Villa dan Tugas

Angga berjalan menghampiri Bi Ida yang sedang membersihkan dapur, hari ini Tuan Yudha tidak membutuhkan supir pribadi, karena beliau ingin menyetir sendiri katanya karena itulah Angga berada di rumah saat ini. Batinnya terus bertanya-tanya mengenai ke ikut-sertaan Adisti pada acara liburan tuan Rumah mereka.

Karena itulah dia ingin mencari jawaban langsung dari Bi Ida, ada perasaan ragu sebenarnya namun tidak ada salahnya kan beratanya?

"Nak Angga? ada apa?" Pekerjaa nya sudah selesai dan saat ia ingin pergi ada Angga yang tengah berdiri menghalangi pintu. pria itu sepertinya membutuhkan sesuatu.

Angga menggaruk belakang kepalanya canggung, karena sudah ketahuan lebih baik langsung tanya saja.

"Bibi aku ingin bertanya sesuatu" ujarnya tidak kentara jika pria itu gugup.

"Tanyakan saja nak" wanita paruh baya itu tersenyum lembut, namun senyumnya memudar bersamaan dengan nama Nyonya nya di sebutkan.

"Ini tentang Adisti Bi"

Sudah jelas Angga akan bertanya mengenai Adisti, bukan hanya Angga mungkin pelayan lain juga penasaran kenapa Adisti ikut liburan Tuan Rumah mereka.

"Ada apa dengan Adisti?" Bi ida menanggapi perkataan Angga dengan santai

"Apa hubungan Adisti dengan orang rumah ini?" pertanyaan yang sejak ia pendam ketika melihat Yudha keluar dari dapur saat  itu akhirnya berhasil ia utarakan.

Angga awalnya tidak merasa curiga sedikit-pun pada Adisti, sikap eyang yang sangat menyayangi Adisti pun Angga bisa mengerti, tapi dia mulai merasa curiga dan tidak nyaman saat melihat Yudha dan Adisti seperti memiliki hubungan yang di sembunyikan.

"Seperti yang kamu lihat" jawaban Bi Ida semakin membuat Angga kebingungan, Ada alasan kenapa dia bertanya pada Bi Ida karena wanita itu tinggal di rumah ini bersama dengan Adisti sudah pasti jika dia tau hubungan Adisti dengan Yudha.

Tapi sepertinya kepala pelayan tidak mau memberikan jawaban pasti untuk pertanyaannya. sudah pasti Bi Ida tau hubungan Adisti dan orang di rumah ini namun wanita tua itu tidak bisa memberitahunya.

"Nak Angga, bibi tidak bisa menjawab apa pun, tapi kamu akan tau saat waktunya tiba nanti" Di tepuknya pundak Angga lembut, Angga menyukai Adisti sudah pasti pria itu ingin tau segala hal yang berkaitan dengan wanita yang ia cintai.

Wanita paruh baya itu melenggang melewati Angga pergi meninggalkan pria itu dengan pikiran bercabang di kepalanya.

Kapan? sampai kapan dia harus menunggu? walaupun menyukai Adisti dia sama sekali tidak tau apapun mengenai wanita pujaan hatinya itu.

.

.

Perjalanan menuju Villa pribadi keluarga Kara memerlukan setidaknya hampir satu jam perjalanan untuk sampai ke sana. ditambah lagi jalan berliku yang menanjak membuat Yudha harus berhati-hati ketika membawa mobil sampai ke atas bukit sana.

Adisti duduk tidak nyaman di depan tepat di samping Yudha yang tengah menyetir sebenarnya ia ingin duduk di belakang tapi Acia merengek jika dia tidak mau duduk dengan pembantu sepertinya, alhasil dia menjadi duduk di kursi depan dengan perasaan tidak nyaman saat ini,

Yang membuatnya tidak nyaman adalah tatapan Dara di belakang sana, walaupun tanpa menoleh ke belakang ia tau betul jika Dara tengah menatapnya tajam dari tempatnya duduk.

Dara mengumpat dalam hati melihat Adisti bisa duduk bersebelahan dengan Yudha seperti sekarang ini, jika saja Acia tidak merengek tadi mungkin dia lah yang berada di depan sana bersama dengan Yudha.

"Ambilkan saya minum" Hening yang tadinya mengisi perjalanan mereka ber-empat setelah Acia tidur, terpecah saat Yudha meminta minum pada Adisti lewat lirikan matanya.

Dengan sigap wanita itu mengambil air mineral dari dalam tasnya lalu menyodorkannya ke arah Yudha, tapi ternyata Dara terlebih dahulu melakukannya.

Wanita itu mengulurkan air yang ia bawa pada Yudha, bahkan berkat aksinya itu dia sampai rela menyingkirkan kepala Acia yang sejak tadi ada di pangkuannya ke bawah untung saja gadis itu tidak bangun.

"Ini Mas" sodornya dengan senyum penuh di wajahnya

Yudha tidak bergeming sedikit-pun, malahan Yudha melirik Istrinya yang ternyata juga menatap bingung ke arahnya.

"Adisti berikan saya air" Perkataan Yudha barusan menjelaskan jika pria itu hanya menginginkan air dari istrinya bukan orang lain.

Senyuman di wajah Dara seketika menghilang Yudha menolak air pemberiannya secara langsung, rasanya sangat malu saat Adisti juga mendengar bagaimana Yudha menolaknya.

Adisti berdehem menghilangkan canggung kemudian ia menyodorkan air dalam botol yang sudah di beri sedotan agar Yudha bisa meminumnya dengan nyaman.

Setelah drama tidak di duga itu akhirnya suasana mobil kembali hening, Adisti tidak mengalihkan perhatiannya dari jalanan yang ditumbuhi pepohonan menjulang di luar sana. Karena itu dia tidak tau jika sejak tadi Yudha terus mencuri pandang ke arahnya.

Sayangnya Yudha juga tidak tau jika di belakang sana Dara melihat adegan itu dari awal, dadanya terasa begitu sesak melihat bagaimana Yudha sesekali melirik pada Adisti seolah wanita itu satu-satunya yang menjadi poros matanya menuju.

Apakah tidak ada lagi kesempatan untuknya?

Perjalanan mereka terhenti setelah mobil mulai memasuki kawasan Villa, Yudha menyuruh semuanya turun sedangkan pria itu pergi memarkirkan mobilnya di garasi.

"Waah! indah sekali" pekik Acia senang, gadis itu terbangun begitu mobil berhenti tadi seolah tidurnya tadi adalah pengisi energi Acia tidak begitu senang berlarian di taman yang begitu indah.

Adisti sendiri hanya bisa terdiam sambil menatap bangunan indah yang tersaji di depannya, tidak henti-hentinya decakan kagum keluar begitu saja dari bibirnya. Villa bergaya tradisional jepang berdiri kokoh di hadapannya di depan pintu masuk mereka harus melewati jembatan kayu yang di bawahnya kolam berisi ikan koi berwarna-warni.

"Ayo masuk"

Bangunan dalam jauh lebih indah dari pemandangan luarnya, memang tidak sebesar rumah milik Yudha tapi villa ini terasa sangat nyaman dan sejuk. semuanya terbuat dari kayu mulai dari lantai dinding dan juga pintu.

"Pilih kamar kalian sendiri" Yudha kembali bersuara.

Kamar yang ada di Villa memang cukup banyak jadi mereka bisa memilih sendiri kamar yang diinginkan. Dara tersenyum sudah pasti dia akan memilih kamar yang lebih dekat dengan Yudha.

"Aku kamar yang itu" Tunjuk Dara pada pintu Shoji berwarna putih berlambang bunga sakura kamar itu berada di pojok selatan Villa. bukan tanpa alasan kenapa dia memilih kamar itu karena Yudha sudah pasti menempati kamar yang berada di depannya.

Ini bukan pertama kalinya ia kemari, saat menjadi istri Yudha dulu dia pernah sekali di ajak kemari saat ulang tahun pernikahan mereka dulu dan kamar bernuansa biru malam itulah yang menjadi tempatnya dengan Yudha dulu tinggal.

Acia memudarkan senyumannya, "Mommy Acia ingin tidur dengan mommy" Rengek Cia, Gadis itu memiliki kamar pribadinya sendiri dan niatnya adalah memamerkan disain kamarnya pada sang ibu.

'Astaga!' Dara tersenyum paksa sejak tadi Cia terus menguras emosinya, gadis itu terus membuatnya kehilangan kesempatan menjadi lebih dekat dengan Yudha.

"Sayang, kamu sudah besar kan? tidur sendiri ya?" Bujuk Dara dengan lembut tidak akan berjalan lancar rencana nya untuk mendekati Yudha jika Cia terus menempel seperti sekarang.

Gadis berusia 9 tahun itu menatap ibunya dengan pandangan berkaca-kaca sudah lama dia ingin berlibur bersama ibunya seperti ini tapi sepertinya hanya dia saja yang senang.

Acia berlari menuju kamar miliknya dengan perasaan yang kacau meninggalkan ketiga orang dewasa di sana begitu saja.

"Tidak bisakah kamu mengalah?" Sejak dulu maupun sekarang Dara tidak pernah mengalah pada putrinya, keinginan sekecil apapun yang diinginkan Acia selalu berat untuk di kabulkan oleh Dara.

Inilah salah satu penyebab perpisahan mereka, Keegoisan Dara sering-kali membuatnya dan Acia sakit hati tapi seolah tidak melakukan kesalahan Dara terus saja mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali sehingga membuatnya muak.

Semuanya masih bisa Yudha maafkan namun ada satu kejadian yang membuatnya langsung menceraikan Dara begitu saja setelah kejadian itu.

"Bukan seperti itu Mas, Acia sudah besar sekarang, aku hanya ingin dia lebih berani" Jawaban Dara malah membuat Yudha semakin emosi.

Yudha menjadi tau jika Dara tidak mengerti apa-pun mengenai putri kandungnya sendiri, apa kata nya? berani? Acia bahkan sudah tidur sendiri sejak dia kecil tanpa mengeluh apakah itu tidak cukup berani? dan sekarang saat gadis itu ingin bermanja dengan ibunya Dara tidak mengerti juga.

"Dia lebih berani dari yang kamu kira, bukankah wajar bersikap manja pada Ibu yang jarang menghabiskan waktu bersamanya?"

Dara tidak bisa berkata-kata, dia membuat kesalahan yang membuat Yudha semakin membenci dirinya.

"Ah! b-bukan seperti itu, baiklah aku akan tidur dengan Acia" jawab Dara mengalah, akan lebih gawat jika Yudha semakin tidak menyukai dirinya lebih baik dia turuti saja atau semuanya akan menjadi kacau. tanpa menunggu lama Dara menggeret kopernya menuju kamar yang dipilih Cia, meninggalkan Yudha dan Adisti di sana.

Mendengar perdebatan tadi sebenarnya Adisti berniat menyingkir tapi tidak enak jika pergi begitu saja karena itulah dia menunggu di sini menjadi pendengar pertengkaran Yudha dan Dara karena masalah kamar.

"Kamar mana yang kamu pilih?" Yudha bertanya pada Istrinya yang sejak tadi diam tanpa suara di sebelahnya.

Adisti tersenyum kemudian menunjuk sebuah kamar yang berada di pojok depan posisinya berada di dekat dapur.

Yudha memicing melihat kamar yang dipilih Adisti, walaupun pergi liburan pun jiwa pembantu Adisti masih saja terikut sampai kemari.

"Saya pilih kamar yang di sana saja Tuan" Jawabnya, kamar itu lumayan dekat dengan dapur, jadi saat dia bangun tidur tanpa harus repot berjalan jauh dia bisa langsung sampai di dapur. toh hanya dia sendiri kamar yang terlalu besar juga tidak ada gunanya.

Yudha menghela nafasnya, dari sekian banyaknya kamar wanita yang kini menjadi istrinya itu lebih memilih kamar untuk pembantu?

"kamu tau kamar untuk siapa itu?" Yudha bertanya pada Adisti.

Adisti menggeleng apakah kamar itu sudah ada pemiliknya? sayang sekali padahal dia menyukai kamar itu

"Itu kamar pelayan Adisti" jawab Yudha menjawab pertanyaan nya sendiri

Wanita itu tersenyum lega dia mengira kamar itu ada pemiliknya ternyata hanmya kamar pelayan, tidak apa-apa setidaknya belum ada yang menempati kamar itu.

"Bukankah saya ikut kalian untuk hal itu?" Tanya Adisti yang langsung menimbulkan raut tidak suka di wajah Yudha.

grep!

Yudha menarik tangan istrinya kuat mengajak Adisti menuju kamar yang seharusnya wanita itu tempati di sini, mereka berjalan cukup jauh melewati banyaknya kamar yang ada, Adisti kira Yudha membawanya menuju kamar yang Dara tunjuk tadi tapi ternyata suaminya itu membawanya masuk ke dalam kamar di depanya.

Sreek!

Bunyi pintu Shoji yang bergesar terbuka dan tertutup dengan kasar.

Bruk!

"Sssh" Adisti mengelus tangan nya yang baru saja Yudha genggam, dengan kejamnya Yudha mendorongnya ke atas Futon dengan kasar.

Untung saja Futon itu cukup tebal tidak seperti yang lainnya jika Futon itu tipis sudah dipastikan pantatnya akan terasa sakit nanti.

Adisti menatap suaminya garang mereka bahkan belum berbaikan tapi kini Yudha kembali menyakitinya yang semakin membuatnya sakit.

"Saya akan koreksi ucapan mu tadi"

Adisti mengerutkan keningnya ucapan yang mana?

"Di sini tugas kamu adalah melayani saya, Hanya saya!" tegas Yudha.

Hening....

Ha?

TBC....

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

babang Yudha inih mwnya gimana sich, katanya gengsi punya istri pembantu tapi koq ngarep gitu. Aneh

2023-10-15

0

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Dara sepertinya orang egois, termasuk pada Acia

2022-12-29

0

Awan Mendung

Awan Mendung

aku penasaran dgn ema bpk s cia ,knp berpisah thor

2022-10-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!