Bab 15- Saling merindukan

Hafsah dan keluarganya hari ini bersiap untuk pindah ke rumah yang baru. Sementara domba-domba dan ternak lainnya sudah diangkut untuk dijual.

Lahan yang akan ditempati Hafsah tidak bisa untuk memelihara ternak. Jadi nanti mereka akan mencari pekerjaan lainya. Semua ternak sudah dijual dan mereka sudah menerima hasil penjualannya, meskipun dengan harga sedikit lebih murah.

Namun mereka tidak kecewa sedikitpun. Karena semua ini mereka lakukan demi kebahagiaan Hafsah.

"Bu, kita berangkat sekarang?" tanya Hafsah dan dijawab anggukan oleh ibu Santi.

"Ayo pak kita berangkat sekarang," kata Bu Santi dan suaminya mengangguk.

Mereka lalu naik mobil yang sudah dipesan dan setelah semua barang-barang dimasukkan maka mereka masuk kedalam mobil itu.

Digerbang, nampak Pak Hari dan Rio datang untuk berbasa basi pada mereka.

Pak Hari dan Rio lalu mendekati mobil yang akan membawa Hafsah dan keluarganya ke kota.

"Pak, kami pergi dulu, dan maafkan jika selama kami disini, ada kesalahan kami," kata Pak Raden.

"Ya, sama-sama pak, sebenarnya kalian tidak perlu pergi kemanapun,"

"Iya pak, tapi sekarang Hafsah juga sudah jadi pegawai tetap. Dan jarak dari sini ke kota terlalu jauh, ini demi keselamatannya," kata Pak Raden.

"Baiklah jika begitu, hati-hati dalam perjalanan,"

Rio menatap Hafsah dan mereka tidak berbicara apapun.

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai ditempat yang baru. Dan tempat ini juga tidak terlalu jelek namun juga tidak terlalu bagus. Karena lahanya yang tidak luas maka Pak Raden akan berjualan saja dan tidak bertani lagi.

Ada kios didepan rumah yang akan mereka tempati.

"Kita akan tinggal disini," kata Pak Raden pada istri serta putrinya.

"Iya pak, tidak apa. Memang pemandangan ditempat ini tidak seindah didesa. Tapi tempat ini dekat dengan kantor Hafsah," kata Bu Santi.

"Benar kata ibu, dan karena kita tidak bisa bertani lagi, maka bagaimana kalau kita berjualan saja? Kan rumah ini juga ada kiosnya,"

"Ya ibu setuju dengan pendapat Hafsah. Kita akan berjualan saja untuk biaya hidup sehari-hari," kata Bu Santi.

Mereka lalu berbenah dan membersihkan rumah yang akan mereka tempati.

*

*

Ditempat lain Bastian terus berlari mengejar Jenny. Jenny sangat terpukul dengan kenyataan yang baru saja terbentang dihadapanya.

Dia tidak pernah menduga jika orang tua Bastian adalah penabrak ayah dan ibunya hingga menyebabkan mereka tiada untuk selama-lamanya.

"Jenny, tunggu!" Bastian berteriak.

Sampai akhirnya Bastian bisa meraih tangan Jenny dan memeluknya. Jenny terisak dipelukan Bastian. Bastian terus memeluknya karena dia sudah menganggap Jenny seperti adiknya sendiri.

"Ayo kita pulang," ajak Bastian.

Jenny menatapnya lalu menggelengkan kepalanya.

"Biar mereka menjelaskan padamu apa yang sebenarnya terjadi," kata Bastian menatap dan mengusap air mata Jenny.

"Kenapa mereka tidak mengatakan yang sebenarnya sejak dulu?"

"Mereka takut kau pergi dan karena itu mereka memilih untuk merahasiakan darimu,"

"Tapi, sekarang aku sudah tahu semuanya. Dan rasanya sangat menyakitkan," kata Jenny disela Isak tangisnya.

"Aku tahu. Beri kesempatan kepada mereka untuk menjelaskan apa yang terjadi saat itu?"

Ujar Bastian membujuk Jenny.

"Orang tuaku sudah tiada. Dan aku mengira jika orang lain yang menabraknya. Tapi ternyata Om Theo yang menabrak mereka, bagaimana aku bisa menerima semua ini?"

"Mereka melaju sama-sama kencang saat itu. Dan tiba-tiba sebuah truk besar hampir saja menabrak mobil yang mereka tumpangi. Mereka menghindarinya dan tanpa sengaja justru menabrak mobil yang kedua orang tuamu tumpangi. Dan mereka membawa kedua orang tuamu ke rumah sakit namun tidak bisa diselamatkan. Dan hanya kau yang selamat,"

"Jika kau sudah tahu sejak lama. Kenapa kau juga tidak memberitahuku?" teriak Jenny menatap tajam wajah Bastian.

"Karena aku sangat menyayangimu. Itu luka lama, dan aku tahu saat kau tahu yang sebenarnya, maka kau juga akan terluka," kata Bastian.

"Hiks, hiks," Jenny terisak semakin keras.

Bastian memeluknya lagi dan mengusap rambutnya.

"Kau sudah seperti adikku. Kita bersama sejak kecil, mana bisa aku melihatmu menangis seperti ini?" Bastian nampak sedih melihat kesedihan Jenny.

"Kita pulang, Mama dan papa pasti sangat khawatir karena kau tiba-tiba meninggalkan pesta," kata Bastian.

Setelah Jenny agak tenang, barulah mereka pulang. Namun tidak ke pesta, melainkan pulang kerumah kedua orang tua Bastian.

Tuan Theo dan Nyonya Eliza juga sudah ada dirumah begitu Jenny pergi. Mereka meninggalkan pestanya dan memutuskan untuk menunggu Bastian dan Jenny kembali.

Mereka akan menjelaskan semuanya pada Jenny tentang apa yang terjadi.

Nampak mobil Theo masuk kehalaman rumah besar itu.

Jenny dan Theo turun lalu bersama masuk kedalam rumah. Tuan Theo dan Nyonya Eliza berdiri menyambut mereka berdua.

Nyonya Eliza lalu berlari dan memeluk Jenny yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri. Jenny tidak menolaknya dan sudah ditenangkan oleh Bastian. Tuan Theo juga memeluk Jenny.

*

*

Beberapa hari kemudian, setelah keadaan membaik, Bastian berpamitan untuk keluar negeri.

Dia akan menemui Hafsah, dan menyatakan cintanya. Meskipun kedua orang tuanya menentang, namun Bastian tetap akan pergi karena dia merasa tidak tenang dan terus teringat pada Hafsah.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Hafsah. Dia sering melamun dan memandangi foto Bastian sangat lama. Dia menanti kapan Bastian akan datang ke kotanya dan menemuinya.

Melihatnya saja sudah akan membuatnya bahagia, itu yang ada didalam hati Hafsah. Dia sangat merindukan Bastian, dan dia menyadari jika sudah jatuh cinta padanya.

Mengetahui jika dia jatuh cinta pada Pria Asing, maka Hafsah tidak berani mengatakan apa yang ada didalam hatinya pada ayah dan ibunya.

Dia memendam perasaannya sendirian. Saat ini Hafsah sedang duduk didepan laptopnya dan berbicara pada foto Bastian.

"Aku tidak mengerti, kenapa aku bisa jatuh cinta padamu?" kata Hafsah pada foto itu.

"Kita tidak saling mengenal sebelumnya. Dan aku tidak tahu dimana kau berada saat ini. Tapi aku terus memikirkanmu dan merindukanmu," kata Hafsah sedih karena mungkin cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Dan hanya dia yang punya perasaan cinta itu.

Ditempat lain, Bastian juga sedang menatap jauh melangit. Dia melihat seakan wajah Hafsah tergambar disana dan sedang menatapnya sambil tersenyum manis.

Tiba-tiba Jenny mengagetkannya dari belakang.

"Apa yang sedang kau lihat?" tanya Jenny dari belakang.

"Hafsah," tanpa sadar, Bastian mengucapkan nama Hafsah.

Dan membuat Jenny tertegun. Sementara Bastian kaget karena telah menyebutkan nama Hafsah tanpa dia sadari.

"Siapa Hafsah?" tanya Jenny.

"Dia adalah pengacara muda yang berbakat. Berkat kegigihannya, aku bisa sembuh dan terbebas dari hukuman," kata Bastian.

"Apakah dia gadis yang kau cintai?" tanya Jenny tiba-tiba.

"Ohh," Bastian nampak tidak membuka mulutnya. Jika dia menjawab iya, maka Jenny pasti akan terluka. Dan sekarang bukan saatnya untuk mengakui perasaanya pada Hafsah.

"Ayo kita masuk!" ajak Bastian meraih tangan Jenny.

Jenny terlihat kecewa karena Bastian mengalihkan pembicaraan mereka. Dan tidak menjawab pertanyaannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!