Sarapan untuk majikan

Pagi-pagi sekali Adisti sudah berkutat dengan pekerjaan rumah, walau banyak pembantu di rumah besar milik Yudha tidak bisa membuatnya hanya bersantai saja karena semua orang di rumah itu tau jika Adisti hanyalah.....Seorang pembantu.

Resepsi yang kemarin ia jalani hanyalah formalitas semata untuk menghormati keluarganya yang ada di kampung itupun diadakan di rumah utama jadi pelayan yang berada di tempat tinggal Suaminya pribadi tidak ada yang tau.

"Bibi kenapa Nyonya besar pulang cepat sekali?" Tanya Adisti pada Ida pembantu senior di sana, satu-satunya orang yang mengetahui statusnya sebagai nyonya di rumah ini.

Wanita paruh baya itu tau betul kenapa Istri dari majikannya ini tidak ingin nyonya besar cepat pergi dari kediaman mereka, karena selain nyonya besar tidak ada yang menganggap wanita itu di rumah ini.

"Kamu tau sendiri kan bagaimana nyonya?" Adisti tersenyum kemudian menyetujui perkataan Bi Ida. Eyang Sari sudah sangat tua di masa-masa tuanya dia hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersama anak-anak panti asuhan, tidak jarang jika Eyang menginap bersama anak-anak itu.

Masakan yang mereka masak akhirnya siap Adisti menyusun makanan-makanan yang sudah matang di atas meja bersama dengan jus dan buah-buahan. selagi menyiapkan makanan wanita itu menyuruh salah seorang pelayan sepertinya memanggil Suami dan putrinya.

"Tari, tolong bangunkan Tuan dan Nona muda ya" Wanita muda yang di panggil Tari itu memberi hormat pada Adisti kemudian berlalu untuk membangunkan Majikannya.

Bukan maksud Adisti bersikap seperti nyonya dengan menyuruh Tari membangunkan Suami dan Putri sambungnya, tapi karena Adisti hanya menuruti perintah Putri sambungnya untuk tidak menampakkan diri di hadapan gadis itu saat pagi, Acia menganggap wajah Adisti begitu menggangu pengelihatanya.

Jangankan membangunkan, Acia akan sangat marah padanya jika dia mendekati kamar anak itu. Adisti menghela nafas lelah entah apa yang akan terjadi dengan pernikahan ini kedepannya.

Ting! Tong!

Istri dari Yudha itu menatap Bi Ida bingung, Siap yang bertamu pagi-pagi sekali?

"Biar aku saja Bibi" Cegah Adisti saat bi Ida berniat membuka pintu.

Membasuh tangannya di wastafel lalu mengeringkannya dengan handuk Adisti berjalan menuju pintu. Keluar dari dapur melewati ruang makan dan ruang tamu Adisti akhirnya sampai di depan.

Klek!

Pintu besar tersebut terbuka satu sisinya dan yang pertama kali Adisti lihat adalah seorang wanita cantik dengan seragam dokternya yang tidak asing di penglihatan Adisti. Belum sempat dia menyapa wanita itu teriakan melengking Acia terdengar begitu nyaring dari belakangnya.

"Mommy!!!"

Saat menoleh ternyata Acia berlari tergesa-gesa menuruni tangga demi menghampiri ibu nya di depan sana. Gadis kecil berusia 8 tahun itu berlari kencang menuju sang ibu dan entah sengaja atau tidak Menabrak Adisti yang tengah berdiri di depan pintu.

Karena tidak siap dengan tubrukan gadis itu membuat tubuhnya oleng dan hampir saja jatuh ke lantai jika tidak ada Yudha yang dengan segera menangkapnya, baru sadar jika suaminya itu datang bersama dengan Acia.

Grep!

Adisti bernafas lega tatapannya bertemu dengan sang suami yang kini juga tengah menatapnya.

"Hati-hati" Yudha bergumam lirih namun dapat di dengar jelas oleh Adisti yang berada di dekapan pria itu.

"Maaf kan saya" ucap Adisti langsung menjauhkan dirinya dari Yudha.

Yudha hanya diam melihat respon istrinya yang seperti enggan bersentuhan dengan dirinya, dalam hati Yudha jadi bertanya-tanya, siapa yang pembantu disini? kenapa Adisti seolah enggan bersentuhan dengannya?

Tanpa kedua orang itu sadari jika sejak tadi ada yang melihat kemesraan itu dengan emosi yang menggebu-gebu.

.

.

Semua pelayan mulai menyiapkan hidangan yang telah mereka masak, kedatangan Dara mantan istri dari Yudha membuat mereka terpaksa menyiapkan piring lebih.

Bi Ida hanya bisa menatap Adisti kasihan walaupun sudah menjadi bagian dari keluarga kara, itu tidak membuat Adisti di hormati selayaknya nyonya rumah, bahkan wanita itu tidak bisa ikut duduk untuk makan bersama dengan suami dan putrinya. Malah wanita lain yang mengisi tempat yang seharusnya Adisti tempati.

Bukan dirinya yang di layani sebagai istri dari Yudhakara melainkan mantan istri dari pria itulah yang di hormati semua orang saat ini. Mirisnya lagi sebagian pelayan di rumah ini tidak mengetahui jika Adisti adalah istri dari Yudha.

"Aku baik-baik saja bi" seakan tau apa yang Bi Ida pikirkan Adisti mengatakan dengan jujur bahwa dia baik-baik saja lebih tepatnya berusaha baik-baik saja.

"Adisti teruslah bersabar" bi Ida menepuk lembut punggung wanita yang sudah ia anggap seperti putri nya sendiri.

Wanita itu tersenyum lembut, "Aku akan mengantarkan ini" ucap nya berlalu sambil membawa gelas berisi air mineral.

Di meja makan yang sangat luas tersebut sudah terisi Yudha yang duduk di bagian pojok khusus kepala keluarga di sebelah kirinya terisi Dara sang mantan istri dan sebelah kanannya terisi Acia yang tengah menatap kedatangan Adisti tajam.

Berusaha mengabaikan tatapan tersebut Adisti kemudian meletakkan jus yang dia bawa dari dapur untuk mereka bertiga.

"Silahkan dinikmati Tuan dan Nyonya" Adisti memberi hormat.

"Saya permisi"

Adisti pergi dari sana tanpa menatap salah-satu dari ketiga orang itu, membiarkan ketiga orang tersebut menatap nya dengan pandangan beragam.

"Mom! Kenapa baru kesini?" Acia membuka suaranya bertanya pada ibu, walau tidak sering berkunjung biasanya ibunya itu akan mampir walau sebentar, tapi belakangan ini ibu nya tidak pernah datang.

Sebelum menjawab pertanyaan anaknya terlebih dahulu dia menatap mantan suaminya, Yudha tidak bergeming pria itu hanya fokus pada makanan yang sudah di siapkan.

"Maafkan Mommy sayang, beberapa hari ini Mommy sibuk"

Acia mengerucut kan bibirnya selalu saja seperti itu.

Melihat wajah Sedih sang putri Dara tidak tega.

"Bagaimana jika Minggu depan kita jalan-jalan?" Usulnya langsung membuat binar bahagia terpancar dari wajah kecil gadis itu.

"Benarkah?"

Dara mengangguk, kemudian beralih menatap mantan suaminya.

"Daddy! Kita bertiga akan jalan-jalan kan?" Yudha tidak menjawab tapi dia mendengar jelas pembicaraan anak dan mantan istrinya.

Acia terus membujuk Yudha yang sama sekali tidak menanggapi pembicaraan mereka, namun sayang nya itu tidak berangsur lama karena Yudha bentakan pria itu berhasil membungkam celotehan gadis kecil itu.

"Makan Cia!" Desis Yudha terganggu.

Bukan kebiasaan nya berbicara saat di meja makan seperti ini, sebenarnya itulah yang dia ajarkan pada Acia tapi karena kedatangan ibu gadis itu membuat putrinya melupakan kebiasaan mereka saat di meja makan.

Dara menatap sendu Yudha pria itu sama dingin nya saat mereka masih menjadi sepasang suami istri dulu.

.

.

Di dapur seluruh pelayan juga sedang sarapan bersama-sama.

Semula saat Adisti baru menjadi istri Yudha dia sempat mengira akan kesepian jika berada di rumah besar ini, tapi dia salah walaupun Yudha tidak menganggap nya sebagai seorang istri, dia baik-baik saja karena semua orang menyambut nya begitu hangat.

Bukan sebagai istri Yudha melainkan sebagai pembantu baru, tidak apa setidaknya ini lebih baik daripada menjadi seorang istri yang diabaikan.

"Makan banyak-banyak" Angga Menyendok penuh centong berisi nasi untuk Adisti. Wanita yang tengah tertawa bersama dengan pelayan lain melotot tidak terima saat pria itu mengusili nya dengan sendokan nasi yang begitu banyak, padahal Adisti sudah sangat kekenyangan.

"Angga! Apa yang kamu lakukan?! Siapa yang akan habiskan ini?"

Semua orang menggelengkan kepala mereka lagi-lagi pria yang menjabat sebagai supir pribadi Yudha itu Mengganggu Adisti.

Plak!

"Berhenti mengganggu Adisti"

Angga Mengusap kepalanya, Bi Ida tidak tanggung-tanggung memukul kepalanya dengan keras untung saja wanita.

"Rasakan" sahut Adisti

Mereka duduk di lantai membentuk lingkaran di tengah-tengah sudah ada lauk pauk seadanya yang akan menjadi menu sarapan mereka semua, walaupun bukan makanan mewah namun mereka semua sudah cukup dengan semua itu. Canda tawa begitu terdengar mereka saling bercengkerama tanpa membeda-bedakan. Angga Terus mengganggu Adisti membuat semua orang menjadi gemas oleh keduanya.

Diantara mereka yang sangat senang dengan kedekatan Angga Dan Adisti ada Bi Ida yang khawatir dengan hubungan keduanya. Hanya dia dan beberapa orang Eyang Sari lah yang mengetahui hubungan Adisti dan Yudha, karena itu para pelayan yang lain tidak menganggap hubungan Adisti dan Angga adalah salah.

Tapi yang ia khawatir kan adalah saat pria itu Tau jika Adisti sudah milik Yudha entah apa yang akan di rasakan nya, pria itu pasti akan terluka saat mengetahui hal itu.

"Setelah ini mau jalan-jalan?" Angga bertanya pada Adisti. Wanita itu menoleh sejenak kemudian berfikir.

"Baiklah, lagipula semua bahan masakan sudah hampir habis" jawabnya menyetujui ajakan Angga.

Memang jalan-jalan antara mereka adalah membeli barang keperluan rumah, Angga sendiri Sebenarnya ingin sekali mengajak Adisti ketempat yang indah berdua saja, namun wanita itu selalu menolak permintaan nya.

"Kalau begitu hari ini jalan kaki?" Usul Angga random.

Yang langsung di setujui oleh Adisti dengan anggukan kepala girang.

TBC.......

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

aq mampir lagi dah.. Tapi bacanya slow ya...

2023-10-11

0

Enies Amtan

Enies Amtan

angga g tau ya adisti itu majikanya

2022-10-17

0

Awan Mendung

Awan Mendung

meninggalkan jejak d sini thorr

2022-10-13

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!