Bab 6- Kedatangan Daniel

Hari ini Hafsah terlihat sangat sedih. Bagaimana tidak? Labtopnya malah rusak, padahal dia bekerja dengan menggunakan labtop itu.

Hari ini dia sedang duduk menunggu di luar, karena labtobnya sedang di perbaiki.

Sementara, Daniel berusaha membantu Hafsah dengan pergi ke negara Sweden untuk mencari alamat temannya itu yang bernama Bastian Theo Oliver.

Dia mendapatkan datanya dari seorang kepala sekolah yang mengenal baik papa Daniel. Maka dia segera memesan bisa dan akan pergi ke negara Sweden.

Setelah sampai disana, dia pergi sebuah ruang yang sudah tidak terurus karena ternyata sudah tiga tahun yang lalu, keluarga Oliver telah pindah ke ibukota.

Maka Daniel tidak bisa bertemu dengan keluarganya disana. Dan berkat bantuan seorang tetangganya yang pernah bekerja pada keluarga Oliver, maka dia mengantarkan Daniel ke kota dan sampai disebuah gedung mewah dan megah.

Gedung itu merupakan kantor utama perusahaan pizza Jamuer yang sering dimakan oleh Hafsah dan juga Pria Amnesia.

"Aku mengantarkanmu sampai disini, kau bisa bertemu dengan Presdir dan katakan apa tujuanmu datang," kata pria itu lalu pergi. Karena dia sebenarnya sedang sangat sibuk, namun dia kasihan melihat Daniel yang jauh dari negara tetangga telah datang mencari keluarga Oliver.

"Terimakasih, dan ini untukmu," kata Daniel lalu memberikan sedikit uang pada pria itu.

Daniel lalu masuk kedalam dan mengatakan keinginanya untuk bertemu dengan Presdir pada seorang resepsionis.

"Aku Daniel dan bisakah bertemu dengan Presdir?"

"Apakah anda sudah membuat janji?" tanya Resepsionis.

"Belum,"

"Hari ini Presdir sedang ada rapat penting, jika anda mau menunggu, silahkan duduk disana," kata Resepsionis pada Daniel.

"Baiklah, saya akan menunggu saja," Daniel lalu memilih untuk menunggu dikantor Oliver.

Berulang kali Daniel berusaha menghubungi Hafsah namun karena labtopnya sedang diperbaiki maka, dia tidak bisa memberitahu jika dia sedang berada di perusahaan Oliver.

Hafsah masih menunggu dan berharap jika laptopnya sudah bisa diperbaiki.

"Sudah Bu," kata seorang laki-laki muda sambil membawa labtop Hafsah.

"Terimakasih," kata Hafsah yang sudah membayar semua biaya reparasi yang cukup mahal karena dia tidak mengantri dan minta untuk disegerakan.

Hafsah segera pulang kerumahnya karena untuk pergi ke penjara sudah terlalu sore.

Dan saat diperjalanan, sebuah mobil berhenti tepat disampingnya. Rio memanggilnya dari dalam mobil.

"Ayo naik, aku juga akan pulang," seru Rio dari dalam.

Hafsah yang masih kaget segera menoleh dan tersenyum lalu mengangguk pada Rio.

"Kau baru pulang jam segini?" tanya Rio pada Hafsah.

"Ya, aku terlambat pulang, labtopku rusak dan aku memperbaikinya,"

"Ohh, apakah bisa atau..."

"Syukurlah, semua datanya tidak hilang," kata Hafsah dan terlihat perubahan pada air muka Rio.

Nampak dia menyembunyikan rasa kesalnya dan berusaha tersenyum pada Hafsah.

"Aku dengan kau sedang menangani kasus seorang pria asing," kata Rio.

"Ohh, kau tahu darimana?"

"Ibumu yang mengatakanya,"

"Ohh, ibu, kenapa harus mengatakanya pada mu?"

"Tidak papa, mungkin ibumu sudah menganggapku sebagai keluarganya sendiri,"

"Tapi seharusnya ibu tidak boleh bercerita sembarangan tentang klienku,"

"Tidak, ibumu tidak mengatakan apapun, hanya itu saja,"

"Ohh," Hafsah nampak mendesah.

"Kenapa tidak menyerah saja dan cari kasus yang lebih mudah," kata Rio.

"Ini bukan hanya karena aku seorang pengacara namun terlebih karena aku kasihan padanya. Atau keluarganya yang mungkin merasa kehilangan setelah satu tahun tidak mengetahui kabar nya. Sedangkan disini, dia sedang menjalani hukuman,"

"Dia hilang ingatan?"

"Ya, dia menderita amnesia karena benturan keras saat terjadi kecelakaan itu,"

"Ohh, lalu bagaimana dengan orang yang melukai mu waktu itu? Apakah polisi sudah menangkapnya?"

Hafsah nampak menggelengkan kepalanya.

"Belum, tidak ada jejak apapun, bahkan aku tidak tahu kenapa dia menembakmu waktu itu,"

"Pernahkah terpikirkan olehmu, bisa saja dia punya hubungan dengan Pria Amnesia atau kasus yang sedang kau tangani. Lalu dia tidak menyukainya dan akhirnya, melukaimu?"

Hafsah mengernyitkan alisnya.

"Benarkah? Kenapa aku tidak pernah berfikir seperti itu sebelumnya,"

"Apa yang kamu pikirkan sekarang?"

"Artinya, ada beberapa orang uang pernah ditemui oleh Pria Amnesia sebelum kecelakaan itu terjadi," kata Hafsah.

"Oh My God, bukan itu yang aku maksud. Mungkin nyawamu berada dalam bahaya jika kau menangani kasus pria asing itu,"

"Aku tahu, aku harus membuktikan sesuatu,"

Kata Hafsah pelan.

Mereka sudah sampai dihalaman rumah dan Hafsah lalu turun.

"Terimakasih tumpangan nya,"

"Sama-sama," Rio lalu pergi meninggalkan rumah Hafsah untuk kembali pulang.

Sampai dirumahnya, Pak Hari menegur putranya.

"Kau sepertinya mulai dekat dengan anaknya pak Raden akhir-akhir ini," kata Pak Hari menegur Rio.

"Ohh, biasa saja, kebetulan kami searah dan tadi pas aku pulang, menjumpainya dijalan," sahut Rio.

"Dia cantik dan berpendidikan,"

"Maksud bapak?" Rio mengambil kue diatas meja lalu menoleh pada ayahnya.

"Kenapa tidak kau dekati sekalian kau jadikan istri, kalian bisa menjadi pasangan yang serasi," kata Pak Hari.

"Apa? Ah, Rio belum berfikir sejauh itu pak, Rio masih suka hidup sendiri," jawab Rio lalu pergi ke kamarnya.

Sampai dikamarnya dia membuka lemari besar yang jarang dia buka.

Dia lalu mengeluarkan tas berisi uang dolar yang sangat banyak, tas itu adalah milik pria yang waktu itu kecelakaan dan dia ambil tas serta semua identitasnya.

Dia mengambil beberapa lembar lalu memasukkan tas itu kembali dan mengunci pintu rapat-rapat.

Uang itu dalam pecahan dolar dan nilainya mencapai miliaran rupiah.

Setelah sekian lama dia hanya menyimpannya saja, sekarang dia mulai menggunakan uang itu untuk berbelanja.

Sementara Hafsah masuk kedalam kamar dan mendapat pesan dari Daniel. Jika saat ini Daniel sedang makan bersama kedua orang tua temannya.

Di Sweden.

Presdir serta istrinya terkejut saat melihat foto putra semata wayang mereka yang berada dalam jeruji besi dan bahkan hilang ingatan.

"Dia menghilang selama setahun, kami sudah mencarinya kemana-mana, dan tidak pernah menduga jika dia akan pergi ke negara itu," kata Nyonya Eliza.

"Bastian juga tidak pernah bercerita apapun sebelumnya, kami sampai mengira jika dia sudah tiada," kata Tuan Theo.

"Seorang pengacara muda, bernama Hafsah tertarik dengan kasus ini dan sekarang berusaha mengembalikan identitas Bastian," kata Daniel.

"Kami akan mengatur perjalanan ke sana untuk melihatnya," kata Tuan Theo.

"Kau ikutlah dengan kami," kata Nyonya Eliza pada Daniel.

"Baiklah," Daniel lalu menginap dirumah Presdir yang merupakan orang tua Bastian.

Saat didalam kamar, dia mengirim gambar pada Hafsah jika dia sudah menemukan keluarga kliennya yang bernama asli Bastian Theo Oliver.

Hafsah mengucapkan rasa terima kasihnya pada Daniel karena bersedia membantunya bahkan sampai pergi ke negara itu. Dan Hafsah akan mengganti semua uang yang dihabiskan Daniel.

Namun Daniel menolaknya karena dia sudah punya uang dari simpanan yang akhirnya dia gunakan untuk temannya yang bernama Bastian.

Jika Hafsah yang tidak kenal Bastian saja peduli padanya, lalu kenapa dia yang pernah dibantu oleh Bastian dulu saat masih sekolah, tidak berusaha untuk membantunya juga.

Karena lama termenung, maka Daniel akhirnya membantu Hafsah mengembalikan identitas dan ingatan Bastian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!