BAB 11- Undangan makan malam

Bastian tersenyum pada Hafsah, karena berkat dirinya, kedua orang tuanya datang dan akhirnya ingatanya bisa kembali.

"Terimakasih, berkat kegigihanmu, aku bebas dan ingatanku kembali," kata Bastian.

Hafsah tersenyum dan matanya berkaca-kaca. Bastian memeluk Hafsah karena itu memang budaya di negaranya yang artinya kasih sayang.

Hafsah lalu menatap Rio, dan dia juga harus berterima kasih pada Rio, karena berkat melihatnya, akhirnya Bastian jadi ingat siapa dirinya dan kenangan sebelum terjadi kecelakaan itu.

"Rio, terimakasih, berkat kau juga, ingatan Bastian kembali," kata Hafsah.

"Tentu saja, kawan, kemarilah," Bastian juga memeluk Rio dan membuat Hafsah tercengang bingung tidak mengerti. Dari cara Bastian berbicara, terlihat jelas jika mereka seperti teman akrab sebelumnya.

"Dokter, apakah artinya putra kami bisa kembali bersama kami?" tanya Tuan Theo dan mengagetkan Hafsah.

Kembali? Artinya mereka tidak akan bertemu lagi? Hafsah bergumam didalam hati. Dia baru saja telah melupakan jika Bastian berasal dari negara Sweden dan jika sembuh maka akan kembali ke negaranya.

"Sebaiknya, sementara waktu harus istirahat disini dulu. Saya harus memastikan jika dia benar-benar sehat dan mengingat semuanya," kata Dokter dan kedua orang tua Bastian lalu tersenyum saat dokter itu berpamitan.

Pak Theo berjalan keluar bersama pak Alfian dan akan mentransfer sisa pembayaran nya. Sementara Hafsah dan Rio juga berpamitan pulang.

Saat sampai diluar ruangan, Pak Theo menghentikan langkah Hafsah.

"Nona Hafsah, terimakasih tak terhingga dari kami, berkat kau juga, kami mendapatkan putra kami kembali dan juga Ingatannya," kata Pak Theo menatap Hafsah dan Rio hanya berdiri tanpa berbicara disampingnya.

"Sama-sama pak, saya juga senang, akhirnya kasus ini selesai. Dan saya akan ke kantor untuk membuat laporan pada atasan saya," kata Hafsah.

"Ini terimalah, tandan terimakasih kami dan ini tidaklah seberapa dibandingkan kegigihan mu dalam mengembalikan identitas putraku," kata pak Theo memberikan sebuah amplop untuk Hafsah.

"Maaf pak, saya tidak bisa menerimanya, saya benar-benar tulus membantu," kata Hafsah menolak amplop itu.

"Tidak. Jangan menolaknya, kami juga benar-benar tulus memberikanya. Dan kami sangat senang jika kau mau menerimanya," kata pak Theo sedikit memaksa.

"Tapi pak,....." Hafsah benar-benar dilema antara diterima atau tidak amplop itu.

"Terimalah, kami benar-benar senang jika kau mau menerimanya," kata Nyonya Eliza yang sudah berdiri disamping pak Theo.

"Baiklah, jika kalian memaksa, terimakasih banyak," kata Hafsah dan menyimpan aplop itu ke dalam tas nya.

Diperjalanan, Hafsah tidak habis berfikir kedekatan Rio dan Bastian yang diluar nalarnya.

"Melihat ekspresi Bastian tadi, apakah kalian sudah saling kenal sebelumnya?" tanya Hafsah menoleh pada Rio yang sedang menyetir mobil.

"Apa?" Rio nampak kaget karena Hafsah memperhatikannya dengan jeli.

"Ehm, ya kami telah mengenal namun tidak dekat. Dan aku tidak tahu jika klienmu adalah dia," kata Rio beralasan.

Hafsah nampak tersenyum.

Beberapa hari kemudian, Hafsah diundang makan malam oleh Bastian dan kedua orang tuanya. Mereka akan meninggalkan Negara ini dan kembali ke negaranya bersama Bastian.

Rio juga diundang dan sekarang sudah datang kerumah Hafsah untuk mengajaknya pergi bersama.

"Kau cantik dengan baju yang indah, kau mau kemana?" tanya Bu Santi dan dijawab senyuman oleh Hafsah. Dia masih tidak tahu jika mereka mengundangnya makan malam karena ingin berpamitan.

"Itu Bu, Klien Hafsah kan sekarang sudah sembuh dan sudah bebas. Jadi keluarganya mengundang kami makan malam,"

"Kami? Maksudmu kau tidak pergi sendirian?"

"Tidak Bu, Hafsah pergi bersama Rio. Berkat melihat Rio, ingatan Bastian kembali. Dan ternyata selama ini mereka saling mengenal. Sayangnya, selama ini Rio tidak tahu jika klien Hafsah adalah Bastian,"

"Andaikan kau tahu sejak awal, maka mungkin akan lebih cepat selesai," kata Bu Santi.

"Benar Bu, selain itu juga berkat pengobatan yang diberikan dokter pada Bastian. Sehingga saat melihat Rio dia tidak pingsan. Ibu ingat kan, saat melihat negaranya disurat kabar yang Hafsah bawa, dan dia pingsan, mungkin jika melihat Rio tanpa pengobatan sebelumnya, hal yang sama bisa saja terjadi," kata Hafsah.

Tin tin!

Terdengar klakson dihalaman rumah Hafsah. Rio sudah menunggunya disana.

"Itu mungkin Rio sudah datang, Hafsah pergi dulu ya Bu," kata Hafsah lalu berpamitan biasa ibunya.

"Hati-hati karena hari sudah malam," kata Bu Santi.

"Iya Bu," jawab Hafsah lalu masuk kedalam mobil Rio.

Mereka pergi ke hotel yang sudah dipesan oleh keluarga Bastian. Keluarga Bastian sudah duduk disana menunggu kedatangan Rio dan Hafsah.

"Silahkan duduk," kata Nyonya Eliza pada Hafsah dan juga Rio.

"Terimakasih," jawab mereka berdua.

"Kami mengundang kalian makan malam karena besok kami akan kembali ke negara kami," kata Nyonya Eliza.

"Ohh," Hafsah nampak terkejut dan menatap Bastian. Bastian gantian menatapnya dan mereka saling bertatapan agak lama.

"Kami sudah lama disini. Perusahaan kami membutuhkan kami, jadi kami akan ke bandara besok siang," kata Nyonya Eliza.

"Ohh, saya pikir, kalian masih akan tinggal lama disini, dan....Bastian," Hafsah nampak tidak jadi melanjutkan perkataanya.

Bastian menatap tepat di bola mata Hafsah. Hafsah berharap Bastian tidak pergi bersama kedua orang tuannya.

"Bastian akan ikut juga. Kami khawatir jika dia jauh dari kami," kata Nyonya Eliza tersenyum pada Bastian.

Bastian mengangguk pelan dan membuat detak jantung Hafsah menjadi melambat.

Hafsah menatap kembali wajah Bastian dan mereka saling bertatapan.

"Ya, kau memang harus kembali," kata Hafsah lirih dan Rio menatap mereka berdua dengan senyum tipis.

Mereka makan malam dan sebelum pulang, Bastian mengantarkan Hafsah sampai kedepan loby Hotel. Sementara Rio pergi ke parkiran mengambil mobilnya.

"Terimakasih, berkat kau, aku bisa kembali bersama keluargaku," kata Bastian.

"Sama-sama," kata Hafsah hampir tak terdengar.

"Aku akan kemari jika pekerjaanku disana sudah selesai," kata Bastian.

"Kemari?" Hafsah nampak bingung.

"Ya, tentu aku akan datang kemari lagi untuk melihatmu, dan ada hal lainya juga disini," kata Bastian menatap wajah Hafsah.

"Ohh, ya...." Hafsah menatap Bastian sambil tersenyum senang. Syukurlah jika dia akan datang lagi kemari, gumam Hafsah dalam hati. Setidaknya ada kesempatan baginya untuk berjumpa lagi.

Tin tin!

Hafsah lalu masuk kedalam mobil Rio yang sudah berhenti didekatnya.

"Sampai jumpa lagi," kata Hafsah dan Bastian mengangguk pelan.

Bastian juga melambai pada Rio. Dan melihat hingga mobil mereka tidak kelihatan lagi.

Beberapa hari kemudian, pak Hari datang kerumah Hafsah bersama Rio dan akan melamar Hafsah untuk menjadi istri Rio.

Hal itu disambut senang oleh pak Raden dan Bu Santi. Menurut penglihatan mereka selama ini, Rio adalah pria yang baik.

Namun Hafsah sepertinya tidak sependapat dengan keinginan mereka. Namun untuk menolaknya, dia juga tidak berani.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!