Makan siang seorang diri di meja yang panjangnya bahkan bisa menampung satu keluarga besar berisi ayah-ibu kakek dan nenek serta cucu-cucu mereka. Acia sebenarnya sudah sering menghadapi kesepian yang sangat mencolok ini tapi tetap saja rasanya belum terbiasa, di tambah lagi keberadaan wanita yang sangat membuatnya tidak nyaman.
Tatapan tajam Cia terus mengikuti pergerakan Adisti yang saat ini tengah menghidangkan makanan di atas meja, bahkan Adisti merasa punggungnya terasa panas oleh tatapan Acia. untungnya hidangannya sudah siap dan dia tidak perlu berlama-lama di sana bersama putri sambungnya itu.
"Tunggu"
"Ada apa nona?" tanya Adisti heran ketika Acia mencegahnya pergi dari sana.
Acia membenci wanita ini tapi dia lebih membenci lagi jika wanita yang sudah merebut posisi ibu kandungnya itu tertawa bahagia di belakang sana, padahal di sini Acia kesepian.
"Tunggu di sini! Kamu tidak boleh makan sebelum aku selesai makan" sengitnya tajam penuh permusuhan, tidak ada jawaban, Adisti hanya diam menuruti perintah gadis itu. karena kalau tidak di turuti bisa-bisa gadis itu semakin membencinya.
Di belakang Tari ingin memanggil Adisti yang belum juga kembali baru saja ingin memanggil, Wanita itu mengisyaratkan agar Tari menjauh dari sana, dengan terpaksa Tari pun kembali ke dapur.
"Mana Adisti?" Angga bertanya pada Tari.
"Sepertinya Nona mengganggu Mbak Adisti lagi" Jawab Tari kemudian duduk di samping Angga yang tengah menatapnya bingung.
"Aku heran kenapa Nona sepertinya sangat tidak menyukai Adisti?" Angga mengutarakan keheranannya, jika gadis kecil itu angkuh kenapa hanya dengan Adisti? kenapa para pelayan lain tidak mendapat perlakuan seperti itu dari Acia?
Pelayan yang lain juga ikut menyetujui kecuali Bi Ida yang memang mengetahui semua jawaban dari pertanyaan Angga dan Tari biarlah waktu yang menjawab semua pertanyaan yang mengganjal di kepala mereka.
"Sudah-sudah cepat makan lalu bekerja kembali" Sahut Bi Ida menghentikan mereka yang ingin kembali menggosip.
.
.
Tiga hari berlalu selama itu juga-lah Adisti selalu menunggu sampai Acia selesai menghabiskan makanannya sebelum ia mengisi perutnya sendiri, walaupun hanya berdiri sambil menunggu Acia menyelesaikan makan nya namun dia sudah merasa senang. dengan begitu dia bisa berdiri berdekatan dengan putri sambungnya itu.
Gadis itu juga sekarang lebih sering menyuruh Adisti mengerjakan banyak hal sendiri tanpa bantuan yang lain. Karena itulah sekarang Adisti jarang menghabiskan waktunya bersama dengan pelayan yang lain, ada rasa senang sendiri dalam hatinya melihat Acia lebih banyak berbicara dengan nya sekarang.
Adisti merebahkan tubuhnya di atas sofa masih belum terlalu malam untuk tidur tapi dirinya sudah mengantuk sekarang. Tiga hari suaminya pergi keluar kota tanpa kabar satu pun, sebenarnya bisa saja dia tidur di atas ranjang yang empuk itu tapi mencegah kejadian beberapa hari yang lalu terjadi lagi dia tidak mau lagi tidur di ranjang siapa yang tau jika Yudha datang tiba-tiba kan?
Tidak terasa belum sampai setengah jam Adisti memejamkan matanya wanita itu langsung tenggelam di dalam mimpinya. Detik-detik berlalu setelah Adisti memejamkan kedua matanya ke alam mimpi, pintu kamar miliknya dan Yudha terbuka, Menampilkan wajah kelelahan Seorang pria yang masih lengkap mengenakan setelan kantornya.
Yudha melangkah masuk ke dalam kamar, tubuh tegap itu berhenti tepat di samping sang istri yang tengah tertidur begitu pulas, padahal niatnya datang lebih awal agar Adisti bisa menyambut kepulangan nya tapi ternyata istrinya itu sudah tertidur sekarang ini.
Mengabaikan Adisti, Yudha melangkah kan kakinya menuju kamar mandi. Perjalanan yang dia lakukan sangat menguras waktu dan tenaganya, seharusnya dia pulang empat hari lagi tapi entah apa yang terjadi sehingga dia memutuskan untuk kembali lebih awal.
Beberapa menit kemudian Yudha keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan piyama, pria itu kemudian mengambil handuk di gantungan lalu membawanya menuju Adisti yang tengah tertidur pulas. Mengguncang tubuh Istrinya yang tengah tertidur, Yudha berusaha membangunkan wanita itu tanpa perasaan.
"Adisti bangun!"
Enak sekali wanita ini bukannya menyambut kedatangan suaminya dia malah enak-enak kan tidur dengan pulas, ada rasa kasihan melihat wajah lelah istrinya namun lebih kasihan lagi dirinya yang harus pulang tanpa sambutan dari sang istri.
"eungh.." merasa guncangan di tubuhnya tidak berhenti-henti akhirnya Adisti terbangun dari tidurnya, Mengusap matanya yang baru saja terbuka, wanita itu langsung duduk dari tidurnya.
"Mas Yudha?" Tanya Adisti memastikan lagi pengelihatan-nya tidak salah.
"Keringkan rambut saya" Titahnya sembari menyodorkan sebuah handuk kecil di tangan nya.
Dengan sisa-sisa kesadaran yang menipis Adisti menerima handuk tersebut, belum sempat ia berdiri dari duduknya Yudha terlebih dahulu menggendongnya ke arah kasur.
"Mas!" pekik Adisti terkejut dengan perlakuan Yudha yang tiba-tiba.
Yudha duduk di atas ranjang dengan Adisti yang berada di pangkuannya, posisi wanita itu yang menghadap ke arahnya memudahkan Adisti untuk mengeringkan rambu pria itu.
Sadar tidak sadar Istri dari Yudha itu mulai melakukan tugasnya mengeringkan rambut sang suami, sesekali menguap karena kantuk yang sangat berat. Yudha memperhatikan bagaimana mata bulat istrinya yang biasanya sangat segar kini terlihat sangat sayu, mungkin efek dari tidurnya yang terganggu.
Adisti bergerak di atas tubuh Yudha menggosok perlahan handuk kering yang perlahan mulai basah karena rambut Yudha yang mengandung air. Dirasa cukup kering Adisti menghentikan usapannya berniat beranjak dari atas Yudha tapi pria itu tidak melepaskannya juga.
Adisti mengerutkan keningnya "Apalagi Mas?" tanpa sadar suaranya terdengar merengek kesal, efek seharian ini merasa lelah, dia hanya ingin tidur sebentar lagi tapi sepertinya Yudha tidak mengijinkan-nya.
Adisti membiarkan Yudha memeluk pinggangnya erat, wanita itu memilih menjatuhkan kepalanya di pundak milik suaminya, mencari posisi nyaman untuk tidur. Biarkan Yudha merasa pegal karena terus memangku tubuhnya yang tidak kecil ini. Tanpa sadar Yudha tersenyum tipis ketika merasakan hembusan nafas hangat milik istrinya mengenai lehernya langsun.
Membiarkan Wanita nya tidur di pangkuan Yudha mengusap punggung Sang istri lembut. Usapan yang dirasakan Adisti semakin membuat rasa kantuknya datang, perlahan-lahan kesadarannya mulai menghilang dalam dekapan suaminya.
"Mimpi Indah" gumam Yudha
.
Adisti meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, hendak bangun tapi lilitan sebuah lengan kekar yang sudah pasti milik suaminya bertengger nyaman di perutnya. Menengok ke belakang, benar saja wajah tampan Yudha yang tengah tertidur pulas menjadi hal pertama yang ia lihat.
Dia berusaha melepaskan Pelukan Yudha dengan perlahan.
"Sebentar lagi" Adisti mendengar gumaman milik suaminya, Yudha pulang tadi malam pasti pria ini sangat kelelahan. Menghela nafas panjang Adisti kembali merebahkan tubuhnya menghadap Yudha yang terpejam.
Tampan sekali suaminya ini, jika saja Yudha hanyalah orang biasa sepertinya pasti Adisti sangat bahagia.
Menikah dengan seorang Adimas Yudhakara adalah suatu keberuntungan dan Kemalangan untuk wanita biasa seperti Adisti, bersanding dengan pria itu saja sangat sulit untuk terlihat pantas, di tambah lagi dia hanyalah mantan seorang pembantu dan kini setelah menikah statusnya-pun masihlah seorang pembantu. Adisti tersenyum miris jika di bandingkan dengan mantan istri Yudha dia bukanlah apa-apa.
"Apa yang kamu pikirkan?" Yudha bertanya tanpa membuka kedua matanya. Saat dirasa Adisti tidak ingin menjawab pertanyaannya pria itu langsung membuka matanya dengan malas.
Di hadapannya sekarang ada Adisti yang tengah menatapnya lembut.
"Selamat Pagi" Andaikan mereka seperti pasangan normal lainnya, Adisti pasti senang sekali dengan sapaan hangat itu namun sayangnya mereka tidak normal dalam artian lain.
Yudha melihat raut wajah istrinya yang semula hangat itu berubah menjadi sendu. dia tau betul apa penyebabnya. pasti saat ini Adisti merasa tidak pantas bersanding dengannya.
karena memang itulah kenyataannya.
"Sebaiknya Mas bangun, Saya mau pergi ke dapur sebelum pelayan lain datang"
Adisti duduk di atas ranjang kemudian menggelung rambutnya agar tidak mengganggunya saat memasak nanti. Yudha memperhatikan bagaimana Istrinya itu menggelung rambutnya dan menampilkan leher jenjangnya.
Istrinya sangat cantik walaupun hanyalah seorang pembantu, pantas saja supir pribadinya tertarik dengan wanita ini.
Ya! Yudha tau betul bagaimana hubungan Adisti dan Angga berjalan.
"Mas mau sarapan apa hari ini? kemarin saya dan Angga membeli banyak bahan masakan jadi apa yang mas mau?" Yudha tidak bergeming pria itu menopang tubuhnya menyamping menghadap istrinya tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar.
Sret
Yudha tiba-tiba saja menarik Adisti kembali berbaring di sampingnya.
Cup!
"Saya mau ini" bisiknya di depan bibir yang baru saja ia kecup.
"Berhenti menggunakan kata 'saya' jika hanya berdua Adisti" Lanjut Yudha lagi memperingatkan istrinya.
Adisti tersipu malu, wajah Yudha kembali mendekatinya sebelum gedoran pintu terdengar dari luar kamar.
"Dad! Bangun!" Acia berteriak dari luar kamar ayahnya.
TBC......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
oh ternyata Yudha tertatik tho sama Adisti. Iyalah ya secara, wong Adisti daun muda tersegel pula. Mana tahan si kucing liat empal empuk
2023-10-11
0
RahaYulia
memangnya knp hrs terkesan disembunyikan, lalu resepsi kemarin itu utk apa bukannya utk mengundang orang lain spy tau siapa calon pengantin nya. klo bnr disembunyikan, dari siapa?
2022-11-26
1
Awan Mendung
hemeesss eta anak ganggu wae nya duh de naha teu ngerti s daddy hehee
2022-10-13
1