anak muda kadang suka seenak jidatnya kalo bawa mobil. Dikira ini jalanan nenek moyang nya kali ya" jawab si tukang ojek itu tak kalah kesalnya.
.
"aduh neng, seperti nya perjalanan kita terhambat neng, motor saya rusak parah harus saya bawa ke bengkel" abang ojek itu menatap motornya yang sudah hancur karena menabrak tiang. Untunglah si abang ojek dan caca tak terluka parah, hanya ada lecet-lecet kecil pada kaki dan tangan nya.
"gak apa-apa bang, ini uangnya" caca memberikan selembar uang kepada si tukang ojek yang tadi ia tumpangi.
"aduh gak usah, neng gak usah bayar gak apa-apa. mending uangnya buat neng berobat aja ya, tuh kaki neng berdarah" abang ojek itu menolak uang yang caca sodorkan untuknya.
"gak apa-apa bang, ini bisa buat bantu biaya abang servis motor" caca tetap memaksa meski si abang ojek itu telah menolak pemberiannya. Namun pada akhirnya si abang ojek itu pun menerima uang pemberian caca dan mengucapkan banyak terimakasih juga beribu maaf karena kecelakaan yang menimpa mereka. Caca tersenyum dan tak menyalahkan si tukang ojek itu atas peristiwa yang menimpa mereka saat ini.
Tukang ojek itu pun menuntun caca berjalan ke sebuah taman yang tak jauh dari sana karena sepertinya kaki caca terkilir hingga membuatnya kesulitan untuk berjalan.
"neng yakin mau nunggu disini aja?" tanya situkang ojek tersebut saat ia sudah mengantar caca duduk disebuah kursi ditengah taman.
"iya bang, biar aku tunggu disini aja, makasih ya bang" ucap caca sambil meringis menahan sakit pada pergelangan kakinya
"iya neng" si tukang ojek itupun berlalu meninggalkan caca sendiri di taman tersebut.
Terlihat dari kejauhan si tukang ojek itu menuntun sepeda motornya untuk ia bawa ke bengkel yang caca sendiri pun tak tau apakah bengkelnya berada disekitar daerah itu atau masih jauh dari sana.
"kenapa sih aku apes banget !!?" pekik caca pada angin yang berhembus
"bunda, tolong restui kepergian caca bunda. apa karena bunda berat hati melepas caca hingga caca harus tertimpa musibah seperti ini???" ucap caca perlahan sambil memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang setidaknya mampu memberikan kesejukan ditengah panas terik matahari.
"ya ampun ca, kamu apaan sih !! Bunda pasti doain yang terbaik buat kamu !! Terus kenapa terjadinya musibah ini seolah-olah bunda yang salah " pikir caca.
"bunda maafin caca bun, caca gak bermaksud nyalahin bunda. Doain caca sukses ya bun" caca kembali mengirim pesan melalui angin , caca berharap angin dapat menyampaikan pesannya untuk sang bunda.
.
.
caca membuka mata dan seketika terkejut saat ia melihat sebotol minuman telah berada tepat didepan matanya. Caca menoleh dan sudah ada sesosok lelaki yang entah sejak kapan ia duduk disebelah caca.
"minum, kamu pasti lelah" ucap lelaki tersebut tanpa menggeser posisi tangannya yang menyodorkan minuman di hadapan caca.
caca menggeleng karena ia tak mengenal lelaki tersebut. Pikirannya melayang berfikir negatif "kalo minuman ini di kasih racun gimana???" Pikirnya yang selalu merasa was-was dengan orang yang tak ia kenal.
"hmm padahal minuman ini pas loh dengan cuaca yang panas kaya gini, tapi yasudah kalo kamu menolak" lelaki itu pun menarik kembali tangannya sebelum gerakan tangan itu terhenti karena caca dengan sigap meraih botol minuman yang hampir saja gagal menjadi miliknya.
Caca langsung membuka minuman itu "syukurlah tutupnya masih tersegel" batin caca. caca langsung menenggak minuman tersebut karena memang ia merasa sangat lelah dan kehausan.
"kamu gak usah takut, aku bukan orang jahat yang akan meracuni kamu, aku gak sekriminal itu" ucap lelaki itu seolah tau keraguan dalam hati caca sejak tadi.
.
"kamu baru datang ke jakarta" tanya lelaki tersebut.
caca mengangguk sambil mengusap sisa minuman yang tertinggal disudut bibirnya.
"kamu mau kemana? Mau aku antar?" tawar lelaki yang baru caca temui namun sudah sangat baik dengannya.
"ku fikir orang kota jahat-jahat, ternyata aku salah karena disini masih banyak orang baik"
caca mencari-cari kertas yang tadi ia pegang diatas motor saat ia memberi tau tukang ojek dimana alamat rumah rina.
"aku gak tau mau kemana, kertas berisi alamat rumah nya hilang" ucap caca .
"memang gak ada nomor handphone lain yang bisa dihubungi?" tanya lelaki itu sambil menatap caca yang terlihat begitu lusuh. Belum lagi ada beberapa luka di tangan dan kakinya.
"kamu korban tabrak lari?? Kenapa tubuhmu penuh luka?" tanya lelaki tersebut.
Caca mengangguk enggan menjelaskannya pada lelaki tersebut karena pasti tak akan begitu penting bagi lelaki tersebut,pikir caca.
"apa aku boleh pinjam handphonemu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments