Hari ini, seharian Pria Amnesia tidak ada kegiatan apapun. Dia menunggu kedatangan Hafsah yang bisanya sering datang mengunjunginya.
Dia berfikir jika Hafsah marah karena kejadian dua hari lalu. Saat dia tengah sibuk mempelajari lagu untuk dimainkan olehnya.
Seorang polwan masuk kedalam untuk melihat keadaanya karena belum lama dia sakit.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya polwan itu dan Pria Amnesia itu mendongak terkejut.
"Aku baik-baik saja,"
"Apakah obatnya sudah habis, jika sudah maka aku akan memesannya lagi untukmu," kata polwan itu.
"Tidak perlu, aku sudah sehat,"
"Baiklah, apakah kau sedang menunggu seseorang?"
"Ehm, gadis itu, sudah dua hari tidak datang kemari, apakah dia baik-baik saja?" Pria Amnesia mulai mengkhawatirkan Hafsah.
Polwan itu menatapnya lama dan tersenyum.
"Ohh, dia memang sudah dua hari tidak datang, kau perlu bantuan?"
"Tidak,"
"Baiklah jika begitu, aku akan memeriksa yang lainnya,"
Polwan itu lalu pergi dan memeriksa tahanan yang lainnya.
Sementara Hafsah mulai sadar setelah keluar dari ruang operasi.
"Ibu, aku ada dimana?" tanya Hafsah pelan.
"Kau ada di rumah sakit," jawab Ibunya sambil menyeka air matanya.
"Bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit?"
"Ehm, tidak. Sudah tidak sakit lagi. Aku tertembak bukan?"
Hafsah mulai ingat jika sore itu dia tertembak lalu pingsan.
"Ohh aku, harus menemuinya, ada yang ingin aku perlihatkan padanya," Hafsah berusaha bangun dan ibunya menahannya.
"jangan bangun dulu. Kau masih belum pulih,"
"Tapi Bu, dia pasti menungguku," kata Hafsah.
"Pria itu? Klienmu?"
Hafsah mengangguk.
"Jika begitu, ibu akan membantumu. Apa yang ingin kau sampaikan padanya?"
"Hafsah menyimpan sebuah foto di laptop, dan itu akan sangat membantu memulihkan ingatannya," kata Hafsah.
"Baiklah, nanti ibu akan pulang dan memeriksanya,"
Hafsah mengangguk pelan karena dia memang dalam kondisi yang masih lemah untuk bepergian dan bekerja.
Malam itu, ibunya pulang dan Hafsah dijaga oleh suaminya, Raden.
Santi berjalan melewati pematang sawah dan juga ladang yang sangat sepi. Tidak ada siapapun yang berlaku lalang.
Dia segera mempercepat jalannya. Karena merasa ada yang seperti mengawasinya.
Tiba-tiba terdengar bunyi "Krosak"
"Siapa disana?" Santi berhenti dan menoleh ke belakang.
Tidak ada siapapun. Tapi aku yakin aku seperti mendengar suara sesuatu yang terinjak. Dan bahkan seperti orang batuk.
Karena tidak ada siapapun maka Santi lalu semakin mempercepat langkahnya.
Dia sampai dirumahnya dan segera mengunci pintu dari dalam.
Detak jantungnya masih terasa cepat akibat setengah berlari barusan.
Santi masuk kekamar Hafsah putrinya dan dia sangat terkejut saat melihat kamarnya yang berantakan.
"Kenapa kamarnya berantakan seperti ini?" Santi berbicara seorang diri.
Dia lalu melihat beberapa barang yang mungkin hilang. Dan sambil membereskan beberapa barang yang berserakan dia berjalan menuju laptop diatas meja.
Santi segera membuka Laptop itu dan mengetik sandinya.
Laptop itu terbuka dan dia mencari sebuah foto yang dijelaskan oleh Hafsah.
"Tidak ada," gumam Santi dan menutup laptop itu kembali.
Dia lalu memasukkan Laptopnya kedalam tas Hafsah yang juga berantakan dan akan membawanya kerumah sakit.
Saat keluar dari kamar Hafsah,dia mendengar suara langkah kaki diluar. Detak jantung Santi menjadi lebih kencang dari sebelumnya. Dia lalu bersembunyi dibawah meja makan.
Seorang pria masuk setelah mencongkel pintu utama.
Dia memakai sweater hitam dan menutup semua wajahnya hingga hanya kelihatan matanya saja.
Pria itu langsung masuk kekamar Hafsah dan tidak lama kemudian keluar lagi. Dia memakai sarung tangan warna hitam juga dan keluar dengan memegang sesuatu.
Santi tidak begitu melihat apa yang dipegang oleh Pria Misterius itu.
Santi masih bersembunyi di bawah meja saat Pria itu akhirnya keluar dari rumahnya.
Dan Santi segera keluar dengan tas Hafsah. Dia melihat dari jendela dan mengintip Pria itu berjalan kearah hutan.
Santi segera menelpon polisi karena dia merasa takut.
Tidak lama kemudian polisi datang dan masuk kedalam rumah. Santi masih bersembunyi karena takut pria misterius itu mengetahui keberadaan nya.
"Dimana pria itu?" tanya seorang polisi dan nampak Santi masih gemetar ketakutan saat ditanya.
"Ke sana," ucap Santi terbata.
"Ke hutan?" tanya polisi itu lalu berjalan kearah Hutan bersama beberapa rekannya yang lain.
Sementara Santi berjalan ke luar halaman dan duduk bersama dua polisi yang berjaga disana.
Satu rombongan nampak masuk ke dalam hutan untuk mencari pria yang dimaksud Santi.
Tidak lama kemudian semua anggota polisi itu sudah kembali dan tidak membawa siapapun.
"Kita kehilangan jejaknya," kata seorang polisi pada atasannya.
"Kalau begitu, sebaiknya ada yang berjaga dirumah ini," maka Santi lalu pergi ikut dengan mobil polisi dan akan ke rumah sakit kembali.
Sementara dua polisi berjaga dirumahnya, menunggu pria itu muncul kembali.
Santi sampai dirumah sakit dan saat itu bertemu suaminya diluar ruangan.
"Pak,pria itu datang lagi. Dia masuk kerumah dan kekamar Hafsah. Mungkin pria itu juga yang menembak Hafsah pak," kata Santi pada suaminya.
"Apa!?" suaminya nampak kaget.
"Untunglah ibu baik-baik saja, apakah polisi berhasil menangkapnya?"
"Tidak pak. Saat ibu telepon mereka, pria itu sudah berjalan dihutan. Para polisi kehilangan jejak pria itu ditengah hutan," terang Santi.
Pak Raden lalu memeluk istrinya untuk menenangkannya.
"Ibu jangan cemas lagi. Dan sebaiknya jangan bilang apapun ke Hafsah tentang masalah barusan. Jika tahu pria itu datang lagi, maka dia akan cemas dan khawatir," ujar Pak Raden berpesan pada istrinya.
"Iya pak, sebaiknya Hafsah tidak perlu tahu jika pria itu datang lagi, ibu yakin, dia yang menembak Hafsah. Entah apa motifnya, setahu ibu, anak kita tidak punya teman pria, kecuali kliennya yang baru dikenalnya itu," kata Santi menjelaskan pada suaminya.
Santi dan Pak Raden lalu masuk kedalam dan tersenyum pada Hafsah seakan tidak terjadi apa-apa.
"Ibu bawakan tas kerjamu sama laptopnya,"
Kata ibunya sambil berjalan kearah Hafsah.
"Terimakasih Bu, ibu tahu yang Hafsah butuhkan sekarang," kata Hafsah mengambil tas itu.
"Ohh ya, apakah ibu sudah menemukan foto itu?"
"Tidak nak, saat ibu membukanya foto itu sudah tidak ada disana" kata Santi pada putrinya.
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
"Seseorang mungkin tidak suka kau mengurus kasus pria Amnesia itu hingga menghapus fotonya,"
"Tapi bagaimana mungkin Bu, soalnya pria itu bukan berasal dari negara ini dan lagi, dia tidak kenal siapapun, jadi mana mungkin dia punya musuh," kata Hafsah.
"Tapi, apa yang terjadi padamu, sangat membuat ibu cemas nak,"
"Ibu tidak usah cemas, jika foto itu hilang yang sudah tidak apa-apa. Nanti Hafsah bisa minta lagi pada teman SMA pria Amnesia itu," kata Hafsah sambil membuka laptopnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments