Hafsah kembali kerumah dengan wajah murung. Daniel yang sedang membantu kedua orang tua Hafsah memetik sayuran di kebun untuk dijual kepasar, kaget saat melihat Hafsah pulang dengan muka yang di tekuk.
"Kau sepertinya sedang sedih? Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Daniel sambil menaruh sayuran ke dalam keranjang besar.
"Ya, aku mungkin akan berakhir sampai disini,"
Kata Hafsah lemah dan lemas. Lalu terduduk di kursi depan dengan tanpa daya.
"Apa maksudmu? Apanya yang berakhir?"
Daniel nampak bingung dengan ucapan Hafsah yang tidak bersemangat seperti sebelumnya.
"Kedua orang tuanya mengganti ku dengan pengacara yang baru dan kau tahu siapa dia? Dia adalah pengacara terbaik dikota ini. Dan aku? Ini adalah kasus pertamaku," kata Hafsah.
"Tentu saja ini tidak adil. Bagaimana bisa mereka mengganti dengan pengacara lain?" Daniel nampak terkejut dan tidak menyangka hal ini bisa terjadi.
"Itu sangatlah wajar. Mereka banyak uang dan pasti ingin agar putranya terbebas dan karena itu mereka membayar pengacara terbaik," kata Hafsah.
Tiba-tiba, ibu Santi datang dengan dua gelas teh hangat diatas nampan dan sepiring cemilan.
"Kau sudah pulang?" tanya Sabtu sambil memberikan minuman untuk Hafsah dan Daniel.
"Ya, dan hariku sangat buruk," kata Hafsah.
"Itu terbaca dari wajahmu. Apa yang terjadi?"
"Mereka menggunakan pengacara terbaik dikota ini. Ibu, aku bisa apa? Aku juga ingin agar Bastian terbebas dan ingatannya kembali. Tapi, kasus ini juga penting bagi karirku, aku jadi bingung," ungkap Hafsah dan tidak jadi meminum teh itu. Dan menaruhnya kembali di atas meja.
"Sabar nak, coba besok bicara dengan kedua orang tua Bastian. Katakan jika kau pasti berhasil dan yakinkan mereka. Ibu tahu, kau pasti bisa," kata Santi menyemangati putrinya.
"Benar, aku akan menemanimu," kata Daniel menatap Hafsah dengan penuh kasih sayang.
Keesokan harinya. Mereka sudah berada di hotel dan sedang berbicara dengan kedua orang tua Bastian.
Daniel menemani Hafsah dan berbicara pada kedua orang tuanya yang kaya raya.
Karena kedua orang tua Bastian tetap akan menggunakan jasa pengacara itu maka terpaksa Hafsah keluar dari hotel itu dengan perasaan kecewa.
Daniel lalu menghiburnya dan mengajaknya jalan-jalan.
"Ada toko Pizza disana, kita kesana?" tanya Daniel.
"Tidak, aku sedang tidak berselera makan pizza," kata Hafsah sambil menatap ke arah yang lainnya.
"Kalau begitu, ice cream saja," kata Daniel dan menarik tangan Hafsah kearahnya.
"Baiklah,"kata Hafsah dengan enggan.
Mereka makan ice cream namun nampak jelas jika Hafsah tidak menikmatinya.
"Kau masih memikirkan apa yang tadi kita bicarakan dengan orang tua Bastian?"
"Ya, aku harus bekerja sama dengan Pak Alfian. Dan kau tahu, kau pikir dia mau bekerja sama denganku?"
"Kau harus berbicara padanya," kata Daniel dan dijawab anggukan oleh Hafsah.
Saat ini di dalam penjara, Bastian sedang menunggu kedatangan Hafsah. Dia sangat ingin melihatnya, namun orang yang ditunggu tidak kunjung datang.
Dari jauh dia melihat tamu yang kemarin mendatanginya datang lagi, dia adalah Tuan Theo dan Nyonya Eliza.
Bastian nampak mencari sosok yang mungkin berjalan dibelakang mereka. Namun ternyata mereka hanya berdua saja. Dan tidak ada siapapun lagi.
"Hai, apa kabar? Kami datang membawakan makanan ini untukmu," kata Tuan Theo dan Nyonya Eliza.
"Terimakasih. Kenapa Hafsah tidak ikut bersama kalian?"
Tuan Theo dan Nyonya Eliza nampak saling berpandangan.
"Mungkin nona Hafsah sedang sibuk dikantor."
"Lalu, kenapa Pak Alfian sekarang yang menangani kasus ini. Apakah itu karena permintaan kalian?" tanya Bastian pada dua orang didepannya.
"Iya, kami ingin yang terbaik untukmu, dan agar masa tahanan mu bisa berkurang setelah diselidiki kembali," kata Tuan Theo.
"Aku percaya pada kemampuan Hafsah dan aku tidak ingin orang lain yang menanganinya," kata Bastian.
"Ini demi kebaikanmu. Kita adalah keluarga tapi karena kau tidak mengenali kami, maka kami tidak bisa menceritakan banyak hal padamu," kata Nyonya Eliza mulai emosional.
"Siapa kalian?" tanya Bastian.
"Kami, adalah orang tuamu," kata Tuan Theo yang sudah mendatangkan dokter spesialis untuk kesembuhan putranya.
"Apa?" Bastian nampak terkejut dan sesaat pandanganya seperti berputar saat dia mencoba berpikir lebih keras lagi.
"Aku tidak ingat apapun,"
"Sudah jangan memaksa jika memang kau tidak ingat," kata Nyonya Eliza menatap Bastian putranya.
"Tapi...." Bastian benar-benar tidak mengingat pertemuannya dengan kedua orang tuannya. Semua kenangan itu seakan lenyap dan hilang dari ingatannya.
"Sudahlah, jangan memaksa mengingat terlalu keras. Kami tahu harusnya kamu tidak mengatakan ini padamu, tapi kami adalah kedua orang tuamu," kata Tuan Theo terlihat sedih.
Seorang dokter datang dan ada dua polisi dibelakangnya. Mereka lalu mengajak Bastian kerumah sakit dan akan diperiksa kembali.
Dan semua itu dilakukan dengan jaminan oleh kedua orang tua Bastian dan juga dalam pengawasan polisi.
"Kita mau kemana?" tanya Bastian.
"Kita akan kerumah sakit. Papa sudah memberikan uang jaminan untuk pengobatan mu," kata Tuan Theo dan diiringi anggukan kepala istrinya.
Kedua polisi lalu memegang lengan Bastian dan berjalan keluar. Dan saat mereka keluar, Hafsah dan Daniel datang mengunjungi nya. Namun mereka kecewa saat melihat ruangan itu kosong dan tidak bisa bertemu dengan Bastian.
"Mereka sedang membawa Pria Amnesia itu kerumah sakit. Keluarganya datang dan memberinya jaminan," kata seorang polisi.
"Ohh, jika begitu, terimakasih," kata Hafsah lalu mengajak Daniel untuk pergi dari sana.
Mereka lalu pulang kerumah Hafsah. Dan karena Daniel harus kembali bekerja maka dia akan pulang ke negaranya esok hari.
"Kenapa cepat sekali?" Hafsah nampak kaget karena Daniel akan kembali ke negaranya.
"Aku harus bekerja. Dan kita bisa berbicara melalui handphone. Jika ada waktu senggang aku akan datang kemari lagi," kata Daniel sambil mengemasi barang-barang nya.
"Aku berterimakasih padamu atas apa yang sudah kau lakukan. Dan aku tidak tahu dengan apa harus membalasnya," kata Hafsah.
"Ini adalah kepedulian seorang teman. Jangan khawatir itu, kita sekarang sudah menjadi teman bukan?" kata Daniel.
Tiba-tiba Ibu Santi mengetuk pintu dan meminta mereka keluar untuk makan bersama.
"Makanan sudah siap, ayo makan bersama," kata Santi.
"Iya Bu," jawab Hafsah.
"Ayo Daniel, kita makan dulu," ajak Hafsah pada Daniel
Daniel lalu makan bersama keluarga Hafsah. Ibunya sengaja masak makanan yang enak karena tahu jika Daniel akan kembali ke negaranya besok.
"Oh ya, jika kau kembali ke negaramu, jangan lupakan kami," kata Bu Santi.
"Tentu saja, aku senang tinggal bersama kalian, tapi, pekerjaanku menahanku," kata Daniel diselingi tawa kecil.
"Nambah lagi ya?" kata Hafsah mengambilkan lauk ke piring Daniel.
"Ehm, sudah, aku sudah kenyang,"
"Ibu sengaja masak ini untukmu, kau bilang kau suka, saat pertama kali datang, maka sekarang makanlah yang banyak, disana tidak ada masakan seperti ini," kata Hafsah tersenyum manis.
"Hahahaha...." Mereka tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments