Cocok

Tidak seperti hari biasanya Yudha sekarang lebih sering pulang ke rumah daripada lembur ataupun tinggal di kantor selama berjam-jam, karena itulah Adisti sebagai istri harus lebih memperhatikan keperluan suaminya daripada hal yang lain. Sama seperti malam-malam sebelumnya pelayan yang bekerja di rumah ini akan pulang ke rumah masing-masing pada pukul lima sore, hanya dirinya dan Bi Ida-lah yang menginap. Itu sebabnya dia harus bekerja tanpa bantuan pelayan lain.

Selepas menghidangkan makan malam untung keluarga nya Adisti bergegas menuju lantai atas di mana letak kamar tidurnya dan Yudha bersama, Wanita itu pergi untuk menyiapkan air untuk suaminya mandi dan juga pakaian yang akan pria itu gunakan.

klek!

Pintu kamar terbuka menampilkan Yudha yang tengah membawa berkas-berkas di tangan nya, melihat hal itu Adisti langsung mendekati suaminya berinisiatif membantu.

"Biar saya simpan Mas, airnya sudah siap jika Mas ingin mandi" ucap Adisti sambil mengambil alih berkas di tangan suaminya.

Pria itu diam tanpa menjawab namun tetap mendengarkan perkataan sang istri. di rasa Yudha tidak perlu bantuan nya lagi Adisti berniat keluar menuju dapur namun suara Yudha mennghentikannya.

"Ada apa Mas?"

"Saya tidak akan turun makan malam, setelah kamu selesai bawakan makanan ke kamar" Ucap Yudha, kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi begitu saja.

Adisti berjalan menuruni anak tangga menuju dapur, di meja makan hanya ada Acia yang tengah menunggu kedatangan ayahnya.

"Nona, Tuan tidak akan turun untuk makan malam, sebaiknya anda makan terlebih dahulu" Adisti memberitahukan ketidakhadiran Yudha pada gadis kecil itu, karena jika di diamkan saja gadis itu hanya akan menunggu tanpa memakan makanannya.

Acia menatap tidak suka pada Adisti

"Aku tau! pergi dari hadapan ku!"

Memang tidak asing lagi jika ayahnya jarang makan bersama dengannya, karena Acia sudah sering menghadapi hal seperti ini. Makan sendirian di meja makan yang sangat besar bukan hal biasa lagi yang ia jalani, karena itulah tidak jarang dia memanggil ibunya untuk menemaninya.

Adisti meninggalkan Acia sendiri kemudian memilih mengambil makan malam untuk suaminya, berusaha tidak peduli dengan amarah Acia.

"Kamu tidak sarapan Nak?" bi Ida menatap piring berisi makanan yang sudah pasti milik Tuan besar.

Adisti tersenyum tipis, "Masih kenyang Bi, maaf tidak bisa menemani bibi makan" ucap Adisti merasa bersalah, biasanya wanita tua itulah yang menjadi teman makan malam nya.

"Aku akan antar ini dulu ya bi"

Berpamitan dengan Bi Ida, kemudian Adisti berjalan melewati meja makan yang di sana masih ada Acia seorang diri, sambil menunduk Adisti melewati gadis itu saja.

Klek!

Saat masuk ke dalam kamar ternyata Yudha sudah duduk di atas ranjang dengan punggung bersender di senderan kasur di pangkua pria itu ada Laptop yang sudah pasti di gunakan nya untuk bekerja.

"Makanannya Mas" Adisti meletakkan makanan itu ke atas meja nakas. melihat hal itu Yudha menaruh laptopnya lalu mengambil makanan yang di bawa Adisti.

"Pijat kaki saya" Titah nya pada sang istri

Istri yang baru di nikahi Yudha itu mendekat dengan patuh, naik ke atas ranjang lalu mulai memijit kaki milik suaminya, padahal wanita itu sudah terlihat sangat lelah tapi Yudha malah menyuruh nya memijat kaki pria itu.

Yudha memakan makanannya dengan tenang sesekali melirik Adisti yang memijit kakinya. Di saat-saat seperti ini Adisti selalu merasa seperti menjadi istri yang sesungguhnya, Yudha selalu seperti ini jika hanya berdua saja dengan dirinya, pria itu tidak segan bersikap seperti seorang suami yang sangat mencintai istrinya.

Adisti tidak mengerti kenapa sikap Yudha sering berubah-ubah tapi seiring berjalannya waktu Ia tau jika Yudha hanya bersikap tidak peduli dengannya saat Acia melihat mereka. Suaminya ini tidak membencinya hanya saja dia sangat menyayangi putri nya itu sampai-sampai harus bersikap berbanding terbalik dengan kebiasaannya saat hanya berdua dengan nya seperti saat ini.

Itulah yang Adisti pikirkan selama ini.

.

.

Seperti perkataan Angga kemarin hari ini Tuan Yudha sedang menjalankan bisnis keluar kota untuk beberapa hari ke depan, dan tugas menjadi supir di gantikan oleh asisten pribadi Majikannya itu. Waktu-waktu seperti inilah yang sangat di sukai oleh Angga karena bisa menghabiskan waktunya bersama dengan Adisti berdua saja.

Seperti saat ini, Angga tengah menentang barang belanjaan milik Adisti, sedangkan Wanita itu tengah memilih sayur-sayuran segar yang berada di depannya.

'Andai saja kami sepasang suami-istri, pasti seperti ini rasanya' Angga berucap dalam hatinya, bahkan saat ini dia sudah senyum-senyum sendiri.

Adisti yang baru saja selesai melakukan transaksi dengan pedagang menengok ke belakang mencari keberadaan Angga. Alisnya saling bertautan saat melihat Angga yang tengah menatapnya sambil tersenyum tidak jelas.

Puk!

Akhirnya pria itu tersadar saat Adisti menepuk dada Angga.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya wanita itu heran

Pria itu tidak menjawab, tepukan yang dilakukan oleh Adisti di dadanya tadi sangat-lah imut.

Angga menggigit bibir bawahnya gemas.

Adisti yang tengah memasukkan sayur-sayuran ke dalam Tas khusus untuk membawa sayuran, bergidik ngeri melihat Angga yang seperti ini.

"Angga!"

"Ya?"

Pria itu masih sadar, Adisti menggelengkan kepalanya kemudian berlalu meninggalkan Angga begitu saja.

"Adisti! kenapa pergi begitu saja!" Jeritnya merasa telah di abaikan oleh sang pujaan.

Kedua orang dewasa itu-pun akhirnya memilih pulang ke rumah karena barang-barang yang dibutuhkan sudah lengkap, sebentar lagi juga waktu makan siang Adisti harus menyiapkan makanan untuk Acia.

Di perjalanan pulang mereka penuh canda tawa, Adisti yang tadinya merasa kesal sekarang tidak bisa menahan tawanya keluar karena lelucon Angga.

"Sudah cukup" Jika terus tertawa bisa-bisa rahangnya copot nanti, Melihat wajah Adisti yang memerah karena tertawa membuat Angga tidak tega. padahal canda-annya biasa saja memang dasar nya selera humor wanita itu yang rendah.

Angga kemudian menarik wajah Adisti mendekat, mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantungnya yang kebetulan selalu ia bawa kemana-mana. di usapnya wajah cantik milik Adisti yang berkeringat.

"Angga tidak perlu" Adisti merasa tidak enak jika ada yang melihat mereka, apalagi statusnya sekarang sudah menjadi istri seseorang walaupun hanya sedikit yang mengetahuinya.

"Sstt... santai saja"

Adisti terdiam membiarkan Angga mengusap peluh keringat di wajahnya, tanpa menyadari seseorang yang berada di dalam mobil berwarna abu-abu tengah menatapnya marah.

"ja*ang" umpatnya ketika melihat pemandangan yang menjijikkan itu.

Tin!Tin!

Angga langsung melepaskan wajah Adisti saat suara klakson mobil mengagetkan nya. Begitu-pun dengan Adisti yang merasa tidak enak ketika mobil milik Acia berada di belakang mereka berdua. Kepala Gadis kecil itu menyembul dari jendela mobilnya, "Jangan bermesraan di depan rumah orang!" Sentak nya tajam.

Angga menarik Adisti mundur ke arah pinggir jalan, membiarkan mobil yang di tumpangi Anak dari majikannya lewat. Adisti menghela nafas pasti Acia tambah membencinya lagi sekarang, kesalahpahaman yang kemarin saja belum usai sekarang malah di tambah lagi.

Angga dan Adisti sampai di rumah tepat setelah Acia datang, wanita itu kemudian bergegas menyiapkan makan siang bersama dengan Bi Ida dan juga Tari, sedangkan Angga memilih membantu tukang kebun di belakang.

"Bagaimana Mbak?" Tanya Tari menggoda.

Adisti menatap Tari penuh tanya, "Apanya yang bagaimana?" Sahutnya sambil mencuci sayuran yang baru saja ia potong-potong.

"Jalan-jalan berdua dengan Angga, bagaimana rasanya?" Tari cekikikan sendiri membayangkan bagaimana si tengil Angga dan si Anggun Adisti ketika menjalani hubungan.

Bi Ida menggeleng melihat tingkah laku Tari yang sama tengilnya dengan Angga

"Urusi saja Hubungan mu dengan Doni" sahut Bi Ida, ketika melihat raut wajah tak nyaman Adisti, mana aada wanita yang nyaman di sandingkan dengan pria lain padahal dia sudah memiliki suami?

Tari mendengus sebal namun gadis itu tetap melanjutkan ocehannya

"Aku rasa Mbak akan bahagia sekali ketika menikah dengan Angga" Celetuknya yang langsung mendapatkan delik kan tajam Adisti dan Bi Ida.

Tidak ada yang salah dengan perkataan Tari, mungkin orang yang melihat kedekatan Adisti dengan Angga pun merasakan hal yang sama.

TBC.....

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

yah bener, drpd menikah pura" sama Yudha.Mending sama Angga ajalah. Karena enakan dicintai drpd mencintai orang yg gak punya hati

2023-10-11

0

RahaYulia

RahaYulia

baru semingguan mh bln lama atuh Dis😐

2022-11-26

0

RahaYulia

RahaYulia

bukannya makan mlm? kok malah sarapan?

2022-11-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!