Dingin

Menjelang waktu malam Yudha dan Adisti baru saja pulang ke rumah tidak ada yang istimewa dari gerak-gerik keduanya namun beberapa orang menganggap hal itu berbeda, jika Eyang dan Bi Ida menampilkan ekspresi yang bahagia maka lain dengan Dara dan juga Angga.

Pria itu baru saja akan pulang ke rumahnya namun sayangnya saat di luar dia malah menjumpai bagaimana Adisti turun dari mobil Tuannya.

Entah apa hubungan antara Tuannya dan Adisti sehingga kedua orang itu bisa bersama sejak pagi sampai sekarang?

Dara melihat semuanya bagaimana tatapan Angga melihat kedekatan Yudha dan Adisti.

"Kalian ke mana saja Mas?" bukan hanya Yudha yang menatap tidak suka pada Dara, Eyang Sari pun terlihat tidak suka dengan pertanyaan mantan istri cucunya itu, pertanyaan yang sungguh tidak bobot sekali apa yang harus di tannya jika sepasang suami-istri pergi bersama?

Angga sedikit terpengaruh dengan perkataan Dara, memangnya ke mana Yudha dan Adisti pergi?

"Bukannya Mommy tau jika Daddy kembali ke villa untuk mengambil pakaian?" Acia yang sejak tadi diam bersuara, merasa heran dengan pertanyaan ibunya, padahal ibunya yang bilang jika Ayahnya mengambil barang di Villa, lalu kenapa bertanya lagi?

Dara gelagapan dia tidak menyangka jika Cia akan menyanggah ucapan nya seperti ini.

"Ahaha... Mommy lupa nak"

Tidak mana mungkin Dara lupa, Acia tau betul pertanyaan itu sengaja Dara layangkan agar yang mendengar pertanyaan itu beranggapan yang tidak-tidak tentang Adisti.

Bisa saja Acia membiarkan rencana ibunya, tapi tidak kali ini karena Adisti sudah merawatnya semalaman penuh tadi malam, Acia hanya balas budi saja.

"Kalau begitu saya ijin ke dapur eyang" Adisti berpamitan pada Eyang meninggalkan semua orang di sana menyambut Yudha.

.

Di dapur Adisti tidak sadar ternyata Angga mengikutinya sampai ke dapur, pria itu tidak jadi pulang malah kembali ke dapur menyusul Adisti.

"Angga?" herannya melihat keberadaan pria itu, bukahkah seharusnya Angga pulang beberapa jam yang lalu?

Sopir pribadi Yudha itu tersenyum pada Adisti, kemudian dia hanya menatap wanita pujaan nya yang tengah memasukkan belanjaan ke dalam kulkas dari samping.

Adisti membiarkan saja dia fokus memasukkan barang-barang kedalam lemari pendingin.

Senyum lebar Angga lenyap begitu saja saat pengelihatan nya tidak sengaja menangkap sebuah tanda yang tidak asing di leher Adisti.

Kiss mark?

Angga menatap Adisti tidak percaya hatinya hancur melihat wanita pujaannya memiliki tanda seperti itu, apa jangan-jangan saat di Villa Adisti dan Yudha melakukan hal yang tidak senonoh?

"Ada apa?" Adisti mengerutkan dahinya melihat Angga yang menatapnya begitu tajam dan.....Marah..?

"Angga?" Adisti menyentuh lengan pria di hadapannya.

Plak!

Eh?

Adisti menatap tangannya yang baru saja di tepis oleh Angga.

"Oh? Maaf kan aku Adisti, karena melamun aku jadi tidak sadar" Angga tertawa canggung, dia tidak boleh berpikir sembarangan bisa jadi bekas itu hanya gigitan nyamuk kan?

Sebenarnya Adisti masih tidak yakin dengan jawaban Angga, tapi daripada masalah ini semakin besar dia hanya mengiyakan saja.

Suasana kembali seperti biasa ada Angga yang selalu menggoda Adisti di sana, walaupun pria itu masih belum mendapatkan jawaban dari apa yang ia lihat barusan dia tidak Ingin membuat Adisti tidak nyaman.

Melihat jam dinding ternyata sudah semakin larut, sudah waktunya ia pulang kerumah nya.

"Adisti aku pulang dulu ya" pamit Angga.

Adisti mengangguk "Hati-hati ya, ini sudah malam"

"Sip!"

Setelah kepergian Angga Adisti kembali ke ruang tamu untuk melihat apakah semua orang sudah beristirahat atau belum.

Tidak semua, Eyang Yudha dan Dara masih betah duduk di sana, hanya Acia yang tidak terlihat sepertinya gadis itu pergi tidur di kamarnya.

"Nak, bukannya pekerjaan mu banyak?" Eyang menyindir Dara yang sepertinya tidak berniat pulang dari rumahnya. tidak seperti kebanyakan Dokter sepertinya Dara sangat luang hingga sanggup menginap berhari-hari di rumah milik cucunya.

Pembahasan mereka belum habis Eyang tidak akan berhenti menyindir Dara sampai wanita itu kembali pulang ke rumah nya sendiri.

Adisti meletakkan susu hangat untuk orang-orang yang masih berada di sana.

"Silahkan"

"Duduk di sini Adisti" Titah eyang pada sang menantu yang berniat pergi.

Dengan patuh Adisti duduk di samping Eyang bersebelahan dengan Yudha.

"Aku masih ingin merawat Acia sampai kondisi nya benar-benar pulih eyang" Jawab Dara menahan kesal dengan keberadaan Adisti.

"Acia tidak perlu dokter sekarang, dia sudah sembuh" sahut Eyang sengaja ingin mengusir Dara agar cepat pergi.

"Tapi..."

"Sudahlah eyang, biarkan Dara di sini dulu, lagipula Acia masih ingin bersama dengan Ibunya" walaupun Yudha masih kesal dengan ke bohongan dara semalam, tapi dia juga tidak ingin jika Acia harus ikut bersama dengan Dara hanya karena putri nya itu ingin bertemu ibunya.

Yudha tidak bisa mengawasi Acia jika gadis itu pergi bersama ibunya.

Eyang terdiam dia sedikit melirik Adisti ketika jawaban tak terduga itu keluar dari mulut cucunya.

"Berhenti membela wanita yang bukan lagi istrimu"

Yudha memijit pelipisnya lelah, dia hanya ingin cepat istirahat tapi sepertinya eyang tidak juga ingin menyudahi pembicaraan ini.

Dalam hati Dara tersenyum penuh kemenangan mendengar pembelaan Yudha, apakah pria itu masih menganggapnya seperti dulu? itu berarti Yudha sudah memaafkan kesalahannya saat di Villa.

Adisti bingung harus apa posisinya saat ini membingungkan apakah harus membela suaminya atau Eyang?

"Sudah cukup istirahatlah kalian" Usir eyang, tidak ada gunanya juga berbicara hal yang sama terus-menerus, biarkan mereka mendapatkan balasan dari semua yang mereka lakukan.

Yudha di ikuti Adisti berjalan menuju kamar mereka sebelum sebuah panggilan menghentikan mereka.

"Mas!"

Yudha dan Adisti menoleh ke arah sumber suara.

Helaan nafas panjang keluar dari bibir Yudha melihat keberadaan Dara di depan kamarnya.

"Apa?!" geram Yudha kesal, lagi-lagi pengganggu ini datang.

Dara memainkan kukunya gugup dia bingung harus memulai dari mana.

"Terimakasih sudah membela ku tadi"

Yudha mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti.

"Siapa yang membela kamu?" Sahut Yudha.

Adisti melirik Yudha dan Dara bergantian, ucapan suaminya itu pasti menyakiti Dara.

Ibu kandung Acia itu tersentak mendengar jawaban Yudha.

"Tapi tadi..."

"Sudahlah! biarkan kami istirahat"

Dara menatap sendu punggung Yudha dan Adisti yang menghilang di balik pintu kamar, perkataan Yudha seakan menjelaskan jika pria itu tidak membelanya dengan sengaja.

Tapi dia tidak boleh menyerah, hanya karena perkataan Yudha tidak akan membuatnya menjadi putus asa seperti ini.

Masih ada banyak waktu untuk membuat Yudha kembali kepadanya lagi, pembelaan Yudha tadi membuktikan jika pria itu masih memberikan harapan untung hubungan mereka berdua

.

.

Adisti membiarkan Yudha berbaring dengan tenang mengisi seluruh kasur dengan tubuh jangkungnya itu, jika seperti ini itu tandanya Yudha tidak ingin di ganggu sudah pasti Adisti harus tidur di Sofa.

"Mas perkataan mu pada nyonya Dara tadi, bukankah sedikit keterlaluan?" Adisti membuka suaranya, Yudha yang baru saja ingin memejamkan matanya tidak jadi karena suara istrinya.

"Jangan mulai Adisti, tidur sekarang" desis Yudha merasa terusik.

"Maaf aku hanya-

"Tidur!"

Adisti menghela nafas wanita itu berjalan menuju lemari untuk mengambil barangnya, Mengambil selimut dan bantal di dalam lemari lalu Adisti kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa, ia tidur menyamping menghadap ke arah Suaminya.

Sebelumnya mereka baik-baik saja tapi setelah tiba di rumah Yudha seolah-olah tidak pernah merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan saat di Villa.

Pria itu berubah menjadi Yudha yang dingin, dia heran kenapa orang bisa berubah begitu cepat? untung saja dia sudah mempersiapkan hatinya, lagi pula sikap Yudha yang berubah-ubah ini bukan pertama kalinya jadi dia sudah terbiasa.

Adisti tidak bisa tidur karena seharian ini dia hanya tiduran di Villa jadinya malam ini dia tidak mengantuk, malam itu hanya di gunakannya dengan melamun dan membayangkan kehidupan pernikahan yang ia jalani bersama Yudha.

Selama ini dia tidak pernah sakit hati karena ucapan suaminya maupun Putri sambungnya, dia selalu menerima semua hinaan untuknya dengan lapang dada, karena memang dia sama sekali tidak berharap pada hubungan yang buram ini bersama dengan Yudha dan keluarganya.

Tapi...apakah dia masih bisa bertahan? sekuat apa pun hatinya jika terus di lukai maka semuanya akan sia-sia.

Lalu apa yang harus dia lakukan?

TBC .....

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

ya udah kalo gak dianggap, minta cerai aja lah... Mending hidup sendiri aja drpd sakit ati melulu

2023-10-24

1

Enies Amtan

Enies Amtan

msh setia ..

2022-10-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!