Bab 5- Siasat Rio

Dua Minggu Hafsah berada dirumah sakit dan selama itu pula dia tidak datang ke penjara. Dan karena Hafsah tidak datang maka Pria Amnesia itu menduga jika Hafsah sudah menyerah.

Siang ini, Hafsah sudah kembali kerumahnya lagi. Dan dua polisi masih berjaga disana. Namun selama dua polisi itu berjaga tidak ada kejadian apapun yang mencurigakan dirumahnya.

Malah sekarang, anaknya pak Hari yang bernama Rio juga ada disana untuk membantu memberi makan rumput dan merawat peternakan itu selama keluarga Hafsah berada di rumah sakit yang letaknya dikota.

"Mas Rio, mari masuk," kata Santi menyapa anak dari pak Hari.

"Sudah Bu, disini saja, badan saya bau keringat, habis mencari rumput untuk para domba," kata Rio tersenyum ramah.

Sesaat Rio melayangkan pandangannya pada Hafsah.

Hafsah mengangguk sopan padanya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rio pada Hafsah.

"Sekarang sudah sehat. Besok juga sudah bisa kerja kembali," kata Hafsah.

Rio nampak mengangguk dan melirik tajam saat Hafsah masuk kedalam. Sementara saat itu Pak Hari datang untuk melihat keadaan Hafsah. Bertemu Pak Raden dihalaman rumah.

"Bagaimana keadaan Hafsah?"

"Sudah sehat, dan terimakasih, selama saya pergi, bapak menjaga domba-domba saya," kata Pak Raden.

"Iya, sama-sama pak,"

Rio tersenyum pada Pak Raden lalu berpamitan pulang karena mereka sudah kembali ke rumah itu.

"Ngga masuk dulu nak Rio,"

"Terimakasih pak, saya sepertinya harus mandi,"

"Ya baiklah, sekali lagi terimakasih nak Rio,"

"Ya pak, sama-sama, jangan sungkan jika bapak butuh bantuan, saya siap membantu," kata Rio tersenyum lalu pergi.

Sore hari saat makan malam bersama, Keluarga Hafsah nampak sedang menikmati makan malam lagi dirumahnya setelah dua Minggu berada dirumah sakit.

"Pak, baik sekali ya anaknya pak Hari, dia mengurus ternak kita," kata Santi pada suaminya.

"Iya Bu, selama kita pergi, dia yang mengurus semua ternak kita," sahut suaminya.

"Hafsah, apakah kau tahu anaknya pak Hari, katanya Rio itu punya usaha sendiri loh, dia membuka bengkel diperbatasan kota dan desa," kata ibunya dan nampak Hafsah menggelengkan kepalanya.

"Hafsah ngga tahu Bu, Hafsah juga jarang melihatnya,"

"Ohh, mungkin dia sangat sibuk."

"Oh ya Bu, apakah di depan masih ada polisi yang jaga?" tanya Hafsah.

Ibunya lalu berjalan ke depan untuk melihat keadaan diluar rumah.

Ternyata kedua polisi itu sudah pergi dan karena mereka sudah kembali maka mereka tidak perlu berjaga lagi. Dan mereka hanya perlu melaporkan jika ada hal-hal yang mencurigakan.

"Sepertinya mereka sudah pergi," kata Ibunya lalu duduk kembali.

"Bu, Hafsah kekamar dulu ya mau siap-siap karena besok kan mau ke penjara untuk bertemu dengan kilen,"

"Iya,"

Hafsah lalu pergi ke kamarnya dan tersenyum karena mendapatkan lagi foto yang hilang dari Daniel.

Besok Hafsah akan membawa foto itu untuk diperlihatkan pada Pria Misterius itu.

Pagi hari, Rio sudah ketempat Pak Raden. Dia beralasan akan ke kota dan mengajak Hafsah pergi bersamanya.

"Nak Rio, pagi-pagi sudah datang, ada apa ya?" Santi nampak kaget karena tidak biasanya anaknya Pak Hari kerumahnya pagi-pagi sekali.

"Ohh, saya akan mengajak Hafsah pergi bersama Bu, kebetulan saya akan ke kota. Dan saya khawatir jika Hafsah pergi sendirian," kata Rio tersenyum pada Santi.

"Ohh, kalau begitu, ibu sangat senang sekali, karena ada Nak Rio yang menemani Hafsah, ibu tidak perlu cemas lagi," kata Santi dan terlihat Hafsah keluar dengan membawa tas kerjanya.

"Ada siapa Bu?" tanya Hafsah.

"Ada nak Rio, katanya mau ke kota. Jadi sekalian mampir kemari untuk menemanimu selama dalam perjalanan," kata Santi pada Hafsah.

Hafsah lalu mengangguk dan tidak enak untuk menolaknya. Apalagi Rio adalah anak dari pak Hari yang menyewakan lahan serta rumah dipeternakan itu.

Rio menggunakan mobil kali ini dan membukakan pintu untuk Hafsah.

"Terimakasih," kata Hafsah.

Mereka lalu menuju ke kota dan mengobrol selama dalam perjalanan.

"Ohh ya, kalau boleh tahu, kau mau kemana? Biar aku antarkan sekalian," kata Rio.

"Terimakasih, tapi aku akan kesana sendiri saja," kata Hafsah merasa tidak enak hati jika diantarkan olah Rio.

"Ohh baiklah jika begitu," kata Rio tersenyum masam.

"Aku turun disini, aku biasanya kesana dengan naik ojek," kata Hafsah setelah melewati lampu merah.

"Iya," kata Rio lalu menghentikan mobilnya.

Hafsah segera naik ojek untuk menemui kliennya. Sedangkan mata tajam Rio menatapnya dari dalam mobilnya.

Tidak lama kemudian, Hafsah sudah sampai didalam ruangan pria Amnesia itu. Hafsah datang dan dia disambut senyuman hangat oleh Pria Amnesia itu.

"Apakah kau menungguku?" tanya Hafsah saat Pria Amnesia itu duduk termangu sendirian.

Pria Amnesia itu mengangguk.

"Kau masih mau datang kemari?"

"Ya, tentu saja aku datang. Sampai aku berhasil mengembalikan identitas mu,"

"Oke, silahkan duduk,"

Hafsah lalu duduk disampingnya dan membuka laptopnya.

Dengan sabar, Pria Amnesia itu menunggu apa yang akan dilakukan Hafsah dengan laptopnya.

"Aku punya kejutan untukmu, tapi berjanjilah, jika kau tidak akan pingsan lagi dan memaksa untuk mengingat semuanya," kata Hafsah.

"Baiklah, aku berjanji," kata Pria Amnesia itu.

Hafsah lalu memperlihatkan sebuah foto waktu pria Amnesia biru masih SMA.

"Itu gambarku?" pria Amnesia itu menunjuk pada sebuah foto saat dirinya masih muda dulu.

"Ya, okey, kau tahu itu dirimu bukan?" tanya Hafsah.

"Ya, itu diriku, dan dia adalah Daniel, temanku," kata Pria Amnesia itu.

"Okey, apalagi yang kau ingat?"

Nampak Pria Amnesia itu berfikir dan diam sejenak.

"Tidak ada lagi," kata Pria Amnesia itu.

"Jika begitu baiklah, jangan memaksanya jika memang tidak ingat,"

Pria Amnesia itu lalu menuruti apa yang dikatakan Hafsah.

"Darimana kau mendapatkan foto itu?" tanya Pria Amnesia.

Hafsah lalu menceritakan perkenalannya dengan Daniel karena dia menyebarkan foto Pria Amnesia saat bermain Piano.

"Kau melakukan sejauh itu?"

"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya berusaha menemukan puzzle yang hilang,"

"Hafsah, terimakasih, kau masih berjuang untuk diriku,"

"Bukan hanya untuk dirimu, ini juga sangat penting bagi karirku," kata Hafsah.

Mereka lalu berpisah setelah hari semakin sore.

Hafsah seperti biasa pulang jalan kaki saat sampai disebuah persawahan kearah desanya.

Suasana sore itu sangat sepi, dan tiba-tiba seorang pengendara motor melaju kencang dan menjatuhkan laptop milik nya.

Bruuukkkk!

"Hai! kembali!" Hafsah berteriak saat pengendara motor itu tetap melaju tanpa menoleh meskipun sudah menjatuhkan laptopnya.

Hafsah lalu memungut laptopnya yang pecah dan rusak.

Dengan sedih Hafsah pulang kerumah dan tidak mengatakan apapun pada kedua orang tuanya karena takut mereka khawatir dan melarangnya pergi.

Hafsah segera ke kamarnya dan berusaha memperbaiki sendiri.

Namun setelah dua jam dia mengotak atik, laptop itu tidak mau menyala. Maka terpaksa, besok Hafsah harus membawanya ke tempat reparasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!