Dengan berat hati caca melangkahkan kaki ke sebuah ruangan yang tak begitu besar dan tertuliskan 'ruang ganti'.
Caca membuka bungkusan yang tadi rina berikan saat ia memutuskan untuk tak pergi dari sana. Caca terkejut karena baju yang tadi rina berikan adalah baju yang masih kekurangan bahan dan baru setengah jadi, fikirnya. Karena selama didesa ia tak pernah melihat para gadis disana memakai pakaian seperti ini. Caca membolak-balikkan baju yang ia pegang dengan kedua tangannya itu.
"gimana make nya??" Tangannya cuma ada sebelah, Belum lagi bagian dada yang terbuka ,juga bagian bawah yang hanya sebatas paha. batin caca bertanya-tanya sambil mengamati dress mini berwarna maroon itu.
kepala caca melongok dari celah pitu, mencari rina untuk menanyakan barangkali rina salah memberinya pakaian. Namun caca melihat bahwa wanita-wanita yang berada disana semua nya hampir menggunakan pakaian seksi seperti itu. Akhirnya caca mengurungkan niatnya dan mencoba untuk memakai baju tersebut meski penuh rasa ragu dan malu.
Caca keluar dari dalam ruang ganti setelah dua jam lebih ia berada disana. Rina tersenyum melihat kedatangan caca dengan baju pemberiannya yang terlihat begitu pas ditubuh caca. Meski malam ini riasan wajah caca masih terkesan biasa saja, namun aura kecantikan caca sudah terlihat bahwa dia akan menjadi primadona disana.
"ayo, aku kenalkan kamu dengan mami yola" ucap rina saat caca tiba dihadapannya.
"aku malu rin, apa baju ini gak terlalu seksi?" tanya caca sambil menutupi beberapa bagian yang menurutnya begitu terbuka dengan kedua tangannya.
"enggak ca. Itu cocok banget sama kamu" puji rina sambil tersenyum.
Sebenarnya caca masih belum siap jika harus datang ke keramaian dengan baju seperti ini. Namun ia pun melihat rina yang ternyata telah berganti pakaian yang juga terlihat seksi.
Caca baru menyadari ternyata setiap malam rina selalu membawa baju ganti, karena saat keluar rumah rina selalu menggunakan jeans dan blazer tak seperti pakaian yang saat ini ia kenakan. Namun caca sering melihat pakaian-pakaian seksi ini berjejer rapi dijemuran, caca fikir rina memakai pakaian seksi itu saat ia sedang tidur sendiri didalam kamar. Namun ternyata caca salah, pakaian seksi itu rupanya seragam kerja rina.
setelah itu rina memperkenalkan caca pada mami yola, sipemilik club malam tempat nya bekerja. Mami yola pun menyambut dan menerima kedatangan caca untuk bergabung bersama teman-teman wanita yang akan seprofesi dengannya dengan senang hati. Caca tersenyum dan menghela nafas panjang . Ia rasa saat itulah kehidupan baru nya akan dimulai.
.
.
Caca menghisab lintingan benda berapi kecil yang terselip dijemari tangannya. Pikirannya melalang buana mengingat kenangan setahun yang lalu saat ia baru tiba dijakarta dan baru memulai hidup mengawali karir sebagai wanita penghibur.
Entah sudah berapa banyak lintingan rokok yang sudah habis terbakar dan terhisab oleh paru-parunya untuk menunggu tamu yang sudi membayar mahal dirinya untuk dapat menemani mereka minum malam ini.
caca sudah paham resiko bekerja ditempat seperti ini. Asap rokok dan aroma alkohol seakan sudah menyatu dan menjadi bagian dari jiwa yang sudah mulai nyaman dengan profesinya.
Meski sampai saat ini, caca masih belum menerima tawaran untuk lebih dari sekedar menemani mereka minum.
bukan satu atau dua orang saja yang sudah meminta caca untuk melayaninya diatas ranjang dengan iming-iming bayaran yang begitu fantastis, namun caca tetap menolaknya dengan sopan karena bagi caca bagaimana mungkin ia bisa membiarkan tubuhnya dijamah oleh lelaki yang sama sekali tak ia cintai.
Bukannya munafik, meski caca tau bahwa itu semua adalah salah satu tuntutan profesi. Bukan hal mudah baginya membuka diri untuk lelaki yang tidak ia cintai. Karena ia tau bahwa lelaki yang datang diclub itu hanyalah bandot-bandot tua yang haus akan kasih sayang dan nafsu.
Namun untunglah diclub itu setiap wanita yang bekerja tak harus melayani tamu hingga diatas ranjang dan boleh menolaknya jika ia memang tak bisa. meski masih ada saja yang menerima tawaran itu dari para tamu, namun itu boleh-boleh saja jika mereka benar-benar gila harta dan rela menghilangkan satu-satu mahkota miliknya untuk lelaki yang belum tentu jadi suami mereka.
.
.
Caca menghela nafas kasar karena malam ini tamu yang harus ia temani bukanlah seorang pengusaha tajir yang dengan mudah menghamburkan uang nya seperti tamu-tamu yang biasa caca temani. Entah karena dia pelit atau memang modalnya yang pas-pas'an. Namun caca tetap profesional menemani bandot tua tersebut hingga usai.
Setelah selesai pukul setengah tiga malam, caca melajukan mobilnya meninggalkan club tempatnya bekerja. Sekarang caca sudah memiliki tempat tinggal dan kendaraan sendiri. Ia tak lagi bergantung pada rina meski mereka masih satu profesi. Namun keberhasilan yang saat ini caca raih tak luput atas campur tangan rina didalamnya.
Caca melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menyusuri gelapnya jalanan malam yang sepi. Hanya ada lampu jalan yang berjejer rapi seolah tersenyum mengiringi perjalanannya yang letih karena hampir semalaman bekerja.
Caca terus fokus melihat jalanan yang sudah gelap, mata yang sudah mulai berat karena ngantuk membuatnya tak bisa mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
Terlihat dari kejauhan seorang lelaki tengah berdiri ditepi jalan sambil melambaikan tangan untuk menghentikan mobil caca. Karena perasaan yang sedikit takut bahwa lelaki tersebut akan melakukan kejahatan, caca terus melajukan mobilnya melewati lelaki itu.
Terlihat raut wajah sedih dan penuh harap dari lelaki tersebut yang caca lihat dari pantulan kaca spion. Seketika caca menghentikan mobilnya, kemudian kembali mundur dan berhenti tepat didepan lelaki tersebut. Terlihat raut bahagia dari wajah lelaki yang tadi sempat ia abaikan.
"tante, aku boleh numpang dimobil tante?" ucap lelaki itu saat caca menurunkan kaca mobilnya.
"what tante?" batin caca. Namun caca tak mempermasalahkan panggilan itu karena lelaki yang sejak tadi berdiri meminta pertolongannya pun masih mengenakan seragam putih abu-abu.
"mau kemana?" tanya caca hanya melihat dari kaca pintu yang terbuka dan masih belum membuka kunci pintu mobilnya.
"terserah tante aja, ayolah te tolongin aku. Ini urgent te, pleasee..!!" ucap lelaki itu dengan wajah memelas .
Seketika caca merasa iba kepada lelaki tersebut. Sepertinya dia benar-benar membutuhkan pertolongan caca.
"apa dia korban penculikan?" batin caca saat melihat pakaiannya yang lusuh juga luka lebam disudut bibir sebelah kirinya.
"ayo naik !!" caca membuka kunci mobilnya. Dengan sigap lelaki itupun masuk kedalam mobil caca.
"makasih tante makasiiihhh" ucap lelaki tersebut sambil memegang tangan caca dan menciumnya sebagai ungkapan rasa yang benar-benar penuh dengan kata terimakasih.
Caca segera menarik tangannya, karena merasa bahwa lelaki itu telah lancang dan tidak sopan. "jangan pegang-pegang !!" sentak caca yang merasa risih atas tingkah lelaki itu.
"tante jangan galak-galak dong" ucap lelaki tersebut sambil tersenyum manis dibalik bibir yang terdapat luka lebam disudutnya.
"kamu mau kemana?"
"aku ikut tante aja"
" Malam-malam begini masih kelayapan dijalan dengan seragam SMA !! Kamu gak punya tempat tinggal?? Atau jangan-jangan kamu maling yang pura-pura jadi anak SMA ???" cetus caca yang masih belum melajukan mobilnya.
"apa wajah ku sekriminal itu dimata tante? Sampai-sampai tante menuduhku maling??"
"lantas mengapa larut malam begini kamu masih menggunakan seragam sekolah?"
tanya caca dengan tatapan mata yang mengintimidasi.
"lantas apakah saat ini juga aku harus melepas bajuku? Agar tante percaya bahwa aku bukan orang jahat?"
sahut lelaki itu yang tak mau kalah omongan dengan caca.
Caca mendengus kesal lalu menghela nafas kasar. Entah mengapa baru kali ini ia merasa menyesal karena telah menolong orang yang menyebalkan seperti lelaki muda itu.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments