Keluarga Bastian ikut datang ke acara pesta perusahaan yang diadakan oleh semua pegawai yang bekerja untuk menyambut kedatangan CEO Bastian yang tidak lain adalah atasan mereka.
Bastian datang bersama Jenny yang memakai gaun warna merah muda dan terlihat cantik ditubuhnya yang tinggi semampai.
Sementara kedua orang tua Bastian sudah sampai lebih dulu. Sebelum acara dimulai, nampak pembawa acara masih berbicara dan menyambut semua tamu yang hadir.
Bastian lalu dipersilahkan naik keatas panggung untuk penyambutan selaku CEO dan menjadi atasan mereka.
Tepuk tangan riuh terdengar saat Bastian memberikan sambutan dan juga terima kasihnya pada semua pegawainya yang tetap bekerja keras meskipun dia tidak ada ditempat.
Lalu Bastian turun dan ayahnya naik keatas untuk memberikan kabar gembira jika putranya juga akan segera menikah tidak lama lagi.
Tepuk tangan riuh kembali terdengar, Bastian nampak terkejut, karena dia belum tahu siapa calon istrinya dan meskipun jika untuk menikah dia tidak keberatan. Tapi dia belum memperkenalkan calon istri yang dia impikan pada kedua orang tuanya.
"Mama, kalian membuat berita besar ini?" tanya Bastian pada ibunya yang berdiri disampingnya.
"Iya, kau tidak keberatan bukan?"
"Tapi, Bastian akan menikah dengan siapa? Karena aku bahkan belum memperkenalkannya pada kalian sebagai orang yang spesial," kata Bastian.
"Itu tidak perlu. Kami tahu siapa yang kau maksud. Dan dia adalah gadis yang kau cintai bukan?" kata ibunya menunjuk pada Jenny yang sedang berbicara pada beberapa temannya.
"Apa? Jenny? Ohh, kalian pasti salah paham, aku dan jenny, ahh, dia sudah seperti adikku sendiri. Mana mungkin aku mencintainya," kata Bastian dan saat itu ayahnya turun dari panggung.
Acara dilanjutkan dengan pesta dansa.
"Lalu, jika bukan Jenny, siapa gadis yang kau cintai itu?" tanya Nyonya Eliza menatap tajam pada Bastian.
"Dia adalah gadis yang unik dan menarik. Dia adalah pengacara yang sudah berjuang keras mengembalikan identitas ku,"
"Apa?" Ayahnya yang baru saja ikut bergabung dengan mereka nampak terkejut.
"Benar ayah, ibu, aku mencintai gadis itu. Kenapa kalian membuat keputusan tanpa berbicara dulu denganku?" tanya Bastian kesal.
"Ta-tapi, Jenny ya, hanya Jenny yang paling pantas untuk menjadi istrimu. Kami sangat menyayanginya, kami juga melakukan kesalahan dimasa lalu hingga membuat kedua orang tuanya tiada. Kami ingin kalian menikah dan dia bahagia," kata Tuan Theo.
"Apa!?" Dan saat itu Jenny ternyata mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh kedua orang tua Bastian.
Dia kaget saat mendengar jika orang tuanya tiada karena ditabrak oleh Tuan Theo yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri.
"Kalian, yang sudah menabrak kedua orang tuaku?" tanya Jenny kaget.
Sementara Tuan Theo dan Nyonya Eliza kaget. Mereka tidak menyangka jika Jenny mendengar pembicaraan mereka.
Padahal maksud mereka adalah agar Bastian tahu jika betapa pentingnya Jenny bagi mereka. Terlebih karena kesalahan yang sudah mereka perbuat saat dulu.
"Om, Tante....." Jenny lalu pergi keluar dari pesta itu.
Bastian mengejar nya hingga dan tidak mempedulikan pesta yang sedang berlangsung.
Sementara kedua orang tua Bastian saling berpandangan dan terlihat sangat shock.
*
*
Ayah Hafsah sudah mendapatkan lahan baru untuk tempat tinggal mereka. Dia mencari kesana kemari dan akhirnya ditawari oleh langganan yang biasa membeli domba padanya.
Karena biaya sewanya juga murah, maka Pak Raden pun setuju dan menerima tawaran itu.
Sampai dirumah, pak Raden berbicara pada istrinya dan juga Hafsah.
"Bapak sudah dapat lahan yang kosong. Kita bisa tinggal disana. Dan sebaiknya, jangan menunda untuk memberi tahu pak Hari jika memang Hafsah tidak ingin dijodohkan," kata Pak Raden pada istrinya.
"Iya pak, besok kita akan kesana bersama Hafsah. Kita akan kerumah Pak Hari untuk membicarakan hal ini," kata Bu Santi dan Hafsah juga mengangguk pelan.
Hafsah ke kamar dan membereskan semua barang-barang miliknya, begitu juga dengan Bu Santi, mereka juga berkemas dan akan meninggalkan tempat tinggal yang mereka tempati saat ini.
Keesokan harinya, Pak Raden dan Bu Santi menunggu Hafsah diruang tamu.
"Hafsah, ayo kita pergi sekarang," kata Bu Santi pada Hafsah.
"Ya Bu,"
Mereka bersama pergi kerumah pak Hari. Saat itu pak Raden sedang duduk bersama Rio. Rio yang sudah mendapat kabar dari Hafsah lalu memberi tahu ayahnya.
Jadi mereka sudah tahu maksud kedatangan Pak Raden dan Bu Santi.
Pak Hari mempersilakan mereka untuk duduk dan menerima kedatangan mereka dengan ramah, kendati dia kecewa karena sudah tahu maksud kedatangan Pak Raden dan Bu Santi.
"Kami datang karena ada hal yang harus kami bicarakan dengan Pak Hari, menyangkut putri kami, Hafsah," kata Pak Raden pada Pak Hari.
"Ohh ya, silakan," kata Pak Raden.
"Sebelumnya kami minta maaf, karena pernikahan sepertinya tidak bisa dilaksanakan. Ternyata putri kami belum siap untuk menikah," kata Pak Raden.
"Ohh, ya, ngga papa, jika kalian masih membutuhkan waktu maka kami akan menunggu," kata Pak Hari.
Rio tadi mengatakan jika Hafsah butuh waktu dan tidak bisa menikah saat ini. Dan pak Hari tidak bisa memaksanya.
Ternyata terjadi kesalahpahaman disini.
"Kami, sepertinya tidak bisa melanjutkan perjodohan ini, putri kami tidak bisa menerima lamaran nak Rio," kata Pak Raden menjelaskan.
Pak Hari sangat terkejut dan menatap pada Rio. Rio mengangguk dan artinya memang mereka tidak mau dijodohkan.
"Ohh, saya sungguh terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Pak Hari. Saya pikir kita bisa menjadi keluarga dan kerabat dengan menikahkan anak kita," kata Pak Hari keberatan dengan gagalnya perjodohan ini.
"Sekali lagi, maafkan kami, dan besok kami akan pindah dari sini," kata Pak Raden.
"Kenapa harus pindah?" tanya Pak Hari kaget.
"Karena, tempat ini terlalu jauh dengan jarak kerja Hafsah. Sekali lagi kami minta maaf karena membuat keputusan dengan mendesak," kata Pak Raden menatap istrinya. Bu Santi mengangguk dan memberi isyarat jika yang dikatakan suaminya sudah benar adanya.
"Tapi, ini sungguh mengejutkan. Pertama kalian membatalkan perjodohan lalu tiba-tiba akan pergi. Saya benar-benar tidak mengerti," kata Pak Hari merasa dirugikan.
"Ini uang sewa kami dan kami ucapkan terimakasih karena sudah banyak membantu kami," kata Pak Raden dan akan berpamitan pada Pak Hari.
"Ya sudah kalau begitu, jika memang sudah kalian pikirkan dan putuskan. Maka saya tidak bisa memaksa untuk tetap tinggal," kata Pak Hari menatap pada Rio. Rio nampak diam saja dan tidak berekspresi.
Mereka lalu pamitan dan Rio terlibat perdebatan dengan ayahnya.
Rio hanya mengatakan jika Hafsah butuh waktu. Tapi kenyataanya, Hafsah menolak perjodohan ini. Dan Pak Hari memendam dendam dan amarah karena penolakan ini.
"Bapak tidak bisa menerima penolakan ini. Ini memalukan!" Pak Hari lalu masuk kekamarnya.
Rio hanya bisa memegang kepalanya dengan kedua tanganya lalu terduduk disofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments