Bastian berada dalam perawatan Dokter terbaik yang memberikan terapi padanya. Dokter lalu berbicara pada polisi dan juga kedua orang tua Bastian.
Dan dalam pengawasan polisi maka mengijinkan Bastian untuk tinggal diluar penjara dalam pengawasan dan jaminan. Hal ini sangat penting untuk memulihkan ingatannya dan agar kasusnya menjadi jelas.
Karena ternyata, orang yang ditabrak oleh Bastian itu sudah tidak ada lagi beberapa bulan yang lalu karena sakit. Jadi saksi kunci satu-satunya adalah ingatan Bastian.
Pria yang ditabrak ternyata sudah tidak ada lagi. Padahal informasi darinya sangat penting bagi pengacara Bastian. Namun sayang sekali, dia sudah tiada karena sakit.
Hafsah lalu pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Bastian. Namun karena saat ini Bastian sedang diterapi oleh dokter maka Hafsah tidak bisa menemuinya, dia kembali ke kantor.
Pak Salman menegur Hafsah yang sedang duduk di ruangannya. Pak Salman adalah atasan Hafsah.
"Bagaimana dengan kasusmu? Apakah ada perkembangan?" tanya pak Salma.
"Sampai saat ini masih belum pak. Korbannya beberapa bulan lalu meninggal dunia. Kami tidak bisa meminta informasi darinya. Dan, klien sedang diterapi dalam disebuah rumah sakit," terang Hafsah.
"Kau sudah menghabiskan banyak waktu untuk kasus ini,"
"Maafkan saya pak, tapi saya menemukan bukti lain. Dan sedang saya selidiki," kata Hafsah pada pak Salman.
"Baiklah, sebaiknya cepat kau selesaikan," kata Pak Salman.
Hafsah mengangguk hormat," baik pak," dan atasanya segera berlalu.
Hafsah termenung memikirkan dimana dia bisa menemui pria yang punya tanda hitam dilehernya, kita ini begitu luas, sulit sekali mencari orang dengan tanda hitam dilehernya tanpa tahu nama dan alamatnya.
"Ah, kenapa aku tidak berfikir sejauh itu. Aku terlalu senang mendapatkan bukti baru, tapi aku tidak tahu dimana menemukan pria itu. Dia satu-satunya yang bisa memberikan informasi untuk keringanan hukuman Bastian," gumam Hafsah.
Sepulang dari kantor, Hafsah bertemu dengan Rio dijalan. Dan seperti biasa dia memberikan tumpangan padanya.
Hafsah melihat sesuatu dileher Rio, saat tanpa sengaja Hafsah menoleh kearahnya agak lama ketika mereka berbicara.
Biasanya saat berbicara Hafsah hanya menoleh sekilas dan itupun hanya melihat matanya saja.
Rio mengenakan kerah agak tinggi dan apa yang baru saja dilihat Hafsah, tertutup oleh kerah itu.
"Apa tadi?" gumam Hafsah dalam hati.
"Mungkinkah? ah mana mungkin," Hafsah ragu jika Rio memiliki tanda seperti yang digambarkan anak yang kemarin dia temui.
"Hai, apa yang kau pikirkan?" tanya Rio melihat jika pikiran Hafsah sedang kemana-mana.
"Ehm, ada sesuatu dibajumu, bisakah aku membersihkan nya?" tanya Hafsah karena ingin memastikan tanda di leher Rio.
"Ya, silahkan," kata Rio dan membiarkan tangan Hafsah membersihkan kotoran di bajunya.
Ternyata benar, Rio memiliki tanda yang sama persis seperti yang dikatakan anak itu,gumam Hafsah dalam hati.
"Sudah?" tanya Rio hingga mengagetkan Hafsah yang sedang menatap lama pada tanda hitam itu.
"Ehm, maaf, sudah,"
"Ada apa memangnya?"
"Ada daun kering," kata Hafsah lemas saat mengetahui jika Rio memiliki tanda dilehernya. Dan dia sungguh menyesal karena baru mengetahuinya sekarang. Sedangkan Bastian sudah ada dirumah sakit bersama keluarganya, dan jarang bertemu dengan Hafsah.
"Rio, maukah kau bertemu dengan klienku?"
"Apa? Untuk apa?" tanya Rio tersenyum tipis.
Hafsah ingin memastikan reaksi Bastian, mungkin saja jika bertemu dengan Rio, maka dia akan mengingat sesuatu, itu yang dipikirkan Hafsah saat ini.
Dia ingin memulihkan ingatan Bastian sebelum kedua orang tuanya membawanya pergi setelah pak Alfian memenangkan kasusnya.
"Sekali saja, temani aku saat bertemu dengan klienku, kemarin ada Daniel, dan bagaimana jika kau menemaniku sekali saja?"
"Ehm, baiklah, aku akan menemanimu," kata Rio mengangguk dan entah kenapa dia melihat Hafsah seakan dia begitu cantik dan manis hari ini.
Besoknya, mereka datang menemui Bastian dirumah sakit. Bastian batu saja menjalani terapi dan berbagai pengobatan untuk memulihkan ingatanya.
Sedangkan pengacaranya mengurusi masalah hukum yang menjeratnya. Dan hari ini sang pengacara membawa kabar bahagia untuk keluarga Bastian.
Itupun setelah melalui perdebatan panjang disidang tanpa menghadirkan Bastian karena dianggap tidak mampu memberikan pernyataan karena kondisi psikisnya.
Maka setelah mendengar berbagai penjelasan dari pengacara dan juga jaksa, maka hakim memutuskan untuk membebaskan Bastian karena kasus kecelakaan yang tanpa sengaja. Dan pihak keluarga juga sudah didatangkan dan siap menerima ganti rugi.
Maka masalah kelalaiannya waktu itu diselesaikan secara kekeluargaan.
Hafsah datang bersama Rio. Dan dibelakangnya berdiri Pak Alfian membawa berkas yang harus ditandatangani oleh Bastian.
Senyum mengembang terlihat dari kedua orang tua Bastian saat tahu jika putranya telah dibebaskan karena pengampunan pihak keluarga yang mau menerima ganti rugi dan tidak lagi menuntutnya.
"Silahkan masuk," kata kedua orang tua Bastian mempersilahkan mereka untuk masuk.
Hafsah, Rio dan Pak Alfian lalu masuk dan berdiri disamping Bastian.
Tiba-tiba, Bastian membuka matanya setelah beberapa jam sebelumnya tertutup karena proses pengobatan serta relaksasi oleh dokter.
Dan saat membuka matanya, dia sangat terkejut saat melihat Rio ada disampingnya bersama Hafsah.
"R......ohh....RI....ooooo" Bastian menyebut nama Rio yang membuat Hafsah terkejut. Karena Hafsah bahkan belum bercerita pada dirinya jika dia berteman dengan Rio. Dan jika tidak saling mengenal, kenapa dia bisa tahu nama Rio, itu yang Hafsah pikirkan.
"Ulangi sekali lagi, kau menyebut, namanya?" Hafsah nampak terpana.
"Rio....." Bastian menyebut nama Rio dan mengulurkan kedua tanganya untuk memeluknya.
Rio berdebar dan tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak menduga, jika Bastian yang amnesia bagaimana bisa mengenalinya.
"Rio, dia ingin kamu mendekat," bisik Hafsah dan terpaksa Rio mengangguk.
Rio berjalan dan Bastian memeluknya.
"Kau tidak pernah datang lagi, apakah kau tidak apa-apa?" tanya Bastian.
"Apa maksudmu, tidak apa-apa?" tanya Hafsah bingung.
"Kau tidak terluka?" tanya Bastian memegang pipi Rio dan memeluknya sekali lagi.
"Aku sehat, dan maafkan aku karena baru menemuimu disini," kata Rio yang tidak menduga jika ternyata Bastian tidak marah padanya. Artinya Bastian tidak tahu jika Riolah yang mengambil semua hartanya dan juga identitas miliknya.
"Om, Tante, sepertinya Bastian sudah ingat semuanya," kata Hafsah dan membuat Ayah serta ibu Bastian kaget.
"Putraku....." Tuan Theo dan istrinya, nyonya Eliza lalu memeluk Bastian yang sudah ingat semuanya.
Sedangkan, rasa cemas dan khawatir terlihat di wajah Rio. Dia takut dan menatap Bastian dengan nafas yang berat.
"Rio, ayo kita keluar dulu, biarkan mereka" kata Hafsah dan mengajak Rio keluar dari ruangan itu.
Sementara pak Alfian tetap didalam dan mereka berbicara.
Tidak lama kemudian, Hafsah dan Rio dipanggil untuk masuk kedalam. Bastian ingin berbicara pada mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments