Bastian sedang berdebat dengan kedua orang tuanya sebelum dia pergi ke luar negeri. Kedua orang tuanya ingin agar Jenny ikut denganya agar bisa mengawasinya sekaligus menjaga Bastian.
Namun Bastian menolaknya, karena dia ingin menemui Hafsah dan menyatakan cintanya.
"Kenapa kau keras kepala? Kami sangat khawatir dan tidak ingin hal itu terulang kembali," kata Nyonya Eliza mengkhawatirkan keselamatan Bastian.
"Tidak ma, aku ingin pergi sendiri saja,"
Nyonya Eliza menatap putranya dengan wajah cemas.
Bastian lalu berjalan dan memegang tangan ibunya. Menatap ibunya lama dan meyakinkan dirinya jika dia akan baik-baik saja.
"Kenapa kau tetap ingin pergi? Apakah karena gadis itu?" tanya Nyonya Eliza.
"Ma, apa yang harus aku katakan. Gadis itu benar-benar sudah mencuri perhatianku," kata Bastian tak berdaya.
"Bagaimana dengan Jenny?" tanya mamanya.
"Dia akan mendapatkan pasangan yang lebih baik dari aku," kata Bastian.
"Kau sudah bicara padanya?" tanya Nyonya Eliza.
"Belum, jika saatnya tepat, aku akan berbicara padanya,"
Bastian lalu melepas pegangan tangannya pada ibunya dan pergi ke bandara.
Saat dibandara, dia menabrak seseorang. Dan ternyata dia adalah Jenny.
"Jenny!?" Bastian kaget saat melihat Jenny ada dibandara.
"Bastian!?"
"Kau mau kemana?" tanya Bastian kaget.
Jenny lalu menunjukkan tiketnya yang ternyata sama dengan milik Bastian.
"Ternyata kita satu pesawat," kata Jenny tersenyum.
Bastian terdiam lalu menatapnya lama.
"Apakah kau...." Bastian hampir akan mengatakan jika Jenny telah sengaja mengikutinya. Namun tiba-tiba Jenny menyelanya.
"Aku ikut tour, aku bersama teman-temanku," kata Jenny melihat jika temanya sedang berjalan kearahnya.
"Ohh," Bastian kaget lalu mengangguk.
Jenny memanggil teman-temannya dan mengenalkan Bastian pada mereka.
"Kenalkan Bastian, sahabatku," kata Jenny pada teman-teman nya.
Lalu teman-teman Jenny menyebut namanya satu persatu.
Seorang temanya berbisik ditelinga Jenny.
"Kenapa kau tidak dekati dia? Dia tampan dan kaya raya, bukankah itu CEO PT Oliver?" tanya seorang temannya.
Jenny mengangguk pelan.
"Dia tertarik dengan gadis lain. Aku penasaran dengan gadis itu. Makanya aku mengajak kalian kemari," kata Jenny berbicara pelan. Sementara Bastian sedang menerima telepon dari rekan bisnisnya.
"Jangan sampai dia tahu jika kalian tour dan aku yang membayar semuanya," kata Jenny.
"Okey,"
Bastian lalu berjalan kearah mereka dan berbasa-basi sebentar. Mereka lalu masuk kedalam pesawat dan duduk di bangku masing-masing.
*
*
Hafsah ada dikantor saat ini, dia baru saja rapat dengan atasanya. Setelah selesai rapat dia jalan-jalan disebuah mall terkenal dikota itu.
Dia masuk dan melihat-lihat sekedar untuk menyenangkan hatinya yang sedang merindukan Bastian.
Dia terus berjalan tanpa melihat jika didepannya beberapa orang juga berjalan kearahnya. Dan tiba-tiba mereka bertabrakan dan barang belanjaan gadis berambut pirang itu jatuh berantakan.
Teman-temannya kaget dan ternganga. Ada jam tangan mahal yang baru saja dia beli sampai terlempar dan keluar dari kotaknya. Sepertinya ada lecet sedikit saat dia memungutnya.
Hafsah ternganga dan gadis berambut pirang itu menatapnya tajam.
"Saya tidak mau tahu. Kamu harus mengganti kerugian akibat kau menabrakku!" Katanya dengan nada tinggi.
Deg, Hafsah terpana dan seingatnya, mereka sama-sama saling tidak melihat kearah depan saat berjalan. Sehingga saling bertabrakan.
"Lihat ini! Ini jam tangan mahal. Dan kamu tahu harganya berapa? enam puluh juta. Jadi, aku ingin jam tangan yang baru. Aku tidak mau jam tangan yang rusak ini," kata Gadis berambut pirang itu pada Hafsah.
"Apa? Tapi, saya tidak punya uang sebanyak itu. Dan, anda juga tidak melihat ke depan saat berjalan. Jadi kita sama-sama bersalah. Dan saya minta maaf,"
"Tidak cukup hanya maaf saja. Kamu harus menggantinya. Ini milikmu. Aku tidak mau jam yang sudah lecet seperti ini. Kau belikan aku yang baru," kata Gadis berambut pirang itu menyeret Hafsah.
"Ta-tapi, saya tidak punya uang sebanyak itu," kata Hafsah dan menarik tangannya dari genggaman gadis itu.
"Apa? Lalu jika tidak punya uang, kenapa kau jalan-jalan di mall orang kaya seperti ini? Kau tahu, hampir semua batang disini harganya puluhan juta,"
"Aku hanya sedang melihat-lihat saja,"
"Haha, dasar gembel. Sudah tahu gembel, tapi sok jadi orang kaya. Pake jalan-jalan ke mall mewah seperti ini?"
"Memang kenapa? Apakah ada tulisan yang melarang jika orang miskin tidak boleh masuk kemari? Mall ini dibuat untuk umum. Dan siapa saja bisa masuk kemari."
"Hahaha, dasar tidak tahu diri. Lihatlah, apakah mereka yang kau lihat itu berpakaian biasa saja? Dari cara mereka berpakaian saja sudah kelihatan. Jika mereka itu orang kaya semua. Karena mereka kesini untuk membeli sesuatu. Bukannya melihat-lihat saja dan membuang waktu sepertimu," hardik gadis berambut pirang.
"Ohh, mentang-mentang kau orang kaya, kau menjadi sombong dan menghina kami?"
"Tahu dirilah jadi orang. Kelasmu bukan disini. Jadi kau harus pergi ke tempat yang sesuai, seperti pasar malam misalnya? Di sana kau bisa membeli barang sesuai isi dompetmu," kata gadis berambut pirang masih kesal karena jam yang baru saja dia beli lecet.
Tiba-tiba dari arah toilet seorang pria mendekati mereka. Dan saat sudah dekat, pria itu kaget karena Hafsah sedang berdebat dengan Jenny.
"Hafsah? Jenny? Kalian bertengkar?"
"Lihatlah ini? Gara-gara dia, jam yang baru saja aku beli lecet. Dan dia tidak bisa menggantinya. Kau tahukan harganya ini enam puluh juta?"
"Ohh, kalian bertengkar karena ini?" Bastian lalu mengambil jam itu dan melihat seberapa parah kerusakannya.
"Ohh ya, Hafsah kenalkan, ini Jenny, sahabatku," kata Bastian.
"Apa?" Hafsah nampak terkejut.
Sedangkan Jenny menatap Bastian tidak percaya dan tadi dia tidak begitu jelas mendengar saat Bastian memanggil gadis didepannya dengan nama Hafsah.
"Jadi, kalian saling kenal?" Jenny nampak kaget.
"Ya, dia adalah gadis yang aku maksud. Dia pengacara muda itu," kata Bastian.
"Apa!?" Jenny masih terkejut.
"Ohh, jadi kalian datang sama-sama?" tanya Hafsah pada Bastian.
"Aku tidak percaya gadis sombong ini adalah sahabatmu," gumam Hafsah pelan.
"Apa kau bilang?" Jenny menatap Hafsah dengan tajam.
"Dia bahkan sangat ceroboh saat berjalan. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi pengacara dan kau memujinya," kata Jenny pada Bastian.
"Sudah, masalah jam tangan ini, ayo kita ke toko yang tadi, kita akan kesana. Bukankah jam tangan ini masih bergaransi?"
"Apa?" Hafsah nampak terkejut.
"Jika begitu, kenapa kau minta ganti rugi enam puluh juta padaku? Kau tinggal kesana dan mereka akan menggantinya dengan yang baru," kata Hafsah menatap tajam pada Jenny dengan hati kesal.
"Ohh, jadi karena bergaransi kau bisa seenaknya merusak barang orang lain. Begitu maksudmu?"
"Sudah, sudah, jangan bertengkar lagi. Ayo kita masuk," kata Bastian dan berbicara pada pemilik toko tersebut. Dan dalam waktu tidak sampai lima menit, dia sudah mendapatkan barang yang baru yang sama persis.
Hafsah menatap Jenny dengan kesal. Sedangkan Jenny juga kesal karena gadis itu yang sudah mencuri hati sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments