Puding

Suasana rumah kembali seperti hari-hari biasa, Eyang sari sudah pergi beberapa saat lalu setelah makan siang, Begitupun dengan Dara yang harus pergi ke rumah sakit karena cuti nya sudah selesai.

Di rumah hanya ada Adisti dan beberapa pelayan yang mengurus keperluan rumah, Acia juga ada karena kondisi nya yang belum pulih total gadis itu ijin untuk tidak pergi ke sekolah.

Saat ini Adisti tengah membuatkan puding permintaan dari Cia. sedangkan gadis kecil itu menunggu di meja makan yang berada di dapur sambil berkutat dengan alat tulisnya.

Sebenarnya Adisti merasa heran dengan keberadaan Cia yang menunggu nya membuat puding, tidak biasanya gadis itu mau menunggu di dapur.

Adisti mengangkat bahunya acuh mungkin putri sambungnya itu tengah bosan?

Adonan di panci di masukkan ke dalam cetakan, setelah cukup dingin Adisti memasukkan nya kedalam lemari pendingin agar lebih padat.

Sambil menunggu wanita itu berinisiatif untuk menyarankan Acia menunggu di tempat lain.

"Nona, puding nya masih belum jadi mungkin sedikit lebih lama, anda bisa menunggu di ruang tamu" Ucap Adisti bukanya tidak mengijinkan hanya saja suasana dapur tidak baik untuk kesehatan Acia.

Gadis itu tidak mendengarkan perkataan ibu sambungnya dan masih terus melanjutkan kegiatannya.

Daripada memancing kemarahan Acia lebih baik Adisti membiarkan saja gadis itu dengan kemauannya sendiri.

Acia mendengar jelas perkataan Adisti tapi dia sengaja tidak ingin menurutinya, dari sudut matanya Acia melihat Adisti yang sedang membereskan peralatan nya membuat puding tadi.

Jika dilihat-lihat Adisti adalah tipe ibu impiannya mungkin jika wanita itu hanya berprofesi sebagai pengasuhnya dia pasti akan sangat menyayangi Adisti, tapi sayangnya wanita itu adalah istri dari ayahnya yang berarti sudah mengambil posisi milik ibu kandungnya di rumah ini, Acia menyayangkan hal itu.

Di rasa sudah cukup lama memasukkan puding kedalam kulkas Adisti kemudian mengeluarkan puding cokelat itu lalu meletakkan di piring kecil.

"Ini Nona"

Acia menatap puding yang di buat Adisti.

Lumayan, entah apa rasanya.

"Hm.. bawakan ke kamar"

Adisti tidak bisa berkata-kata saat acia pergi begitu saja meninggalkan dapur padahal dia sudah menyajikan puding itu di hadapan Acia, tapi ternyata Gadis itu ingin di bawakan langsung ke kamarnya.

.

Adisti tengah menyirami tanaman di kebun saat Angga baru saja datang setelah mengantar Yudha ke kantor.

Pria itu tersenyum menghampiri Adisti yang langsung di balas senyum pula oleh wanita itu.

"Selamat Datang" sambut Adisti dengan senyuman.

Angga tertawa kecil dia merasa di sambut oleh istri sendiri.

"Adisti kamu benar-benar tidak ingin menjadi istri ku?" Goda Angga, sudah lama dia tidak melayangkan godaan receh pada Adisti.

Wanita itu menoleh pada Angga, lalu memukul kecil lengan berlapis baju milik Angga.

"Cari wanita lain saja" jawab Adisti.

Angga merengut kenapa Adisti tidak mau menikah dengannya?

"Sebagai sesama wanita aku tau pria seperti apa yang di inginkan Adisti" Tari tiba-tiba saja datang entah dari mana.

Tatapan tidak suka di layangkan Angga pada Tari yang tiba-tiba saja datang.

"Memangnya seperti apa pria yang diinginkan sesama wanita?" Angga menyahuti perkataan Tari.

Gadis itu tersenyum licik, matanya menelisik dari atas ke bawah penampilan Angga.

"Hmm..yang pasti bukan seperti kamu!" ejeknya.

"Kamu!"

Tari tertawa lepas gadis itu berlari menghindari kejaran Angga yang terlihat menahan emosi nya.

"Jangan bercanda!" Angga mengejar tari mengelilingi taman.

Melihat keakraban Tari dan Angga membuat Adisti ikut tertawa bersama Mereka, memang jika keduanya bertemu mereka pasti saling bercanda seperti ini.

Setelah berlari cukup jauh akhirnya Angga berhasil menangkap Tari.

"Haha, baiklah baiklah, aku akan jawab" Tari mengatur nafasnya yang memburu akibat berlari.

"Karena kami ini hanyalah seorang pembantu, tentu saja pria impian kami itu harus lebih tinggi derajatnya dari profesi kami sekarang!" Tari menjelaskan.

Angga berdecih, "Apa-apaan itu?"

"Bukan apa-apa ya, sebagai seorang wanita yang idealis tentu kami ingin yang terbaik untuk masa depan kami"

Angga masih mencerna perkataan panjang lebar dari Tari, tapi sedikit demi sedikit dia mulai mengerti.

"Jadi seperti apa Pria idaman kalian?" tanyanya to the poin, langsung ke intinya.

Tari menatap Angga dengan serius, atmosfer keduanya menjadi lebih serius.

"Tentu saja pria dewasa yang punya banyak uang"

"Seperti?" Angga Sanga penasaran

"Menurut mu siapa yang seperti itu di rumah ini?" Ucapan Tari semakin membawa Angga memikirkan satu orang.

"Tuan Yudha!" ucap mereka bersamaan.

Tari tertawa terbahak-bahak ketika mereka sama-sama mengucapkan kata yang sama bersamaan.

Lain dengan Tari yang tertawa seperti itu, Angga Malah merasakan perasaan cemas yang begitu besar, apalagi ke jadian yang belum lama ini ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Mulai dari Yudha yang tiba-tiba saja keluar dari dapur tempat Adisti berada, lalu kepulangan mereka yang bersamaan dari Villa, dan terkahir yang paling mengganjal adalah tanda Di leher Adisti yang begitu jelas di matanya.

Apakah Adisti mengincar Yudha di rumah ini?

Tari mengentikan tawannya melihat wajah penuh keseriusan dari Angga, apa perkataan nya menyinggung Angga?

"Hey hey! jangan serius seperti itu! aku hanya bercanda!"

Entahlah Angga menyimpulkan jika hubungan Adisti dan Yudha bukanlah candaan.

.

.

Angga menjemput Yudha di kantor nya tepat waktu dalam perjalanan pulang tidak henti-hentinya dia melirik pada Yudha.

Bos nya itu tengah memperhatikan Tablet nya dengan seksama.

Wajar saja jika Adisti ataupun orang lain tertarik dengan Yudha, pria itu sangat tampan jika sedang serius seperti sekarang, bahkan setelah seharian bekerja pria itu masih saja terlihat begitu tampan.

"Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" Yudha tiba-tiba saja bersuara saat Angga curi-curi pandang pada nya.

Supir pribadi itu gelagapan tidak menyangka aksinya di ketahui oleh sang Tuan.

"Ah! maaf Tuan, saya hanya sedang berfikir bagaimana bisa anda masih terlihat sangat tampan setelah seharian bekerja" Jawab Angga tertawa kecil.

Yudha yang mendengar ucapan supir nya itu mengerenyit jijik, apakah pria di hadapannya itu begitu putus asa karena tidak bisa mendapatkan Adisti?

"Jangan berfikir yang tidak-tidak! perhatikan jalan saja!" geram Yudha merasa tersinggung.

"Maafkan saya Tuan!"

Sungguh Angga rasanya ingin menenggelamkan wajahnya di kubangan lumpur sekarang, bisa-bisa nya dia memuji seorang pria yang adalah bos nya sendiri.

Pasti Yudha mengira jika Angga sekarang tidak normal.

.

Benar saja bahkan belum sempat Angga membukakan pintu mobil Yudha lebih dulu keluar dan masuk kedalam rumah.

Saat ini Angga hanya bisa berdoa agar Yudha tidak akan memecatnya.

Angga masuk kedalam rumah terburu-buru ingin menjelaskan kesalahan pahaman yang terjadi tadi

Tapi semua itu terhenti saat Angga melihat Yudha tengah menggandeng Adisti menuju kamar Lantai atas.

Kini dugaan Angga semakin yakin jika Adisti adalah Wanita khusus milik Yudha, karena itulah Adisti tinggal dan menginap di rumah ini bersama dengan para Tuan rumah, kecuali bi Ida yang memang Kepala pelayan yang ada di sini.

Hatinya hancur ternyata wanita yang ia cintai adalah seorang wanita murahan.

TBC....

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

seenaknya ngasih dugaan. Hey... ituh yg kau suka Nyonyamu ya, awas jangan macem macem

2023-10-24

0

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Ah Angga seenaknya saja bilang murahan, dia istri majikanmu Angga !!!

2022-12-29

0

Enies Amtan

Enies Amtan

angga kamu jgn suudzon ..

2022-10-18

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!