AAS 19 : Duka mendalam

Tak bisa dimungkiri, ibu adalah sosok wanita paling berjasa bagi semua manusia di dunia karena semua orang tentu terlahir dari rahim seorang ibu.

Selama sembilan bulan mengandung, hingga melahirkan, merawat sang buah hati dengan penuh kasih sayang. Tak pernah ada keluh kesal yang muncul dari bibirnya, ia begitu ikhlas tanpa pamrih.

Kehilangan sosok ibu menjadi hal yang sangat berat. Saat ia pergi untuk selama-lamanya, ada lubang yang menganga dalam hati.

Tak hanya itu, kehilangan ibu tercinta menjadi momen paling berat bagi setiap orang. Kehilangan orang yang paling dicintai membuat dunia terasa runtuh dan penuh keputusasaan.

Aini masih mengurung diri di dalam kamar sang Ibu. Dia membacakan yasin untuk sang ibu dengan air mata yang terus menetes sehingga membuat kitab suci yang ada ditangannya menjadi basah.

Hati Daffa bagai di iris belati tajam melihat Aini dalam keterpurukan yang mendalam.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Daffi. Dia ingin sekali ada di samping Aini dan memeluknya. Tapi dia sadar kini Aini sudah menjadi kakak iparnya.

" Nak, dimana Aini?" Tanya Mama Daffa.

" Aini ada dikamar nya.." Ucap Daffa.

Mama menghela nafas panjang sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar.

Hati mama sungguh sakit melihat pemandangan itu lagi.

Mama masih bisa mengingat dengan betul betapa terpuruknya Aini ketika sang ayah meninggal. Dan sekarang Tuhan juga mengambil Ibu yang sangat dicintai dan di hormati Aini.

" Assalamualaikum nak, mama datang." Ucap Mama sambil perlahan mendekati Aini dan berusaha menahan air matanya.

Aini berhenti melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Dia terdiam sejenak.

"Nak, Dunia berubah dari tahun ke tahun, hidup dari hari ke hari, tetapi cinta dan kenanganmu bersama dengan Ibu tidak akan pernah hilang." Ucap Mama dengan hati-hati.

" Raga beliau memang sudah tidak ada. Tapi kenangannya masih melekat di dalam hati." Mama mencoba mendekatkan tangannya dan memegang bahu Aini.

Aini langsung berbalik dan memeluknya.

"Aku tidak bisa berhenti menangis saat beliau meninggal. Aku juga tidak bisa menahan agar air mata ini tidak merusak senyuman yang beliau berikan padaku saat masih hidup. Aku mencoba. Aku berusaha tapi aku tidak bisa."

" Kenapa takdir begitu jahat kepada ku mam, belum sembuh luka karena kehilangan Ayah, sekarang Tuhan mengambil Ibu juga." Tangis Aini kembali pecah dalam pelukan Ibu mertuanya.

" Itu karena Allah sangat menyayangi Ibu dan ayah kamu. Allah ingin mereka bersama di tempat terindah yang ada di sisi nya."

"Ibu adalah rumahku, tempat aku berpulang. Kini, Aku tidak punya rumah untuk berpulang lagi. Pada siapa aku akan berbagi kebahagiaan yang akan aku dapatkan nanti"

" Nak, kamu masih punya Mama dan papa. Kami adalah orang tua mu sejak kata sakral itu telah sah di ucapkan. Jangan pernah berpikir bahwa kamu sudah tidak memiliki tempat untuk berpulang." Pekik Mama.

"Semoga Tuhan memberikan penghiburan bagi saya dan adik-adik saya dalam kesedihan kami atas kehilangan ibu kami." Ucap Akbar saat dirinya tidak sengaja mendengar percakapan antara Aini dan Mama Daffa.

" Abi, apa Abi baik baik saja?" Tanya Yuli saat melihat Akbar mengusap mata dengan jari telunjuk dan jempol.

" Ya, Abi baik baik saja, sebaiknya kamu mendampingi Aini. Biar Mbak Retno saja yang menemui para pelayat. Yang saat ini dibutuhkan Aini adalah dukungan dari mu."

Yuli menunduk, dia menghapus air matanya. Dia tidak boleh lemah di hadapan Aini. Bagaimana dia bisa menenangkan Aini jika dirinya belum bisa mengontrol kesedihannya sendiri.

Akbar memeluk Yuli.

" Kuat lah demi adikmu." Pekik Akbar.

Yuli mengangguk. Setelah dia menghapus air matanya dia mulai masuk ke dalam kamar Aini.

"Tidak peduli apa yang aku lakukan untuk melupakan rasa sakit ini, jauh di lubuk hati, aku akan selalu tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa memeluk ibuku lagi. Aku merindukan nya. Bisakah Tuhan mengijinkan aku untuk memeluk ibu lagi" Pekik Aini.

Tes....

Yuli kembali meneteskan air mata, dia menurunkan langkahnya untuk mendekati Aini dan berbalik menghampiri sang suami lagi.

" Ada apa?" Tanya Akbar yang heran melihat Yuli kembali lagi bahkan belum sampai pada Aini.

Yuli segera memeluk sang suami dan menangis di sana.

" Bagaimana bisa aku datang dan menguatkan adikku sementara aku sendiri tidak dapat menguatkan diriku sendiri."

Akbar kemudian membalas pelukan Yuli dan semakin mendekapnya erat.

" Maafkan aku Abi, kamu menyuruh aku untuk masuk ke dalam dan menguatkan Aini tapi aku tidak bisa."

Akbar menghela nafas..

Dia tahu, ini adalah momen yang paling sulit, kehilangan ibu berisi ungkapan penuh kesedihan dan kerinduan terhadap sosoknya. Kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup bukan hal yang mudah.

Yuli kemudian datang ke pusaran sang Ibu yang dikebumikan di belakang panti asuhan bersama dengan pusaran sang Ayah.

"Bu, kehilanganmu telah mengurungku dalam kesakitan, penderitaan, dan kesengsaraan. Tapi, aku tidak keberatan menderita, setidaknya itu telah membebaskanmu dari rasa sakit yang bahkan tidak kau tunjukkan pada kami. Maaf karena aku tidak bisa ada untuk menguatkan Aini karena sejatinya aku sendiri tidak sekuat yang terlihat." Pekik Yuli.

Akhirnya Mama bisa membuat Aini merasa jauh lebih baik walaupun itu mungkin hanya bersifat sementara.

Mama mengajak Aini untuk keluar kamar dan melihat bahwa dia tidak sendirian.

" Ingatlah momen indah yang pernah kamu lalui bersama dengan ibu mu. Mungkin itu akan membuatmu merasa jauh lebih baik."

"Kenangan indah saat-saat yang aku dan Ibu habiskan bersama membuatku tersenyum, hanya sampai saat mereka akhirnya mengingatkanku bahwa beliau tidak lagi di sini."

Mama kembali memeluk Aini. Tapi kini Aini sudah tidak menangis hanya pandangannya saja yang terlihat kosong.

...----------------...

"Kematian telah membawamu ke tempat yang indah bernama surga, tetapi itu telah membuat hidupku kini menjadi neraka." Ucap Aini sambil menabur bunga di pusaran ibu dan ayahnya di hari ketiga meninggal nya sang Ibu.

"Hidup mengambilmu dari kami. Kau akan selalu menjadi pahlawan kami tanpa tanda jasa. Untuk setiap bunga yang aku tempatkan di makam Ibu, aku memikirkan semua hal yang ibu lakukan untuk membuat hidup ku seindah dan harum seperti hamparan bunga."

Daffa berjalan menghampiri Aini dan memegang tangannya.

"Jika aku memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ibu untuk yang terakhir kalinya, aku hanya akan meminta ibu untuk memelukku sekencang mungkin, menyandarkan kepalaku di bahumu dan menangis sampai air mata ku mengering."

" Aini, mereka yang kita cintai tidak pergi, mereka berjalan di samping kita setiap hari. Tidak terlihat, tidak pernah terdengar tetapi selalu dekat, masih mencintai, masih merindukan."

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Episodes
1 Pendahuluan
2 AAS BAB 1 : Seperti Maling
3 AAS BAB 3 : Ajari Aku selingkuh
4 AAS BAB 4 : Tidak seperti yang terlihat.
5 AAS BAB 5 : Pria itu datang
6 AAS BAB 6 : Mimisan.
7 AAS BAB 7 : Bukan Homo
8 AAS BAB 8 : Malam gila.
9 AAS 9 : Kacau
10 AAS 10 : Ada yang menusuk
11 AAS 11 : Pingsan
12 AAS 12 : Tuan donasi ternyata...
13 AAS 13 : Rumah sakit
14 AAS 14 : Firasat
15 AAS 15 : Serangan jantung
16 AAS 16 : Kejutan yang menyakiti hati
17 AAS 17 : Permintaan Ibu
18 AAS 18 : Bangunkan Ibu
19 AAS 19 : Duka mendalam
20 AAS 20 : Ikhlas
21 AAS 21 : Empat kata
22 AAS 22 : Daffa dan Akbar
23 AAS 23 : Kata Kramat
24 AAS 24 : Sekamar
25 AAS 25 : Jantungan
26 AAS 26 : Ternyata...
27 AAS 27 : Gatel yaa?
28 AAS 28 : Kok marah?
29 BAB 29 : Aini - Daffa
30 BAB 30 : Ingin tahu
31 Bab 31 : Gak jelas .
32 Bab 32 : Kamar mandi
33 Bab 33 : Untuk pertama kalinya
34 Bab 34 : Skin to skin
35 Bab 35: Dekat
36 Bab 36 : Berubah
37 Bab 37 : Pengen kawin
38 Bab 38 : Laura
39 Bab 39 : Makhluk astral
40 Bab 40 : Membelah diri?
41 Bab 41 : Ide dari Radio
42 Bab 42 : Gak jelas
43 Bab 43 : Ganti hukuman.
44 Bab 44 : Pulang
45 Bab 45 : Pesan Mama
46 Bab 46 : Kecewa
47 Bab 47 : Menemukan
48 Bab 48 : Catatan hati
49 Bab 49 : Keluarga
50 Bab 50 : Pribadi baru
51 Bab 51 : Bukan nasi goreng
52 Bab 52 : Semangat
53 Bab 53 : Anggap saja kencan
54 Bab : Percobaan
55 Bab 55 : Gila
56 Bab 56 : gak jelas
57 Jangan lupa
58 Bab 58 : Undangan pernikahan
59 Bab 59 : Ngomong sendiri
60 Bab 60 : Teman senasib
61 Bab 61 : Kesempurnaan
62 Bab 62 : Malam indah
63 Bab 63 : Oh tidak!
64 Bab 64 : Heboh
65 Bab 65 : Buntut
66 Bab 66 : Modusnya
67 Bab 67 : Ketika gengsi yang menang
68 Season 2 is coming...
69 Bab 68 : Romantis ala Daffa
70 Bab 69 : Hai Nina...
71 Bab 70 : Kenzo bucin
72 Bab 71 : Viona - Daffi
73 Bab 72 : Tambah lagi..
74 Bab 73 : Kenzo galau
75 Bab 74 : Kenzo - Nina
76 Bab 75 : Keputusan Viona
77 Bab 76 : Kejutan tidak menyenangkan
78 Bab 77 : Perasaan Lala
79 CINTA DAN KEBODOHAN
80 Destiny Of Love
81 Bab 78 : Viona...
82 Bab 79 : Tekad Daffi
83 Bab 80 : Apes
84 Bab 81 : Segitiga cinta
85 Bab 82 : Jantungan
86 Bab 83 : ingatan Daffa
87 Sepi nih...
88 Bab 84 : Cemburu
89 Bab 85 : Melamar
90 Kejutan untuk Viona
91 Ceramah...
92 Ada apa?
93 Ikut Ikutan
94 CUPLIKAN BAB
95 Maaf...
96 Rahasia Kak Yuli
97 Malam syahdu...
98 Siasat Daffa- Aini
99 Bermuka dua
100 Mungkin kepo...
101 Jangan serakah (1)
102 Jangan serakah (2)
103 Ketahuan...
104 Konspirasi..
105 RAHASIA CINTA ALIA
106 Demam pernikahan
107 Luka tak terlihat
108 Keluarga...
109 JANGAN AMBIL ANAKKU..
110 Tidak ada kata terlambat
111 Kumat...
112 Kebahagiaan ( last Part)
113 Petuah bijak...
114 Extra Part : 40 hari..
115 Extra Part : Selalu gagal...
116 Karya baru tiba...
117 Ternyata Aku Sendiri
118 Promosi...
119 Mampir yaa..
120 Cerita menguras emosi
121 Permintaan Terakhir Istriku
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Pendahuluan
2
AAS BAB 1 : Seperti Maling
3
AAS BAB 3 : Ajari Aku selingkuh
4
AAS BAB 4 : Tidak seperti yang terlihat.
5
AAS BAB 5 : Pria itu datang
6
AAS BAB 6 : Mimisan.
7
AAS BAB 7 : Bukan Homo
8
AAS BAB 8 : Malam gila.
9
AAS 9 : Kacau
10
AAS 10 : Ada yang menusuk
11
AAS 11 : Pingsan
12
AAS 12 : Tuan donasi ternyata...
13
AAS 13 : Rumah sakit
14
AAS 14 : Firasat
15
AAS 15 : Serangan jantung
16
AAS 16 : Kejutan yang menyakiti hati
17
AAS 17 : Permintaan Ibu
18
AAS 18 : Bangunkan Ibu
19
AAS 19 : Duka mendalam
20
AAS 20 : Ikhlas
21
AAS 21 : Empat kata
22
AAS 22 : Daffa dan Akbar
23
AAS 23 : Kata Kramat
24
AAS 24 : Sekamar
25
AAS 25 : Jantungan
26
AAS 26 : Ternyata...
27
AAS 27 : Gatel yaa?
28
AAS 28 : Kok marah?
29
BAB 29 : Aini - Daffa
30
BAB 30 : Ingin tahu
31
Bab 31 : Gak jelas .
32
Bab 32 : Kamar mandi
33
Bab 33 : Untuk pertama kalinya
34
Bab 34 : Skin to skin
35
Bab 35: Dekat
36
Bab 36 : Berubah
37
Bab 37 : Pengen kawin
38
Bab 38 : Laura
39
Bab 39 : Makhluk astral
40
Bab 40 : Membelah diri?
41
Bab 41 : Ide dari Radio
42
Bab 42 : Gak jelas
43
Bab 43 : Ganti hukuman.
44
Bab 44 : Pulang
45
Bab 45 : Pesan Mama
46
Bab 46 : Kecewa
47
Bab 47 : Menemukan
48
Bab 48 : Catatan hati
49
Bab 49 : Keluarga
50
Bab 50 : Pribadi baru
51
Bab 51 : Bukan nasi goreng
52
Bab 52 : Semangat
53
Bab 53 : Anggap saja kencan
54
Bab : Percobaan
55
Bab 55 : Gila
56
Bab 56 : gak jelas
57
Jangan lupa
58
Bab 58 : Undangan pernikahan
59
Bab 59 : Ngomong sendiri
60
Bab 60 : Teman senasib
61
Bab 61 : Kesempurnaan
62
Bab 62 : Malam indah
63
Bab 63 : Oh tidak!
64
Bab 64 : Heboh
65
Bab 65 : Buntut
66
Bab 66 : Modusnya
67
Bab 67 : Ketika gengsi yang menang
68
Season 2 is coming...
69
Bab 68 : Romantis ala Daffa
70
Bab 69 : Hai Nina...
71
Bab 70 : Kenzo bucin
72
Bab 71 : Viona - Daffi
73
Bab 72 : Tambah lagi..
74
Bab 73 : Kenzo galau
75
Bab 74 : Kenzo - Nina
76
Bab 75 : Keputusan Viona
77
Bab 76 : Kejutan tidak menyenangkan
78
Bab 77 : Perasaan Lala
79
CINTA DAN KEBODOHAN
80
Destiny Of Love
81
Bab 78 : Viona...
82
Bab 79 : Tekad Daffi
83
Bab 80 : Apes
84
Bab 81 : Segitiga cinta
85
Bab 82 : Jantungan
86
Bab 83 : ingatan Daffa
87
Sepi nih...
88
Bab 84 : Cemburu
89
Bab 85 : Melamar
90
Kejutan untuk Viona
91
Ceramah...
92
Ada apa?
93
Ikut Ikutan
94
CUPLIKAN BAB
95
Maaf...
96
Rahasia Kak Yuli
97
Malam syahdu...
98
Siasat Daffa- Aini
99
Bermuka dua
100
Mungkin kepo...
101
Jangan serakah (1)
102
Jangan serakah (2)
103
Ketahuan...
104
Konspirasi..
105
RAHASIA CINTA ALIA
106
Demam pernikahan
107
Luka tak terlihat
108
Keluarga...
109
JANGAN AMBIL ANAKKU..
110
Tidak ada kata terlambat
111
Kumat...
112
Kebahagiaan ( last Part)
113
Petuah bijak...
114
Extra Part : 40 hari..
115
Extra Part : Selalu gagal...
116
Karya baru tiba...
117
Ternyata Aku Sendiri
118
Promosi...
119
Mampir yaa..
120
Cerita menguras emosi
121
Permintaan Terakhir Istriku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!