Ibu adalah sosok wanita yang luar biasa bagi keluarga maupun anak-anaknya. Seorang ibu pasti akan melakukan berbagai cara untuk membahagiakan anak-anaknya. Perjuangan seorang ibu pun tidaklah mudah karena ia mengandung, melahirkan dengan taruhan nyawa, merawat sejak kecil dari pagi hingga petang, tanpa ada rasa mengeluh sama sekali.
Sayangnya tidak semua anak paham akan arti penting seorang ibu. Terkadang perkataan dan perbuatanmu kerap membuatnya terluka.
Tidak sadar jika di dalam hati ia sedang menangis. Namun apa daya, rasa cintanya lebih besar dibanding amarahnya. Dia tak mengenal benci pada anak yang teramat dicintai dan justru akan memberikan pesan atau doa-doa pada anaknya supaya hidup dengan penuh berkah.
Hari ini Aini belajar tentang seberapa besarnya kasih sayang ibu kepada seorang anak-anaknya, saking besarnya kasih sayang itu sehingga Ibu menyembunyikan apa yang dia rasakan karena tidak ingin membuat anak-anaknya bersedih.
"Ketika hati tak menentu, jagalah lidah dari ucapan. Terkadang diam mempunyai peran penting agar tak menyakiti seseorang." Ucap Ibu saat akan melepas Aini untuk ikut Daffa ke kota.
" Insyallah bu..."
"Hidup ini adalah pilihan yang kamu putuskan. Jika kamu tak ingin terlihat bodoh, jangan lakukan hal yang bodoh."
" Doakan Aini semoga Aini tidak melakukan hal bodoh yang akan membuat ibu dan almarhum Ayah menjadi malu."
Ibu memeluk Aini seolah-olah menyalurkan kekuatan yang dimiliki nya.
" Ibu bagaimana bisa aku hidup jauh dari Ibu sementara aku sudah terbiasa dengan pelukan ibu."
"Anakku, jangan bersedih meski tadi Ibu memeluk dirimu sejenak saja, karena yang perlu kamu tahu, HATI IBU memelukmu selamanya."
"Jika kamu bersedih, ingatlah dua hal ini, ada Allah yang senantiasa disisimu dan ada keluarga tempatmu kembali."
...----------------...
Aini terbangun di sepertiga malam nya. Dia terkejut karena melihat Ibu tidak ada di tempat tidur nya. Selang infus juga terlepas dan tergeletak begitu saja.
Aini mencari keberadaan ibu dan mengetahui bahwa ibunya sedang melakukan salat malam.
Aini tersenyum Dia kemudian bergegas ke kamar mandi mengambil wudhu dan ikut salat di belakang ibunya.
" Aini.."
" Ibu, tumben sekali Ibu salat turun dari tempat tidur biasanya ibu akan membangunkan Aini."
" Ibu tidak apa apa. Ibu merasa sehat."
" Ibu jangan berkata seolah-olah ibu akan pergi meninggalkan kami." Ucap Aini.
"Nak yakinlah, tidak ada satupun yang hilang darimu dan yang Allah ambil darimu, tanpa ada penggantinya. Karena Allah akan selalu mengganti setiap yang hlang darimu dengan sesuatu yang lebih baik."
" Tapi Aku tidak ingin Allah mengambil Ibu sebelum aku bisa membahagiakan ibu." Ucap Aini.
"Sebuah harapan akan menguatkanmu untuk terus bermimpi, maka teruslah berharap sesuatu yang baik. Jangan lupakan bahwa tidak ada yang tahu mengenai umur seseorang."
Aini tersenyum dan memeluk ibunya, Aini tertidur di pelukan sang Ibu hingga samar samar dia mendengar suara sang kakak.
" Aini."
" Aini bangun...."
" Kakak?. Kenapa aku tidur di sini?"
" Syukurlah kamu sudah sadar." Pekik Yuli.
" Sadar?. Apa maksud kakak?. Tentu saja aku sadar Aku hanya tidak mengerti kenapa aku bisa tidur di sini sementara aku tidur di dalam pelukan ibu. Semalam aku melakukan salat tahajud bersama dengan ibu." Ucap Aini sementara Yuli tertunduk.
" Dimana Ibu?" Tanya Aini sambil turun dari tempat tidur dan mengetahui bahwa ranjang Di mana ibunya biasa berbaring sudah kosong.
" Aini, Ibu..."
" Ibu sudah beristirahat dengan tenang." Ucap Akbar.
" Beristirahat dengan tenang apa maksud nya?"
Aini lalu teringat...
Waktu subuh setelah malam nasihat ibunya..
Ibu berkata bahwa dirinya sakit perut dan akan beristirahat sebentar sebelum melakukan sholat subuh. Namun saat Aini mencoba membangunkan sang Ibu sang Ibu tidak terbangun.
Daffa segera bergerak cepat memanggil dokter dan dokter langsung membawa Ibu ke ruang operasi.
Tapi semuanya terjadi di luar kehendak dan perkiraan dari mereka semua. Ibu pergi lebih cepat dari semua orang termasuk para dokter.
" Tidak. Anda pasti berbohong." Ketus Aini saat dokter mengatakan bahwa ibu mereka sudah meninggal dunia.
" Suami tolong bangunkan ibu. Bukankah kita akan melakukan salat subuh bersama-sama seperti sebelumnya." Ucap Aini kepada Daffa. Daffa menunduk.
" Kak Yuli... suamiku tidak mau membangunkan Ibu mungkin karena beliau tidak tega bagaimana jika kak Yuli saja yang membangunkan ibu?"
" Aini sadarlah..."
" Kak, jika kita tidak cepat membangunkan Ibu maka kita akan kelewatan waktu subuh."
" Aini dengarkan kakak..."
" Ayo kak.. Sebelum matahari terbit dan kita akan kehilangan waktu salat berjamaah bersama dengan ibu."
" Ibu sudah pergi Aini. Ibu sudah pergi." Ucap Yuli sambil memeluk Aini.
" Pergi kemana?. Bukankah Ibu hanya istirahat sebentar pergi ke mana maksud kakak?"
" Aini sadarlah. Sadar Aini. Ibu sudah pulang ke Rahmatullah."
" Kakak bercanda." Ucap Aini sambil melepaskan pelukannya dan berjalan mundur.
" Aini.."
" Diam. Diam.." Ucap Aini sambil mengangkat tangannya seolah-olah memberikan isyarat kepada mereka yang akan mendekati Aini.
" Dokter Apa saya boleh masuk dan membangunkan ibu saya?" Tanya Aini pada dokter yang dari tadi berada di depan pintu kamar operasi.
" Maafkan saya tapi ibu anda sudah meninggal dunia 10 menit yang lalu."
" Apa?...."
" Aini.. Aini. Aini tenang.." Ucap Yuli.
" Ibu...."
Brak !!!
Aini pingsan...
Tes...
Bulir air mata jatuh membasahi pipi Aini ketika dirinya mengingat bahwa yang terjadi ketika dia sedang bersama dengan ibunya hanyalah sebuah mimpi.
Aini kembali histeris..
Daffa yang baru saja datang langsung memeluk Aini.
" Suami bangunkan Ibu, bukankah kamu sudah berjanji akan melakukan apapun untuk kesembuhan ibu."
" Maafkan aku Aini, ini semua terjadi di luar dugaan kita semua."
" Tidak... Tidak..."
Aini semakin histeris...
Daffa mempererat pelukannya...
Karena pada akhirnya semua orang akan mengalami kematian suatu saat nanti.
Semua makhluk hidup suatu saat akan bertemu dengan hari akhir. Sebab, dunia ini hanyalah sementara. Kamu hanya singgah sebentar, semakin hari umur terus berkurang, makin dekat pula dengan kematian.
Tidak ada orang yang bisa mengetahui kapan ajal mereka akan datang karena ajal tidak memandang usia, jenis kelamin, atau derajat seseorang.
Hilangkan rasa sombong dan ingatlah ajal bisa menghampiri kapan saja. Belajar tentang kehidupan dipadukan dengan agama, bisa jadi ilmu untuk bekal di hari nanti.
Aini masih belum bisa menerima kenyataan bahwa sang Ibu sudah pergi meninggalkan dunia...
Dia terus membangunkan Ibu yang sudah tidak bernafas.
" Aini ikhlaskan ibu..." Pekik Yuli sambil menahan air matanya.
"Kematian adalah puncak. Tuntasnya kerinduan seorang hamba kepada Rabb-nya. Ikhlas kan Ibu untuk pulang dan menghadap Allah." Ucap Akbar yang sangat tidak tega melihat betapa terpuruknya Aini.
"Kematian adalah jembatan yang menghubungkan orang yang mencintai dengan yang dicintainya. Ibu sudah ada disana. Ikhlaskan kepergian Ibu..." Ucap Daffa yang baru saja masuk setelah mengurus segala keperluan untuk membawa jenazah Ibu pulang ke Indonesia.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments