Belum Mandi

Pagi-pagi sekali Yudha menelepon Angga untuk menjemput mereka di rumah sakit pusat Tuannya tidak mengatakan hal lain selain memintanya menjemput mereka, yang membuat Angga bertanya-tanya adalah kenapa Yudha dan yang lainnya ada di rumah sakit? bukannya mereka pergi ke Villa di bukit?

"Mobil sudah siap Nyonya" pertanyaannya terjawab setelah sampai di Rumah sakit ternyata nona muda mereka tengah di rawat di sana.

Dara mengangguk kemudian membantu Acia bangun dari ranjang rumah sakit, mereka memang sudah di beritahu oleh Yudha kalau Angga akan menjemput di rumah sakit pagi ini.

"Bawa barang-barang yang ada di sofa" Titah Dara pada Angga, wanita itu menuntun perlahan putrinya menuju mobil.

Sebelum keluar dari ruangan Angga sekali lagi menengok ke dalam, sejak sampai dia sama sekali tidak melihat keberadaan Adisti bahkan Tuannya juga tidak terlihat di mana-mana.

Angga membantu membuka pintu tengah untuk kedua majikannya, lalu ia memutari mobil untuk menaruh barang-barang di bagasi.

"Kita berangkat sekarang Nona?" ucapnya begitu semua sudah siap

Acia mengangguk setelah itu perlahan mobil mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah sakit.

Dalam hati Angga bertanya-tanya ke mana Tuan Yudha dan Adisti? seharusnya kedua orang itu ada di rumah sakit juga kan? lalu kenapa mereka tidak ada di mana pun?

Angga sesekali melirik Acia dan Dara melalui kaca mobil ia ragu ingin bertanya, lagi pula bukan kuasanya bertanya keberadaan Adisti pada majikannya.

"Daddy akan menyusul kan Mom?" Acia yang berada dalam pelukan ibunnya mendongak menatap wanita itu.

Mendengar Tuan besarnya di sebut Angga menajamkan pendengarannya.

Dara mengelus rambut putrinya lembut, demam Acia memang sudah turun namun rasa hangat di badan gadis kecil itu belum sepenuhnya hilang.

"Iya sayang, Daddy hanya mengambil barang di Villa" Jawab wanita itu menatap sang putri

Angga turut mendengar jawaban Dara barusan perasaannya tiba-tiba saja kalut mendengar jika Yudha kembali ke Villa, itu berarti Adisti juga ikut ke sana? mereka berdua saja?

Dara bisa melihat pantulan raut cemas sopir yang tengah menyetir di depan sana, sudut bibirnya terangkat jika tidak bisa menggunakan Acia maka dia akan menggunakan orang luar ikut masuk ke dalam permainan mereka.

Beberapa menit kemudian mobil yang mereka kendarai berhenti di depan rumah mewah milik Yudha, di sana sudah ada Eyang Sari, Bibi Ida dan pelayan lainnya yang menyambut kedatangan mereka.

Acia melepaskan tangan ibunya yang berada di pundaknya kemudian gadis itu berlari mendekati eyang.

"Eyang!" pekik Acia senang menubruk wanita tua itu begitu keras, untung saja ada pelayan yang menahan bobot keduanya jika tidak mungkin mereka bisa saja terjatuh.

"Hoho Cicitku sayang, bagaimana liburannya?" Eyang sari memeluk tubuh cucunya Erat.

Di dalam pelukan Eyangnya Acia menggeleng, merasa jika liburan mereka sangat jauh dari ekspektasi yang di bayangkannya, liburan seharusnya mereka bersenang-senang tapi ini mereka malah berada di rumah sakit.

Dara berjalan mendekat pada Eyang dan Juga Cia.

"Apa kabar Eyang?" Dara tersenyum Manis di depan Eyang Sari.

Tatapan hangat eyang berubah dingin melihat keberadaan Dara, sudah pasti liburan keluarga Acia tidak akan berakhir baik jika ada Wanita pembuat onar seperti Dara.

"Sebagai seorang dokter waktu mu sangat lenggang ya?" Eyang menyindir Dara yang memang berprofesi sebagai seorang dokter. namun sepertinya wanita di hadapannya ini tidak melakoni pekerjaannya dengan sebagaimana mestinya.

Melihat akan adanya pertikaian yang terjadi Bi Ida menyuruh para pelayan pergi ke Belakang, begitu pun dengan Angga.

"B-bukan seperti itu Eyang, aku sudah mengajukan cuti untuk liburan ini" Jawabnya gugup.

Eyang tidak menjawab dia kemudian mengajak pergi Acia masuk ke dalam meninggalkan Dara seorang diri di depan sana.

Dara adalah menantu pilihannya untuk cucunya Yudha, kesan pertama melihat wanita itu Eyang sangat menyukai Dara yang terlihat sangat lembut dan anggun, bahkan saat wanita itu masih magang di rumah sakit sebelum menikah walau sibuk Dara selalu ingat Yudha dan keluarganya.

Namun ternyata semua itu hanya kedok saja, setelah resmi menikah sikap Dara berubah drastis wanita itu hanya peduli dengan karirnya daripada keluarganya sendiri.

Sampai setelah kelahiran Acia pun wanita itu tidak berubah, Dara yang memang berprofesi sebagai dokter itu semakin sibuk dari hari ke hari, dan dengan teganya wanita itu menitipkan Acia pada pengasuh yaitu Adisti.

Saat masih menjadi istri dari Yudha hampir tidak ada waktu Dara berada di rumah, karena itulah hubungan Dara dan Yudha merenggang.

Suatu hari saat Acia terkena Demam tinggi di usianya yang ke 5, Yudha sudah berkali-kali menghubungi Dara untuk memeriksa putri mereka, tapi sayangnya saat Wanita itu mengangkat panggilannya Dara malah lebih memilih merawat seorang pejabat daripada putrinya sendiri.

Eyang Sari mengingat begitu jelas bagaimana putus asanya Yudha melihat kondisi Cia yang seperti itu. Mempunyai istri seorang dokter pun tidak ada gunanya, Karena itulah Eyang hanya membiarkan saat Yudha menceraikan istrinya setelah kejadian itu.

.

.

Adisti membantu Yudha mengemasi barang-barang Dara dan Acia, lalu setelahnya barang-barang mereka berdua, karena liburannya tidak sampai satu hari tidak banyak baju yang terpakai dan sisanya masih berada dalam koper itu memudahkan mereka untuk mengemas dengan cepat.

"Sudah semua Mas" Adisti menghampiri Yudha yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam bagasi.

Brak

Yudha menutup bagasi setelah memasukkan semuanya ke dalam.

Pria itu tidak beranjak dari tempatnya berdiri, Yudha malah menyenderkan tubuhnya dengan tangan bersedekap sambil menatap Adisti. Wanita mana yang tidak malu jika dilihat seperti itu oleh pria tampan seperti Yudha begitu pun dengan Adisti yang bergerak gelisah di bawah tatapan Yudha.

Apa ada sesuatu di wajahnya? sejak semalam Adisti belum Mandi pasti Yudha merasa dirinya saat ini dekil sekali.

"A-ada apa?" Adisti terbata-bata

Yudha tidak menjawab pria itu diam-diam menahan senyumnya melihat wajah merona Adisti.

"Mas.." Rengek Adisti melihat Yudha hanya diam saja sambil menatapnya.

Tawa lirih Yudha terdengar setelah mendengar rengekan Adisti yang sudah berada di ambang batas rasa malunya.

"Baik-baik, tolong ambil barang yang tertinggal di kamar kita" Ucap Yudha

Adisti mengerutkan dahinya, barang apa?

"Bukanya sudah semua?" bantahnya merasa tidak ada yang tertinggal.

Yudha memicing tajam mendengar bantahan sang istri.

"Kamu menolak perintah saya?" Sahutnya dingin.

Glek

Adisti hampir lupa jika Yudha adalah orang yang tidak bisa di bantah, hanya karena melihat tawa lepas pria itu tadi Adisti hampir saja melupakannya.

Tidak ingin memancing kemarahan Yudha, Adisti langsung masuk lagi ke dalam Villa untuk mengambil barang yang Yudha maksud.

Srek!

Di mana barangnya?

Adisti mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan mencari benda yang di maksud Yudha.

Saat tengah mencari barang tiba-tiba saja sebuah lengan kekar seseorang memeluk pinggangnya Erat dari belakang.

"Kyaaa!" Jerit Adisti terkejut mendapati pelukan tiba-tiba.

Adisti menoleh dan melihat wajah Yudha yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Mass!"

Yudha tertawa melihat raut wajah ketakutan Adisti pria itu menambah kekuatan pada pelukan sampai Adisti kesulitan bernafas.

"Kita tidak akan langsung pulang begitu saja kan?" Yudha berbisik lirih di samping telinga sang istri.

"Memangnya Mas mau apalagi di sini?" tanya Adisti bingung, tujuan mereka kan hanya mengambil kembali barang-barang.

Yudha membawa tubuh mungil istrinya menuju kasur yang Sudah menunggu mereka di sana.

Bruk

Adisti meringis dengan tanpa perasaan Yudha mendorongnya ke atas kasur begitu saja, Yudha mengurung Adisti di antara kedua lengannya tatapan penuh hasrat di layangkan pada tubuh istrinya yang tengah berbaring di bawah Kungkungannya.

"Tidak ada waktu untuk melakukannya Mas, semua orang pasti menunggu di rumah" Adisti mencoba menghalau Yudha yang berusaha mencium wajahnya.

Cup!

Terlambat Yudha sudah berhasil mencium bibirnya.

"Jangan menolak!"

Bukannya menolak tapi masalahnya Adisti belum Mandi, bagaimana jika Yudha ilfil karena mencium bau tubuhnya?

"Anggap saja kita sedang berbulan madu" bisik Yudha di depan bibir Adisti.

Melihat bagaimana tatapan Yudha yang sepertinya sangat bernafsu itu membuat Adisti tidak tega, bagaimana mun kewajibannya adalah melayani suaminya.

"Tapi aku Belum Mandi" Cicit Adisti malu.

Yudha tersenyum "Memangnya kenapa jika belum mandi?" tanyanya, toh setelah ini mereka akan Mandi.

"A-aku bau" Adisti langsung menutup seluruh wajahnya malu.

Yudha mengerutkan alisnya bau dari mana?.

"Benarkah?"

Tanpa aba-aba Yudha langsung mengendus leher Adisti berkali-kali.

"Mas" Geli Adisti saat Yudha mengendus lehernya.

Lalu Yudha mengendus benda favoritnya yang berada tepat di depan wajahnya, menenggelamkan wajahnya di sana cukup lama sebelum kembali menatap sang istri.

"Di mana yang bau?" Yudha tidak mencium aroma tidak sedap dari tubuh istrinya.

Adisti tersenyum lembut kemudian mulai menerima sentuhan-sentuhan yang di berikan oleh suaminya itu. biar saja mereka menikmati waktu ini berdua saja toh sampai rumah belum tentu mereka bisa merasakan kebersamaan ini.

Apalagi sikap Yudha yang bisa saja berubah-ubah, mungkin di sini dia bersikap manis belum tentu saat di rumah sikap Yudha semanis ini.

TBC.....

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

auto adik Acia otw nih

2023-10-22

1

Awan Mendung

Awan Mendung

bau bau sedap 😅😅😅

2022-10-19

1

Enies Amtan

Enies Amtan

kesempatan nih ber 2an

2022-10-18

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!