Hari ini, Daniel sudah pulang ke negaranya. Dan Hafsah pergi menemui pak Alfian ke kantornya.
"Ya, masuk," kata Pak Alfian dari dalam.
"Selamat pagi," Sapa Hafsah sopan.
"Pagi," kata pak Alfian lalu menutup berkasnya dan mempersilakan Hafsah untuk duduk.
Mereka lalu membicarakan tentang masalah kasus Bastian.
"Ini adalah kasus pertama saya, dan saya yakin jika saya akan berhasil," kata Hafsah pada pak Alfian.
Pak Alfian nampak menipiskan bibirnya dan menatap wajah Hafsah. Membuat Hafsah menjadi terdiam.
"Tapi, kedua orang tuanya memberikan kasus ini padaku. Artinya mereka tidak yakin dengan kemampuan mu. Dan kau tahu, mereka orang kaya raya, dan tentu ingin yang terbaik bagi anaknya," kata Pak Alfian.
"Saya tahu, itu yang mereka pikirkan, namun saya tidak mungkin mengambil kasus lain. Bagaimana jika saya dan bapak bekerja sama dalam kasus ini," kata Hafsah.
"Hem, apa yang bisa kau lakukan?" tanya pak Alfian pada Hafsah seakan merendahkan.
"Saya akan mencari semua informasi tentang kecelakaan itu," kata Hafsah.
"Okey, lakukanlah," kata pak Alfian karena tidak mau berdebat dengan Hafsah.
"Baik, jika begitu, saya permisi," kata Hafsah.
Pak Alfian nampak mengangguk lalu memutar tempat duduknya menghadap ke jendela.
"Jika aku menolaknya, maka dia akan terus menggangguku," gumam pak Alfian.
Hafsah mencari koran lama satu tahun yang lalu. Dan mencari berita tentang kecelakaan yang menimpa Bastian. Dia membaca dari berbagai surat kabar karena berita yang mereka kemas pasti berbeda.
Saat Hafsah menemukan beberapa koran itu, dia lalu memeriksa sebuah gambar cctv. Dan benar saja, samar-samar ada sebuah tas tergeletak dari gambar cctv yang terekam kala kejadian berlangsung. Namun pada gambar lainnya, tas itu tidak ada.
Artinya memang ada yang mengambil tas itu saat kejadian berlangsung.
Hafsah lalu pergi ke pelabuhan dan disana ada sebuah warung yang terletak tidak jauh dari lokasi kejadian.
Hafsah membawa gambar Bastian. Dan menanyakan padanya, apakah pria ini pernah makan di warungnya.
"Coba lihat sekali lagi Bu, mungkin pria ini pernah singgah untuk makan disini, karena tidak ada warung selain milik ibu," kata Hafsah.
"Ehm, gimana ya, soalnya yang makan kan banyak setiap hari, jadi saya tidak ingat siapa-siapa nya,"
Kata ibu itu, namun tiba-tiba, anaknya yang berumur 10 tahun tanpa sengaja melihat gambar yang dibawa Hafsah.
"Aku tahu pria itu!" tiba-tiba dia berbicara.
Ibunya dan Hafsah menoleh ke arahnya.
"Apa? Bagaimana kau melihatnya?" tanya Ibunya.
"Aku lihat dia bersama seorang temannya dan setelah itu duar! Kecelakaan, dan pria itu membawa tas miliknya," kata anaknya polos.
"Hush, kamu jangan sembarangan ngomong. anak kecil tahu apa. Sudah, sana main sana," kata ibunya dan dengan tertunduk anaknya lalu pergi main.
Hafsah justru mempercayai anak yang baru saja berbicara dengan polosnya.
"Ya sudah ya Bu, lain kali saya akan datang kembali," kata Hafsah lalu segera pergi dan mengikuti anak itu.
"Nak! Tunggu!" teriak Hafsah. Anak itu menoleh.
"Aku percaya apa yang kau katakan. Bisakah kau katakan padaku, ciri-ciri pria yang bersamanya?" tanya Hafsah dan anak itu nampak mengingat-ingat.
"Ehm, dia punya tanda hitam dilehernya. Seperti ini," kata anak itu menggambarkan disebuah kertas kosong yang diberikan Hafsah.
"Terimakasih, ini untukmu," kata Hafsah dan memberikan sedikit uang buat anak itu jajan.
Anak itu mengambil uang yang diberikan Hafsah lalu berlari menjauhinya.
Hafsah segera kembali ke rumah dan langsung menuju kamarnya.
Keesokan harinya, saat tahu jika Daniel sudah kembali ke negaranya, Rio datang menemui Hafsah dan mengajaknya berangkat bareng.
"Ohh ada nak Rio," sapa Bu Santi yang akan mengeluarkan semua dombanya untuk makan rumput liar.
"Iya Bu, kebetulan saya akan ke kota pagi ini, saya ajak Hafsah pergi bersama," kata Rio pada Santi.
"Silakan masuk dulu," kata Bu Santi.
"Saya tunggu disini saja," kata Rio.
"Ayo, aku sudah siap," sapa Hafsah saat melihat Rio. Rio segera bangun dan berpamitan pada Bu Santi.
"Iya, hati-hati dijalan," jawab Bu Santi.
Saat siang hari, pak Hari datang ke rumah pak Raden. Dan tidak biasanya, pak Hari akan datang dengan membawa banyak sekali buah segar.
"Ini untuk Hafsah," kata Pak Hari dan memberikan buah itu pada Bu Santi.
"Aduh pak, kok repot-repot pake bawa buah segala," kata Bu Santi merasa sungkan.
"Ngga papa Bu, akhir-akhir ini saya lihat Hafsah dekat sekali dengan Rio," kata Pak Hari duduk bersama mereka diruang tamu.
"Ohh, iya pak Hari, Rio sering kemari dan bersama Hafsah ke kota," kata pak Raden beramah tamah dengan orang yang sudah menyewakan lahan dan rumah pada keluarganya.
"Iya, mereka nampak serasi ya pak," kata pak Hari dan membuat Pak Raden serta Bu Santi saling bertatapan lalu tersenyum.
"Gimana ya, sebagai orang tua, saya juga melihat jika Rio dan Hafsah sama-sama sudah dewasa dan untuk itu, saya berfikir untuk menjodohkan mereka berdua, bagaimana menurut pak Raden dan Bu Santi?"
Pak Raden serta Bu Santi serta merta sangat terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh pada Hari.
"Ehm, gimana ya pak, kami harus berbicara dulu dengan Hafsah, karena kan bapak tahu sendiri, anak sekarang itu berbeda dengan zaman kita dulu," kata Bu Santi ramah tanpa mengurangi rasa hormatnya pada pak Hari.
"Ohh, itu sih ngga papa. Pak Raden dan Bu Santi bisa tanya dulu dengan Hafsah," kata pak Hari.
Mereka lalu berbicara dan tanpa terasa sudah satu jam pak Hari disana. Pak Hari pun lalu berpamitan dengan Pak Raden dan Bu Santi.
Hafsah keluar dari kamarnya dan saking sibuknya dia tidak tahu jika Pak Hari baru saja membicarakan tentang perjodohannya dengan Rio.
"Siapa tadi buk?" tanya Hafsah saat melihat buah begitu banyak diatas meja.
"Ohh, itu pak Hari, nih kamu dibawain buah, makan gih," kata Bu Santi sambil memetik beberapa buah anggur yang diberikan pak Hari.
"Ehm, tumben buk, ada apa emangnya?"
"Sini nak, duduk sini," kata Bu Santi.
"Sebenarnya pak Hari datang karena ada yang ingin dibicarakan dengan kami,"
"Masalah apa buk?" tanya Hafsah.
"Itu, sebenarnya kamu mau dijodohkan sama Rio," kata Bu Santi pelan.
"Apa Bu?" Hafsah langsung kaget dan hampir saja tersedak saat dia makan anggur pemberian dari pak Hari.
"Terus ibu jawab apa?" tanya Hafsah menatap cemas pada ibunya.
"Ibu bilang, akan memberi kabar nanti setelah berbicara denganmu," kata ibunya.
"Hafsah sedang banyak masalah saat ini, dan Hafsah belum memikirkan untuk menikah Bu," kata Hafsah lemas dan lesu.
Ibunya mengangguk dan membelai rambut putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments