"aduh den, bikin jantung bibik mau copot saja. Bibik kira tadi siapa?"
Ucap bik surti seraya memegang dadanya yang berdegup kencang.
"ah bibik, biasa aja kali. Emang bibik kira senja siapa?"
"perampok" sahut bik surti jujur.
"mana ada perampok se cute aku, yang ada juga gede tinggi item dan serem" jawab senja dengan sangat pede nya.
"ah den senja mah bisaan aja"
Senja terkekeh lalu pamit untuk masuk kekamar.
Senja berjalan menuju kamar, baru saja beberapa langkah kakinya menapakai ruang keluarga. Sang papa yang sudah menantinya disana pun dengan sigap memanggil nama yang selalu membuat ulah itu.
"senja !" panggil pak bara dengan nada dingin namun terdengar sangat tegas.
Senja menghela nafas malas lalu menengok ke arah sumber suara yang memanggilnya penuh arti kebencian.
"dari mana saja kamu? Papa baru saja dapat telepon dari sekolah kalau kamu sering bolos!"
"aku pergi kemana saja apa itu penting bagi papa?"
Jawaban senja benar-benar membuat darah pak bara seketika naik keubun-ubun.
Sedangkan senja masih terlihat santai dan biasa saja.
"dasar anak kurang asem ! Apa kamu gak pernah mikir untuk sedikitpun menghargai usaha papa untuk membiayai sekolahmu, memberi kamu fasilitas mobil, kartu kredit, dan lainnya"
bentak pak bara dengan amarah yang sudah berapi-api.
"apa aku meminta semua itu?" sahut senja sebisanya.
"Oo jadi kamu nantangin papa. Mulai sekarang papa cabut semua fasilitas yang telah papa berikan!"
senja mengeluarkan kartu kredit juga kunci mobil itu dan menghempaskannya diatas meja tepat dihadapanan pak bara.
"sudah. Ada lagi?" tanya senja. Lalu pergi meninggalkan sang papa yang masih duduk diruang keluarga.
"dasar anak gak tau diuntung ! Kalau saja kamu dan ibumu tidak hanya tinggal sebatang kara. Sudah ku buang kamu ke keluargamu yang lainnya!"
Umpat pak bara kesal karena mendapat perlakuan buruk dari senja.
.
. Senja menghempaskan tubuh dalam sofa yang berada dalam kamarnya. Ia mengambil gitar yang berada disampingnya lalu memetik sinar gitar itu untuk menghilangkan rasa penatnya.
ia tak pernah mempermasalahkan perlakuan sang papa. karena baginya papanya jauh lebih gila dari mama nya yang sudah jelas berada dirumah sakit jiwa.
Fikirannya kini melayang mengingat tentang caca dan bagaimana perlakuan lembut caca pada nya.
Entah mengapa ia sangat merindukan wanita yang semalam telah menolongnya.
Senja mendengus kesal karena ia tak sempat meminta nomor handphone caca hingga disaat rindu seperti ini ia tak bisa menghubungi nya.
.
.
Hari begitu cepat berganti bagi senja yang masih ingin berlama-lama larut kedalam alam mimpi.
"den bangun den, emang den senja gak sekolah?"
Ucap bi surti yang berulang kali sudah mengetuk pintu majikannya namun tak membuahkan jawaban apapun.
Senja menggeliat mendengar ocehan bik surti yang sangat cempreng mirip kaleng rombeng, ehhh kaleng biskuit.
"yaAmpun suara bik surti melebihi suara alarm hapeku"
Gumam senja yang kemudian bangkit untuk membukakan pintu dengan mata yang masih terasa lengket.
"yaAmpun den kenapa Belum juga bangun? Ini udah siang loh"
Ucap bi surti yang melihat penampilan senja yang berantakan khas orang bangun tidur.
"yaAmpun bik surti, apa bibik kira aku bediri disini sambil tidur??"
Sahut nya yang tak menyadari bahwa kedua matanya belum juga membuka sempurna.
Bik surti hanya menggelengkan kepala
"yaudah den sean cepetan mandi habis itu langsung sarapan.. Sarapannya sudah bibik siapkan dibawah"
"hemm"
"awas kalo gak mandi, nanti bibik yang mandiin loh"
Ucap bik surti kemudian pergi meninggalkan senja didalam kamar.
"ihh si bibi, gayanya mau mandiin aku. Nanti pingsan lagi ngeliat sijoni ku bangun"
gumam senja.
Senja segera bergegas mandi dan turun kebawah untuk menikmati sarapan yang telah disiapkan assisten rumah tangga nya.
"kok belum pake seragam sekolah den"
Tanya bik surti yang melihat senja masih mengenakan baju santai untuk menikmati sarapan.
"biarlah, senja lagi gak mood sekolah"
senja mulai menyendokkan nasi dan lauk pauk kedalam piringnya.
"gak boleh gitu dong den, den senja harus sekolah. Kasian loh tuan bara udah kerja pagi siang sore semua itu buat den senja"
Senja mendengus kesal, karena bik surti lagi lagi membahas sang papa yang membuat nafsu makannya berkurang.
"sudahlah bik, tak perlu membela papa. Bagi senja papa itu jahat !"
"gak boleh gitu den"
Senja meneruskan sarapannya dan bik surti kembali melanjutkan pekerjaannya.
"loh den, kok belum siap-siap sekolah?"
tanya mang maman yang melintas di depan meja makan dan melihat senja sedang menikmati sarapan disana.
"libur mang, lagian senja udah gak punya kendaraan buat berangkat sekolah" gerutu senja.
"siapa bilang den. Coba geh den senja cek didepan"
Senja segera menghentikan makannya dan berjalan kedepan. Ucapan mang mamang benar-benar membuatnya penasaran.
Mata senja terbelalak saat ia melihat kendaraan yang telah terpajang didepan rumahnya.
Mang maman pun tersenyum dibelakang senja "suka kan den?"
"apa papa yang menyiapkan semua ini??"
Tanya senja yang masih berdiri mematung merasa tak percaya.
"sebenarnya mamang yang menyiapkan semua nya den. Tapi semua itu atas perintah dari bapak"
Senja terdiam sesaat menatap kendaraan yang telang mang maman siapkan untuk menggantikan mobilnya.
"apa den senja gak suka?" lanjut tanya mang maman.
"akuu sukaaa mang, makasih mang maman" senja berteriak kegirangan sambil berjalan setengah berlari mendekat ke arah sepedamotor yang sudah mang maman siapkan untuknya.
"syukurlah" mang maman menghela nafas lega.
"tapi dari mana mang maman tau kalau aku suka motor butut beginian?"
Tanya senja sambil mengelus-ngelus sepedamotor jadul untuknya.
"mamang gitu loh den"
sahut mang maman dengan sangat pede.
"kalau begini aku tak perlu lagi sembunyi-sembunyiin mobil ku diparkiran sekolah"
batin senja seraya tersenyum.
selama ini senja selalu menutup diri tentang siapa dirinya dari teman-temannya. Hingga jika ia pergi kesekolah dengan mengendarai mobil, ia selalu memarkirkan mobil itu di deretan parkir mobil untuk para guru agar teman-temannya tak mengetahui jika mobil mewah yang ada diparkiran itu adalah mobilnya.
.
Senja segera masuk dan bersiap untuk berangkat ke sekolah dengan motor yang bentuk nya hampir mirip dengan milik sadewo.
Hanya saja motor miliknya masih jauh lebih terawat dan sedikit lebih bagus tak seperti milik sadewo yang ban nya saja sudah seperti pernah ia amplas saking gundulnya. Bahkan mungkin ban bagian dalamnya sudah penuh dengan tambal-tambalan.
.
.
"uwihhh motor baru nja, jadi gak naik taksi lagi dong sekarang "
Ledek sadewo yang menyusul senja ditempat parkir .
"boros naik taksi terus" sahut senja.
"jadi bisa gantian dong ini, aku yang nebeng kamu"
ujar sadewo yang tanpa lagi ada rasa malu.
"motormu kemana?" tanya senja
"gak ada bensin nja" ucap sadewo sambil cengar cengir dan menggaruk tengkuk kepalanya .
Senja menepuk jidatnya sendiri sebelum akhirnya ia berlalu meninggalkan sadewo yang masih mematung disamping motornya .
"ayo, kamu mau jadi tukang parkir"
Teriak senja yang langsung mendapat respon oleh sadewo yang kemudian lari menyusul langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
jujuu ZuBaidah
karya mu sungguh keren author
2023-02-26
0