Adisti menyiapkan Makan malam bersama dengan Bi Ida dan Tari mereka memasak sambil bercanda dan bercerita banyak hal.
Terutama Tari yang seperti tidak pernah kehabisan topik untuk menceritakan segala pengalaman yang ia miliki selama hidup di dunia.
"Adisti Buat minuman nya ya, bibi dan Tari akan menyiapkan makanan nya di meja makanan" Ucap Bi Ida sambil menenteng lauk-pauk di tangan nya.
"Baik Bi"
BI Ida dan Tari menyiapkan makanan di meja, lalu wanita paruh baya itu menyuruh Tari memanggil Para Majikan untuk makan bersama.
Sedangkan di dapur Adisti tengah berkutat dengan jus yang sedang ia buat untuk Nona dan Tuan nya, saat tengah menuangkan jus tersebut kedalam gelas tiba-tiba saja Adisti terkejut saat sebuah sapuan di lehernya terasa menggelitik.
Akibatnya gelas yang dia pegang sedikit oleng dan menumpahkan isinya.
"A-angga? apa yang kamu lakukan?" Adisti tidak menyangka Angga berani menyentuh nya seperti ini.
"Oh? maaf ada serangga tadi di leher mu" Angga tersenyum ganjil pada Adisti.
Apalagi ketika melihat tanda di leher Adisti yang belum hilang dan apakah cuma perasaan nya saja atau bukan tanda itu terlihat lebih jelas dari terkahir ia lihat.
Angga tersenyum sinis
Ada yang salah dengan Pria di hadapannya ini, itulah yang Adisti rasakan, Angga yang dia kenal tidak mungkin bersikap seperti ini.
Dari senyumnya saja sudah terlihat berbeda.
Sambil menutupi lehernya Adisti menatap kearah Angga.
"K-kamu baik-baik saja kan?" Tanyanya sedikit ragu.
Angga tersenyum lebar tapi Adisti merasa jika senyum itu tidak tulus.
"Berapa?"
Adisti mengerutkan dahinya bingung dengan pertanyaan Angga.
"Apa maksudnya?"
"Harga dia membayar mu?"
Deg
Adisti tidak salah dengarkan? apa yang pria itu tanya kan padanya sekarang? Harga apa yang Angga maksud?
Kini dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Angga menatap nya jijik?
"Adisti! antar minumannya"
Teriakan bi Ida dari luar menyadarkan Adisti, wanita itu menatap Angga sebentar sebelum pergi meninggalkan pria itu sendiri.
Angga menatap datar punggung Adisti yang menjauh darinya dengan perasaan yang tidak bisa di ucapkan.
Bahkan efek dari pertanyaan Angga tadi masih terasa di tubuhnya, gelas yang ia bawa sedikit bergetar karena masih terkejut.
"I-ini" Adisti meletakkan jus buatannya di atas meja.
Yudha menatap istrinya dengan pandangan bingung, tidak biasanya Adisti mengantarkan makanan minuman tanpa senyum di wajahnya.
Acia juga merasakan nya, tangan Adisti sedikit bergetar saat meletakkan jus di hadapannya.
"S-saya permisi" Adisti mengundurkan diri dari hadapan Yudha dan Cia.
.
Di dapur seperti biasanya para pelayan akan makan bersama-sama tapi karena ini sudah malam sebagian pelayan pulang kerumah masing-masing sejak pukul 5 sore.
Yang tersisa hanya sekitar 7 orang termasuk Adisti.
Suasana masih seperti biasanya hanya saja yang berbeda adalah Angga duduk lebih jauh adri Adisti, Tari yang sadar adanya jarak antara kedua orang itu hanya diam saja, rasanya tidak enak jika harus ikut campur urusan orang lain.
Di meja makan entah mengapa Yudha merasa ada yang tidak beres dengan istrinya, tapi dia tidak bisa berbuat apapun karena masih ada pelayan dan Acia di sini.
Srek!
Acia turun dari kursinya
"Mau kemana?" Yudha bertanya pada sang putri yang tiba-tiba saja beranjak dari kursinya.
"Ingin mengambil sendok Dad, yang itu tidak nyaman" Keluh Acia, kemudian berlalu setelah mendapat persetujuan dari sang Ayah.
Acia berjalan menuju dapur saat semakin dekat dia bisa mendengar tawa bahagia orang-orang yang tengah makan bersama, tidak seperti suasana makannya bersama dengan sang ayah yang sunyi dan sepi.
Tiba-tiba Acia berbalik tidak jadi mengambil sendok yang ia butuhkan.
"Mana sendok nya?" Tanya Yudha melihat Acia kembali tanpa membawa apa-apa.
"Tidak jadi" jawabnya
Yudha menghela nafas tadi Adisti yang terlihat murung sekarang putri nya, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada kedua wanita ini?
.
.
Selesai makan malam semua orang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing, begitu pun dengan Acia dan Yudha yang telah kembali ke kamar mereka.
Namun tatapan nya melihat pada Piring Cia yang masih utuh, gadis itu tidak menghabiskan makanannya?
"Ada apa nak?" tanya bi Ida pada Adisti.
"Eh? tidak Bi, sepertinya Acia tidak menghabiskan makan malam Nya" Bi Ida ikut menoleh pada piring milik Nona muda nya.
"Kamu benar, padahal Nona baru saja sembuh"
"Tidak apa Bi, aku akan membuatkan susu hangat untuk Cia"
Adisti membawa nampan berisi susu cokelat hangat dan sepiring puding untuk putri sambungnya.
Tok!Tok!
Sebenarnya Adisti tidak yakin apakah Acia akan menerima pemberian nya atau tidak, tapi tidak apa kan mencoba terlebih dahulu?
klek!
Pintu kamar terbuka menampakkan Acia yang sudah berganti pakaian dengan baju tidurnya.
"Ada apa?" Tanya malas
"Nona saya membuatkan susu hangat untuk anda" Adisti menunjukkan Nampan yang ia bawa.
Acia menatap apa yang Adisti bawa sebenarnya dia masih lapar tadi, tapi karena selera makannya hilang terpaksa dia menyudahi makan malam Nya, ternyata Adisti cukup peka dengan kondisi nya.
Acia membuka pintu kamar lebih lebar dari yang sebelumnya.
"Masuklah..."
Eh?
Adisti tidak percaya dengan apa yang ia dengar, Acia mengijinkan dia untuk masuk kedalam?
"Mau masuk atau tidak!" Acia kesal melihat keterdiaman Adisti.
Tidak ingin membuat putri sambungnya bertambah kesal Adisti pun masuk kedalam, kemudian meletakkan nampan nya di atas meja belajar gadis itu.
Selagi menunggu Acia menghabiskan susu dan puding yang ia bawa, Adisti merapikan kamar Acia yang sedikit berantakan dengan peralatan tulisnya.
Acia membiarkan Adisti melakukan apa yang ingin dia lakukan, toh Acia tidak perlu repot-repot membereskan alat tulisnya lagi nanti.
"Sudah"
Wanita yang tengah memasukkan alat tulis Acia kedalam tas itu menoleh dan tersenyum senang saat susu dan puding yang ia bawa habis tidak bersisa.
Seperti nya Acia tidak terlalu membenci nya sekarang, Adisti merasa senang karena perubahan ini.
"Baiklah, saya akan kembali ke bawah Nona, selamat beristirahat" Adisti tersenyum lembut pada Acia.
"Mommy sudah pulang?" tanya Acia pada Adisti yang baru saja akan keluar dari kamar.
Malam semakin larut tapi ibunya itu belum pulang juga, padahal Dara sudah tinggal di sini tapi tidak ada bedanya dengan wanita itu ada atau tidak di rumah.
"Mungkin sebentar lagi Nona" Adisti melihat raut penuh rindu di wajah Acia sangat di sayangkan gadis manis seperti Acia harus mengalami kondisi seperti ini.
"Saya permisi"
klek!
Pintu kamar Acia ia tutup dengan lirih tidak ingin menimbulkan suara yang terlalu keras.
"Sedang apa kamu di kamar Putri ku?"
Adisti yang baru saja menutup pintu kamar Acia tersentak kaget saat Dara tiba-tiba saja muncul dari belakangnya.
"Nyonya? saya hanya mengantar Susu hangat untuk Nona muda" jawab Adisti seadanya.
Dara menatap tajam Adisti, wanita yang masih mengenakan jas dokter nya itu berjalan cepat mendekati wanita pelayan itu.
"Jangan berani-berani nya kamu masuk kembali ke kamar Acia!" Peringatnya tajam jelas sekali di raut wajah dara yang sangat marah dengan keberadaan Adisti.
Sekecil mungkin Dara tidak ingin Acia memberikan perhatian pada wanita pelayan seperti Adisti.
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
heemmm...
2023-10-24
0
Enies Amtan
pelan2 acia jg luluh hatinya
2022-10-18
0